SELAMAT MEMBACA UNTUK SEMUA KESAYANGANKU YANG MASIH SETIA💟
🕊️🕊️🕊️
"Reiga!" Lantang suara Zelyn menyapa, tepat setelah langkahnya berhenti di parkiran belakang.
Kedatangannya mengambil alih atensi kerumunan cowok yang tengah berkumpul di atas motor-motor. Reiga menoleh, menangkap objek di bola matanya yang sedari tadi ia tunggu. Kemudian menatap kembali teman-temannya, memberi kode agar semuanya membiarkan parkiran sepi.
Hanya untuk dirinya dan si gadis pemenang sayembara itu. Semuanya pun paham, segera angkat kaki dari tempatnya.
Batang rokok di sela tangan Reiga segera di buang sembarangan, "jadi mau foto di mana?"
Zelyn tidak bergeming, sorot tajamnya bergerak turun. Melihat putung rokok yang masih panjang, ia yakin cowok itu baru saja menyalakan rokoknya. Tapi sudah membuangnya, sadar kah bahwa Zelyn tidak menyukai barang itu?
Kemudian kaki Zelyn menginjak batang rokok tersebut sebelum menjumputnya. "Buang yang bener."
Zelyn melempar tepat di tong sampah, membuat Reiga terkekeh kecil. "Sorry."
Sejenak Zelyn heran, langsung meminta maaf tanpa merespon menyebalkan?
"Udah kan? Mau foto di mana?" lanjutnya. Ah, sekarang Zelyn tahu apa yang lebih menyebalkan. Dengar, bagaimana pertanyaan itu menyulut sumbu emosi Zelyn.
"Lo pikir gue ke sini mau foto sama lo?"
"Harusnya, aspirasi lo keren soalnya."
"Bahkan gue nggak menyertakan nama, artinya sama sekali nggak minat foto bareng lo!"
Reiga terkekeh pelan, "Kanaya kasih tau gue. Dan gue tertarik sama aspirasi lo."
Zelyn menaikkan satu alisnya. Kemudian mengukir garis di bibir plumply nya, ketidak seimbangan garis itu membuat senyum smirk di wajahnya. Sorot tajam mulai sirna dari manik jelika itu, berganti dengan sabit tipis yang memancar dari maniknya. Kedua tangannya terlipat, diiringi langkah kecil mendekati si empu yang bertengger di atas motornya.
Tanpa keraguan, Zelyn mengambil penuh fokus manik gelap Reiga. Ia terkekeh, "tertarik sama gue juga kan?"
"Hah?" beo Reiga, sedikit terkejut dengan kalimat Zelyn. "Ge'er banget lo! Pengen banget apa gue suka sama lo?"
"Kenyataan nya memang seperti itu."
Manik jelaga Reiga begitu berani membalas tatapan jahil tersebut, tak segan menelisik lebih dalam. Pusatnya berada penuh pada gadis di hadapannya. Kakinya perlahan berpijak pada tanah, mengikis jarak antar keduanya. Punggung lebarnya sedikit condong ke depan, menyeimbangkan dirinya dengan Zelyn.
Hembusan napas tenangnya menyapa lembut pahatan cantik bak dewi, pesonanya tak dapat dipungkiri. Apalagi sedekat ini, semerbak harum lilac begitu tercium. Gadis itu masih berani menengadahkan kepalanya, tak gentar sama sekali.
Reiga terkekeh, "kok bisa se percaya diri ini?"
"Karena, lo confess ke gue."
Dengar, suaranya tetap terdengar stabil penuh keyakinan. Fokusnya tidak terpecah meski beradu jarak dekat dengan Reiga. Pahatan nyaris sempurna terpampang jelas di kedua manik matanya. Tak bisa bohong, sedekat ini dengan Reiga siapapun akan berteriak kegilaan. Namun sayangnya, itu tak berlaku pada Zelyn.
Gadis itu, tetap lantang bahkan membuat si empu terdiam beberapa detik. Kalah kah ia?
"Bukan gue. Jangan mengasumsikan sesuka hati lo," katanya tak mau kalah. Jelas, Reiga begitu dominan lebih daripada Zelyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Teen Fiction"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...