HAPPY READING KAWAN-KAWAN KUU🙆
🕊️🕊️🕊️
Belum memasuki akhir pekan, membuat murid-murid sekolah harus kembali menuntun pembelajaran. Menghabis setengah hari mereka yang katanya di rumah kedua. Zelyn selalu memiliki warna baru setiap harinya, entah bagaimana warna-warna itu sering kali berasal dari Reiga. Hari ini ia tak cukup sudi beradu tatap dengan Reiga, netranya selalu mencari kesempatan untuk melengos.
Bagaimana tidak? Kejadian semalam cukup mengejutkan untuknya, Zelyn sungguh malu tak ada ujung! Ingin rasanya tidak hadir sekolah hari ini, sayangnya ada ujian praktek yang tak bisa ia hindari.
Beruntungnya, Zelyn mampu menghindari Reiga seharian ini. Begitu pun Reiga yang memahami apa yang Zelyn rasakan. Sedikit tidak nyaman kan?
Baiklah, sejenak Reiga akan menjaga jarak dengan anteng.
🕊️🕊️🕊️
Dering bel telah menandakan selesai nya jam pelajaran hari ini, seluruh murid berhamburan menuju rumah masing-masing, ingin segera melepas lelah. Berbeda dengan salah satu cowok tinggi tegap yang memilih tinggal sejenak di sekolah. Reiga membelokkan langkah kakinya ke ruang wakil kepala sekolah. Dua belah pintunya tertutup rapat, ia diharuskan mengetuknya terlebih dahulu. Sebab tampaknya sedang ada pembicaraan penting di dalamnya.
Sebelum buku-buku jemarinya mengetuk, terdengar lari kecil seseorang membuat kepala nya menoleh.
"Rei," panggilnya berhenti tepat di samping Reiga. Reiga diam mengamati, tidak tahu secara tiba-tiba Zelyn mendapatkan keberanian menghadapnya setelah seharian menghindar. Sudah lenyap kah rasa malu dan kesalnya?
Suara Zelyn kembali mengambil alih, "mau ketemu Pak Aji? Gue ikut!"
"Lo nggak ada urusan."
"Ada, gue nggak mau mie ayam kesayangan gue tergusur. Terus gimana perut gue?"
Tampaknya, Zelyn tahu maksud tujuan Reiga menghadap wakil kepala sekolah. Tentu saja rumor yang sudah sampai di gendang telinganya, mengenai kebijakan baru yang akan di sah kan oleh sekolah. Dan Zelyn akan ikut barisan di belakang Reiga.
Reiga geleng-geleng kepala, "keren motivasi lo. Ketok gih!"
Katanya memberikan izin, tanpa berlama-lama lagi Zelyn mengetuk pintu kaca tersebut, cukup tiga kali. Kemudian menunggu sejenak sampai pintu tersebut di buka, Reiga dan Zelyn sedikit menepi untuk mempersilahkan orang-orang keluar. Benar saja, tadinya sedang berlangsung pembicaraan penting.
Setelah ruangan itu dirasa kosong, Reiga menginjakkan kaki lebih dulu sebelum diikuti Zelyn. Begitu santai Reiga merebahkan tubuhnya di sofa pojok ruangan, sedang Zelyn menghadap Pak Aji di meja nya.
Zelyn berdesis, "heh sini!"
"Jangan urus anak itu, emang suka begitu," sahut Pak Aji tak keberatan sama sekali. Beliau sibuk merapikan barang-barang nya.
"Gue capek, istirahat di ruangan ini emang paling enak."
"Sambil ngopi lebih enak," sahut Pak Aji.
Reiga terkekeh, "nggak. Enakan juga sambil ngerokok, Pak apalagi di kantin belakang. Eh, bentar lagi udah nggak bisa ya?"
Kalimat Reiga terucap dengan santainya, secara sengaja memang menyindir. Pak Aji pun dapat menangkap point nya bahkan sejak kehadiran Reiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Teen Fiction"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...