4 0 || Kuncir Rambut Reiga

212 23 11
                                    

SELAMAT MEMBACA SEMUANYA💐

🕊️🕊️🕊️

"Cewek gue. Berani lo ngusik?"

Seluruh suara dalam warung itu seketika terbungkam oleh Reiga, kalimatnya cukup membuat semuanya terdiam menatapnya dengan keterkejutan. Tidak menyangka secara tiba-tiba orang yang paling mereka hormati memberikan ultimatum seperti itu. Sedang yang menjadi pusat perhatian masih santai menikmati kuacinya.

Tak lama dari itu gelak tawa Alvaro memecahkan keheningan. "Cewek lo? Barusan lo bingung cara biar dia suka lo balik!"

"Haha ngaku-ngaku lo!"

"Buset! Bos gue ngarep banget!"

Netra Reiga nyalang menatap Fadhil dan Gilang, tak lupa Alvaro yang memulai. Botol mineral kosong di tangannya pun terpukul tepat di atas kepala 3 cowok tersebut. Meski mereka merintih sakit tetap saja melanjutkan tawanya, diiringi orang-orang yang mulai ikut tertawa.

Reiga mendengus, "MONYET LO PADA!"

"Bos, cari cewek lain aja. Songong banget itu cewek. Ya emang sih cantik banget," kata Jordi.

"Tutup mulut lo dibanding gue plester!"

"Nggak terima dia ceweknya dipuji-puji," ujar Gavi menimpali.

Bryan menukikkan alisnya, "emang ceweknya?"

"SIALAN!" Gelak tawa semakin menggema mengisi seluruh ruangan, menertawakan teman memang hal paling menyenangkan. Raut wajah Reiga pun tak semarah itu, ia tahu selagi itu masih dibatas bercanda.

Kemudian ia mulai meredakan tawa itu, "heh lo semua! Dengerin gue!"

Reiga mengambil alih seluruh fokus. Semuanya menurut.

"Lo semua mau ngerokok habis sekardus gue nggak peduli. Asal tahu tempat dan nggak mengganggu orang lain. Jangan ada yang ngerokok di jalan!"

Bola mata Reiga menelisik satu persatu teman-temannya, kembali melanjutkan. "Ngerokok ruginya buat diri sendiri aja, jangan libatin orang lain. Kasihan."

Pasang-pasang mata itu saling pandang, mendengarkan penuturan Reiga yang serius dengan seksama. Mereka mengangguk patuh. Tahu ketegasan Reiga tak bisa dibantah, apalagi jika sudah memberikan peringatan seperti ini.

Jordi menghela napas, "cukup berhenti di gue aja. Lo semua dengerin Reiga dah!"

"Gara-gara cewek itu pikiran Reiga jadi cerah," sahut Dean.

"Lo pasti dilarang-larang cewek itu ya, Bos? Padahal sendiri nya perokok akut."

Lirikan mata Reiga sedikit tajam pada Gilang, ia  mendengus. "Dia nggak melarang. Dia bukan tipe cewek semacam itu."

"Dia nggak suka orang ngerokok di jalan, gue sadar itu merugikan orang lain. Cukup kita yang merokok yang rugi. Rokok nggak baik buat dia. Gue mau melawan diri sendiri untuk kurangi rokok, walaupun rokok udah secandu itu."

Semuanya diam. Suara Reiga rendah tapi penuh ketegasan. Seolah cowok itu sungguh mengatakan nya dari lubuk hati. Mungkin orang-orang yang mendengar nya bisa merasakan betapa besar Reiga ingin yang terbaik untuk gadis pujaan hatinya.

Dia, Zelyn.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang