1 4 || Namanya Disebut

171 19 7
                                    

HAII🙆SIAPA NIH YANG MASIH STAY NIH HAYOO🌝

🕊️🕊️🕊️

Zelyn Babi(y):
| boleh izin telpon nggak?
| takut SALAH KETIK

Melalui ponsel genggamnya yang canggih mengikuti perkembangan zaman, dua bubble chat dari Zelyn kembali masuk. Reiga membacanya dengan cekikikan. Mengingat terakhir kali mereka chattingan dan Zelyn tak sengaja salah ketik, sepertinya gadis itu tidak ingin kejadian tersebut terulang lagi.

Padahal hanya salah satu huruf, tetapi malah memberi ide Reiga untuk mengubah kontak gadis itu. Bahkan sekarang ia pun tetap memberikan balasan penuh kepercayaan diri.

Reiga:
belajar modus dari mana lo? |

Zelyn Babi(y):
| gue cuma nggak mau salah ketik
| sehuruf aja bikin repot

Reiga:
pinter ya alibi nya |

Setelah Reiga mengirimkan pesannya tak lama dua tanda centang itu berwarna biru. Reiga segera keluar dari room chat, tak ingin terlihat menunggu balasan si empu. Sayangnya, tak ada tanda-tanda balasan dari sebrang sana.

Reiga terus memandangi layar ponselnya yang kosong, sembari menghisap batang rokoknya. Kelakuan nya itu mengundang rasa penasaran teman-temannya. Apalagi tadi ia cekikikan sendiri, aneh bukan?

"Chatan sama siapa lo?" tanya Dean mewakili rasa penasaran yang lainnya.

Reiga menoleh, "sama bot."

"Sial! Beneran kesepian lo jomblo?" 

"Gue cariin cewek sini  Ga."

"Males pacaran sama manusia," sahut Reiga pada Alvaro dan Gavi. Tapi fokusnya tetap kembali pada layar ponselnya. Penuh bermacam notifikasi, tetap notifikasi yang ia tunggu tak kunjung muncul.

"Sama setan sana, kelakuan nya sama." Bryan ikut menyahut, diiringi tawa teman-temannya.

Reiga mendengus, tubuhnya segera terangkat dengan ponsel dan rokok di kedua tangannya. Kaki kekarnya membawa tubuhnya menjauh dari keramaian teman-temannya. Pojok kolam adalah tempat yang ia pilih, berteman dengan kesunyian dan dinginnya malam.

Reiga melirik ponselnya, "ck, pundung anaknya."

Panjang batang rokok terus berkurang, meski mulai pendek Reiga tetap menghimpit di tengah bibir tebalnya. Dihisapnya begitu dalam, lalu mendongak mengudarakan kepulan asap rokoknya. Sedikit terbatuk-batuk, tapi Reiga tetap tidak peduli. Ia masih saja menikmati hisapan demi hisapan batang pecandunya itu.

Kemudian, tangannya mulai membuka kembali room chat Zelyn. Tanpa ragu segera ia menekan tombol telepon di pojok atas. Sayangnya, si empu tidak mengizinkan panggilan itu tersambung. Begitu cepat Zelyn menolak panggilannya.

"Dia yang ngajak padahal," kata Reiga. Ia terus mencoba menghubungkan sambungan telepon itu. Berkali-kali terus di tolak, hingga panggilan yang kali ini tersambung ke sebrang sana.

Reiga terkekeh, "nih udah gue telpon. Mau lo kan?"

"Jangan nyebelin!" Suara judes khas gadis itu menyapa, Reiga betul-betul sudah hafal. Bahkan dapat membayangkan bagaimana ekspresi berapi-api nya.

"Suara lo jelek!"

"Halah! Betah juga pasti nih telpon."

Terdengar suara decakan dari sebrang sana, Zelyn berkali-kali menghela napas guna meredam emosinya. "Gue cuma mau menyampaikan, perihal google form aspirasi kemarin."

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang