HAPPY READING SEMUANYA🤩
🕊️🕊️🕊️
Telapak kaki Zelyn mulai menapaki lorong-lorong yang menghubungkan antar kelas. Kedua tangannya memegangi sisi tasnya, arah pandangnya lurus tampak kosong. Tak mempedulikan tatapan orang sekitarnya. Langkahnya memelan, takut-takut jika sampai kelas akan berjumpa dengan ketua kelasnya.
Isi kepala Zelyn masih memutar kejadian kemarin saat melihat-lihat foto di kamera Reiga. Zelyn merasa tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap Reiga. Hatinya terus gundah, sebab takut bersama Reiga hanya akan memberinya rasa sakit. Zelyn pikir Reiga belum selesai dengan masa lalunya.
"Zelyn!"
Panggilan suara yang cukup keras mampu menghentikan langkah kaki Zelyn. Kemudian badan Zelyn terputar 360° sampai berhadapan dengan Pak Aji. Kening Zelyn berkerut melihat Pak Aji berjalan mendekatinya.
"Iya, Pak?"
"Tolong sampaikan pada Reiga, pertemuan dengan direktur dijadwalkan seminggu lagi. Kalian berdua benar ingin jadi perwakilan siswa kan?"
"Benar, Pak kami akan jadi perwakilan. Nanti saya sampaikan ke Reiga."
Pak Aji tersenyum ramah sembari membenarkan kacamata nya, "sip! Saya tunggu aksi kalian ya."
Kepala Zelyn manggut-manggut dengan senyum tipis membiarkan Pak Aji berlalu dari sisi nya. Kalimat Pak Aji seolah menyiratkan bentuk dukungan secara tidak langsung. Kemudian Ia menghela napas yakin menandakan semakin teguh pendiriannya, lalu ia hendak berbalik badan. Tapi lengan tangan seseorang mengalung di lehernya, ia menoleh dan mendapati Amanda serta Salvia.
Zelyn melanjutkan langkah kakinya beriringan dengan mereka. "Ya ampun! Kalian ngapain?"
"Apa tadi ngobrol sama Pak Aji sebut-sebut Reiga?"
"Kepo banget sih?"
Amanda mengangguk, "iya tuh Salvia kepoan!"
"Ish, bukan gitu. Secara kan Reiga lagi jadi bahan obrolan sekarang, apa iya sampai ke Pak Aji juga ngomongin?"
Secara tiba-tiba Zelyn menghentikan langkah kakinya, ia menoleh ke kiri. "Reiga jadi bahan obrolan? Kenapa?"
"Lo nggak tahu?" Kepala Zelyn menggeleng setelahnya membuat Salvia cekikikan. "Padahal sendirinya yang dibicarain bareng Reiga."
"Hah?"
"Iya, anak-anak pada ngomongin kedekatan kalian. Dari di kantin bareng, lo ngucir rambut Reiga, terus kemarin kalian foto-foto bareng kan pakai kamera Reiga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Fiksi Remaja"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...