Haloo, im sorry lama tidak menyapa🥹
🕊️🕊️🕊️
Di depan hunian yang berada di komplek perumahan, Reiga menghentikan laju motornya yang kemudian ia bersandar di sampingnya. Untuk beberapa menit ia berdiam diri dengan pikiran berkecamuk. Tidak tahu kenapa arah motornya membawa ia di kediaman Gavi? Entahlah, Reiga sedang ingin tidak bertemu kedua orang tuanya saja. Mengingat situasi rumah yang ia rasa sangat kacau setelah papa nya tahu fakta itu. Namun, mama nya masih saja belum jujur akan segalanya.
Reiga berdecak. Ia ingin melarikan diri sejenak, setidaknya untuk beberapa saat ia tidak apa merasa seperti pecundang. Kepalanya begitu berisik, tubuhnya sangat lelah dan ia ingin merasakan kedamaian. Meskipun sejenak.
"Bro!" seruan lantang itu membuyarkan lamunan Reiga, kepala cowok itu mendongak menatap Gavi di atas balkon kamarnya. Dengan senyum tipis Reiga melambaikan tangannya.
"Pintunya enggak dikunci."
Reiga mengangguk sekali, ia tahu rumah Gavi akan selalu terbuka untuknya, itulah mengapa tempat ini menjadi pelariannya. Apalagi orang tua Gavi jarang sekali di rumah, jadi ia merasa leluasa sekaligus menemani Gavi yang kesepian sejak dulu.
Kemudian Reiga pun memasuki rumah itu dengan barang-barangnya yang masih ia bawa sedari studio tadi. Ia belum sempat merapikannya kembali, mungkin akan ia biarkan begitu saja.
Reiga membuka pintu kamar Gavi yang juga tidak dikunci, cowok itu masih asik di balkon dengan hisapan rokoknya. Reiga tidak minat untuk bergabung, ia memilih membanting tubuhnya di kasur empuk itu dengan posisi tengkurap. Mata Reiga terpejam tapi tidak benar-benar tidur.
Mana bisa ia tidur? Kepalanya sangat berisik!
"Rokok gue habis, lo ada nggak?" tanya Gavi menghampiri Reiga.
"Cari aja di tas gue."
Gavi mengangguk sekenanya, ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Reiga tetapi ia paham untuk tidak mengganggu nya dan memberi ruang. Ia pun segera meraih tas yang di bawa Reiga tadi, tangannya merogoh-rogoh namun tak kunjung dapat. Sampai-sampai beberapa foto polaroid berjatuhan.
Setelah menemukan bungkus rokok, Gavi memungut foto-foto itu. Namun ia sulit mengalihkan netranya untuk tidak melihat foto itu. Dahinya mengernyit melihat anak bayi laki-laki di foto itu, ia melirik wajah Reiga. Ia sangat penasaran namun ragu bertanya sebab takut mengganggu.
"Lucu," gumamnya sembari terkekeh.
"Apanya?" sahut Reiga heran.
"Foto bayi lo. Enggak sengaja lihat, sorry."
Mata Reiga langsung terbuka, untuk kedua kalinya seseorang membahas foto itu. Pertama Damian yang mengiri itu foto bayinya sekarang Gavi mengiri itu foto Reiga. Benarkah mereka semirip itu?
Kepala Reiga menoleh, "menurut lo itu gue?"
"Hah? Bukan lo?"
"Gue tanya."
"Gue pikir lo karena ada di tas lo."
Reiga menghela napas, "terus menurut lo bayi itu mirip seseorang enggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Fiksi Remaja"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...