4 7 || Persaingan Sengit?

116 14 4
                                    

HAPPY READING KALIAN SEMUA🌷

🕊️🕊️🕊️

Papa Martin menolehkan kepalanya ke arah dapur yang sedang dikuasai oleh istrinya, masih saja berkutat dengan bahan-bahan kue. Garis senyum Papa Martin begitu lebar melihat pemandangan yang menjadi kesukaannya. Mama Ria terlihat lebih indah saat fokus dengan adonan cake nya.

Kemudian ia pun mendekat, kedua tangannya memijat pelan pundak kecil tersebut. Meksi sedikit mengejutkan Mama Ria.

"Ya ampun! Papa lagi ngapain sih ke sini?"

"Lihat istri cantikku. Sekalian pijitin, pasti capek kan ya?"

Mama Ria terkekeh kecil mendengarnya, lalu menurunkan kedua tangan suaminya perlahan dan berbalik badan. Telapak tangannya menangkup wajah suaminya, membuat pipi tersebut terkena tepung. Papa Martin hanya pasrah saja, selagi ia dapat menikmati tawa cantik itu.

Papa Martin mencubit hidung istrinya, "nakal ya. Awas kamu nanti!"

"Lucu loh, Pa. Jadi kayak badut haha!"

"Mending pipinya dicium daripada dikasih tepung, Ma."

Mama Ria mengernyit, "ih? Nggak ah nggak. Kamu tuh ya, ujung-ujungnya selalu begitu!"

Kembali Mama Ria berbalik badan hendak melanjutkan aktivitas nya, tapi Papa Martin yang masih tertawa malah memeluk pinggang ramping itu dari belakang. Papa Martin menyandarkan dagunya di pundak Mama Ria.

"Sayang," lirihnya. "Kamu jangan capek-capek ya kalau buat pesanan. Atau butuh tenaga bantuan?"

"Enggak perlu, Pa. Mama masih sanggup kok."

"Kalau ada nak Zelyn pasti bisa bantu, kayak tadi. Iya kan, Ma?"

Kepala Mama Ria menoleh secara perlahan dengan kedua alis saling bertemu. Mata Mama Ria menyipit, yang seolah sedang menelisi ekspresi wajah suaminya. Jelas aneh tiba-tiba sekali Papa Martin datang dan membahas Zelyn. Mama Ria dapat menangkap point nya.

Ia pun bersuara, "tapi nak Zelyn nggak jago buat cake kok."

"Kan ada Mama, bisa belajar."

"Itu namanya bukan membantu."

Papa Martin mengelus lembut lengan Mama Ria. "Jangan begitulah, Ma sama perempuan yang anak Mama suka loh."

Mama Ria mengerjapkan matanya. Disadarkan bahwa gadis yang tiba-tiba datang ke rumahnya ialah gebetan anak sulungnya. Mengingatkan kembali pikiran Mama Ria saat ia dan Reiga berselisih sedikit panas. Reiga membela gadis itu, menunjukkan besar caranya mencintai.

Helaan napas terdengar lembut, "Mama ... Mama jahat ya, Pa sama Abang?"

"Ssst," desis Papa Martin. "Enggak, Sayangku. Papa bisa mengerti kamu begitu dekat dan sayang dengan nak Beryl. Tapi itu sudah masa lalu Abang Reiga."

Papa Martin memutar tubuh Mama Ria tepat di hadapannya. Ia tersenyum.

"Enggak masalah kalau Mama masih ingin menjalin silaturahmi dengan nak Beryl. Tapi jangan paksa Abang ikut-ikutan seperti Mama, jelas Abang nggak bisa. Hati Abang sudah terlanjur begitu terluka, Ma."

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang