69 || Rujuk?

147 15 0
                                        

SELAMAT MEMBACA🤍

🕊️🕊️🕊️

Di tengah senja yang mulai menggelapkan hari, lampu motor Reiga menyala begitu terang menerobos jalan raya, juga memboncengkan Zelyn. Jam pulang sekolah memang tidak sesore ini, tapi tidak perlu heran jika keduanya tidak langsung pulang saat pembelajaran di sekolah selesai. Tentu menghabiskan waktu berdua. Sayangnya Zelyn sudah diminta segera pulang sebelum tiba magrib, biasanya tidak seperti itu. Tapi bagaimanapun juga Zelyn dan Reiga menurut.

Manik mata Zelyn menatap sendu bangunan rumahnya, menyiratkan perasaannya yang sejujurnya belum ingin pulang. Menyadari hal itu jari Reiga memutar pelan dagu Zelyn hingga bertatap  muka dengannya. Meski perasaan keduanya sama-sama masih ingin berduaan, tapi Reiga tak memperlihatkan itu, garis senyum Reiga begitu lebar.

"Masih mau pacaran ya?"

Zelyn membelalakkan kesal, "yakali putus!"

"I mean. Berduaan, romantis, mesra sama gue."

"Ish! Geli dengernya, ge'er banget sih," katanya yang kalian sendiri tahu itu tidak benar seratus persen. Reiga juga tahu itu, pacarnya masih terlalu gengsian, tapi itu yang membuatnya gemas sampai ia mengusap lembut pipi gembul itu dengan telapak tangannya yang lebih besar dari pipi Zelyn.

Zelyn mencebik, "udah sana pulang."

"Kok nggak ditawarin masuk sih?"

"Ogah!" ketusnya. Tentu saja Zelyn ingin sebenarnya, tapi mengingat sikap Bunda Adya sekarang ini membuat ia ragu untuk mempertemukannya dengan Reiga. Zelyn tidak ingin situasi tidak nyaman kembali terjadi.

Reiga berdehem sejenak, kemudian badannya sedikit membungkuk dengan pipi lebih condong, matanya pun terpejam dengan senyum. Sayangnya Zelyn tidak langsung mengeksekusi isyarat dari Reiga. Entah ia tidak paham atau sudah terlanjur salah tingkah hingga kebingungan.

Mata Reiga terbuka sedikit, "kok diem? Keburu pulang ini, mana kiss nya?"

Sudah tidak sabar lagi, Reiga langsung saja meminta tanpa memberi isyarat. Hal itu justru membuat Zelyn susah payah menelan ludahnya dan mengatur degup jantungnya. Kelopak matanya yang mengerjap-ngerjap dengan bola mata kesana kemarin, seolah memastikan situasi aman, satu kecupan manis mendarat di pipi Reiga. Sudut bibir Reiga semakin tertarik lebar, membuat Zelyn begitu salah tingkah. Kemudian Zelyn pun langsung kabur ke dalam rumah daripada menghadapi Reiga dengan wajah yang ia yakin sudah merah merona.

"Loh? Kok ditinggal?" ujarnya melihat Zelyn berlari begitu saja. Reiga terkekeh sendiri, gemas rasanya.

🕊️🕊️🕊️

Zelyn menutup pintu kamarnya cepat-cepat, suhu tubuhnya semakin panas hingga ingin rasanya ia berteriak. Di atas kasur empuknya Zelyn membanting tubuh dengan posisi tengkurap, wajahnya ia tenggelamkan pada bantal lalu berteriak sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya.

Rasanya, berpacaran dengan Reiga sesuatu adrenalin untuk Zelyn. Ia selalu merasa senang. Ia pun masih merasakan jantungnya berdegup kencang sama seperti saat pertama kali ia jatuh cinta. Reiga masih mampu membuat wajahnya merah merona, atau perutnya seolah dikelilingi kupu-kupu. Reiga masih menjadi cowok satu-satunya yang membuat Zelyn menggila.

Setiap hari, Zelyn hanya menyadari betapa besarnya cinta itu tumbuh. Dalam benak Zelyn menginginkan momen seperti ini terus terjadi dalam waktu yang lama. Ia harap.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang