SELAMAT MEMBACA SAYANG-SAYANGKU🌷
🕊️🕊️🕊️
"CIEE PAKETU DAH OFFICIAL NIH!"
"ADUH! PAJAK JADIAN DONG!"
"WEH! BERGANDENGAN MAU NYERANG TUH?!"
Tangan Reiga melempar kertas yang sudah ia remas-remas, kemudian membawa Zelyn keluar dari kelas. Suasana di dalam begitu heboh tiap kali ia mencoba bermesraan dengan Zelyn. Alhasil ia memilih menggenggam tangan Zelyn sembari berlarian kecil menyusuri koridor. Lalu duduk di taman depan air mancur, keduanya geleng-geleng kepala sembari cekikikan.
Reiga menoleh, ia sudah siap dengan kamera yang mengalung di lehernya. Memotret lengkungan garis bibir yang begitu cantik dengan suara tawa indahnya. Ia suka semua sisi wajah Zelyn. Darimana pun terlihat sangat candu untuk terus ia tetap.
Kepala Zelyn menoleh lalu berdesis, "ish! Jangan sembarangan ngefoto orang dong!"
"Kalau yang ini legal kok."
"Mana ada! Gue nggak kasih izin."
"Nggak minta," sahutnya dengan mengejek. Kemudian ia mendapat beberapa cubitan di perutnya. Sedikit rasa kesal dari Zelyn terkesan lucu yang membuatnya terkekeh.
Zelyn menjentikkan jarinya, "oiya! Gue lupa bilang ini!"
"Iya, apa?" Tangan Reiga menyangga dagu sembari memfokuskan seluruh pusatnya pada Zelyn. Memposisikan dirinya sesiap mungkin untuk mendengarkan, terlihat sangat menghargai Zelyn yang akan bicara. Sekecil apapun itu cukup meluluhkan hati Zelyn.
Bahkan sekarang gadis itu dibuat diam sebab tak tahan ditatap sedalam itu oleh Reiga. Ia merasa, selalu merasakan jatuh cinta tiap kali di dekat Reiga.
Sekarang giliran Reiga yang menjentikkan jarinya, ia mengerut heran. "Kok bengong sih?"
"Hah?" beo nya. "Itu bukan apa-apa. Jangan serius-serius dengerinnya."
"Apapun itu komunikasikan dengan baik. Gue ingin dihubungan kita seperti itu, sekecil apapun itu."
Zelyn berdehem, "gue cuma mau bilang pesan Pak Aji tempo hari."
"Iya, Pak Aji bilang apa?"
"Pertemuan sama direktur dan petinggi sekolah dua hari lagi."
Kepala Reiga manggut-manggut, "oke gue siap. Dan lo?"
Kelopak mata Zelyn mengerjap beberapa kali, ia berdehem sembari memalingkan wajahnya. Mengingat perkataan Sananta cukup membuatnya ragu. Ia masih belum dapat memutuskan keputusannya sendiri. Reiga cukup paham akan hal itu, ia pun tak ingin memaksa atau mempengaruhi.
"Its okay, lo nggak harus satu suara sama gue. Lagipula dari awal memang gue sendiri yang mau gerak."
Zelyn menoleh, mendapati Reiga tetap tersenyum hangat padanya. Ia masih saja terdiam. Namun Reiga malah kembali menangkap wajahnya di kamera.
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Teen Fiction"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...