2 0 || Bagaimana Bisa Kenal?

164 19 25
                                    

HEIYO WELKOM BEK GENGSS👊🏻

🕊️🕊️🕊️

"Ma, aku boleh masuk?"

Setelah suara ketukan pintu beberapa kali disambung oleh suara tanya Reiga, meminta izin pada sang pemilik kamar. Tak berselang lama teriakan Mama Ria menembus pintu. Mempersilahkan putra sulungnya untuk membuka pintu sendiri.

Reiga mulai menginjakkan kaki kekarnya di ruang kamar Mama Ria, tak lupa menutup kembali pintunya. Dilihatnya sosok perempuan paruh baya yang terbaring di gumpalan bak kapas empuk. Reiga menghela napas, tidak tega melihat Mama Ria lesu seperti itu.

Segera Reiga mendekat, "mama udah enakan belum?"

"Sudah lebih baik nih."

"Jangan capek-capek, Ma. Sakitnya sebentar aja loh."

"Iya, Abang besok pasti sudah sembuh."

Reiga manggut-manggut, "dapat salam dan doa cepat pulih, Ma."

Kening Mama Ria menggambarkan garis kerutan, mata beliau pun mulai menyipit. Kebingungan mendapat titipan salam tidak tahu dari siapa. Juga heran melihat Putra sulungnya tengah senyum-senyum sendiri. Entah apa yang membuat putranya itu tampak senang.

"Dari siapa, Abang?"

"Yang nganterin paket, Mama," jawabnya sembari memberikan kotak paket.

"Ya ampun! Baik sekali."

Senyum hangat Mama Ria pun terbit, bersamaan dengan menerima kotak paket yang disalurkan Reiga. Mendengar pujian kecil dari sang Mama, Reiga pun cekikikan. Padahal pujian itu bukan untuk nya.

"Udah dibayar kan, Abang?"

"Aku kasih lima ratus ribu, dia ambil seratus aja."

"Loh?" Mama Ria membeo dengan bingung lagi, ia berdecak. "Abang, harga skincare nya aja dua ratus tiga puluh ribu!"

Mulut Reiga mulai terbuka, "aku nggak tahu, Ma."

"Nggak tanya?"

Kepala Reiga hanya merespon dengan gelengan pelan, membuat Mama Ria menghela napas. Reiga sendiri pun merasa sedikit menyesal, seharusnya ia berikan semuanya secara paksa. Ya, Zelyn harus dipaksa.

"Maaf, Ma nanti Abang urus sisa nya."

"Memang tahu orangnya?"

Reiga mengangguk cepat, "gampang itu mah!"

Melihat ekspresi wajah Reiga yang begitu percaya diri dengan senyum lebarnya. Sedikit meyakinkan Mama Ria, garis senyum di wajah pucat pasi beliau pun mulai tertarik lagi. Mempercayakan putra sulungnya menyelesaikan urusan tersebut.

"Tadi diminta mampir nolak," katanya.

"Mampir?"

"Iya, jenguk Mama sekalian."

Sejenak Mama Ria mencerna apa yang Reiga lontarkan, kemudian ia tertawa kecil. Menganggap hal yang dilakukan Reiga lucu. Mama Ria geleng-geleng kepala sembari menepuk pelan pundak lebar nan tegap itu.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang