"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!"
Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...
Tamu yang tidak diharapkan sama sekali kehadiran nya oleh sang tuan rumah, kedatangannya secara tiba-tiba cukup mengejutkan. Bahkan tanpa segan Zelyn menolak Reiga bertamu di rumahnya. Terang-terangan ia mengusir Reiga untuk meninggalkan jejak dari halaman rumahnya.
Sayangnya, Reiga tak cukup menurut.
Penuh keterpaksaan Zelyn memperlihatkan Reiga untuk duduk di bangku teras. Sebab di rumah hanya ada dirinya seorang, ia tak mau berduaan di dalam rumah dengan cowok asing Ya semacam Reiga.
"Mama buat cake sisa banyak, gue keingat lo makannya telpon. Tapi telpon lo sibuk," katanya menjelaskan maksud kedatangan tersebut.
"Tapi nggak perlu lo langsung samperin."
"Salah lo mengabaikan telpon gue. Teleponan sama siapa sih?"
"Sananta," jawabnya menyebut satu nama dengan santai tanpa ragu. Meski terlihat jelas raut Reiga yang berubah sedikit masam.
Kemudian kepala Reiga manggut-manggut, cukup paham ia tersenyum. "Ok, urusan organisasi memang penting!"
Lebih baik Reiga berpikir positif, meyakini isi pembicaraan dalam telpon itu terkait organisasi. Pastinya begitu kan?
Zelyn berdehem, "thanks btw."
"Harus lo habisin!"
"Tanpa lo suruh!"
Lalu paperbag di atas meja kaca itu segera Zelyn buka, aroma kue semerbak menusuk hidungnya. Cukup membuat garis bibirnya tertarik, semakin lebar saat lidahnya merasakan cita rasa dan kelembutan kue tersebut.
Selain mie ayam dan susu kotak, Zelyn penggemar berat segala cake. Ya, dia pun terlihat seperti cewek kue kan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Pelan-pelan makannya, nggak gue minta."
Kata nya yang sedaritadi memperhatikan, Zelyn saat makan adalah pemandangan favorit nya. Hal itu membuat mata Zelyn mendelik sebal, ia berhenti mengunyah sembari menutup kembali paperbag nya.
Reiga menaikkan satu alisnya, "kok berhenti? Gue tegur dikit doang."
"Apa sih?" decaknya. "Gue mau mandi dulu, gerah badan."
"Lo belum mandi?"
"Apa? Mau bilang bau?"
Kepala Reiga menggeleng, "nggak kelihatan belum mandi soalnya. Cakepnya sama."