4 4 || Dejavu?

208 23 4
                                        

HAPPY READING SEMUANYA💕

🕊️🕊️🕊️

Pandangan Reiga menatap lekat layar ponselnya tanpa niat membuka bubble chat tersebut. Tangannya terkepal erat lalu melempar ponselnya ke sembarangan arah, hingga ponsel itu rusak. Reiga tidak peduli melihat layar ponselnya pecah. Ia kembali melanjutkan gym nya dengan nafas menderu.

Rahang Reiga mengeras dengan sorot mata memanas, tiap kalimat yang Zelyn lontarkan masih melayang di kepala nya. Reiga tak bisa menahan seluruh emosinya seperti di kantin belakang tadi. Ia meluapkan segalanya di samsak tinju.

Sampai Reiga merasakan sesuatu dingin menyentuh pipi nya. Kepalanya menoleh, mendapati Papa Martin membawakan botol mineral dingin.

"Olahraga itu juga ada porsinya. Kalau begini olahraga nggak baik untuk badan kamu."

"Badanku udah bagus yang penting."

"Ngawur namanya," kata Papa Martin melempar botol tersebut pada Reiga. Segera diteguk habis oleh nya sebab sangat haus.

Papa Martin melirik ponsel Reiga di lantai, "hp kamu pecah itu. Jangan minta uang Papa buat beli baru."

"Dih?" Reiga menukikkan alisnya. "Aku punya penghasilan sendiri ya, Boss!"

"Siap siap, Bos muda!"

Reiga tertawa kecil melihat Papa nya manggut-manggut dengan dada membusur. Kemudian keduanya mengambil duduk di atas matras, Reiga baru mengistirahatkan dirinya sekarang.

"Pa," panggil Reiga dengan nada rendah. "Papa bilang dapetin mama susah ya?"

"Banget! Apalagi posisinya mama kamu pacar orang waktu itu."

"Papa pernah sakit hati atau marah?"

Papa Martin menatap putranya dengan kekehan kecil, "dulu setiap saat Papa mencintai mama kamu adanya sakit hati. Kamu bisa bayangkan, mencintai orang yang jelas-jelas hatinya milik pria lain. Secara terang-terangan itu diperlihatkan."

Kedengarannya memang sungguh menyakitkan bukan?

Reiga sendiri sedikit meringis membayangkan nya, cinta bertepuk sebelah tangah di tambah hati dia sudah menjadi milik orang lain. Tidak semua orang akan tetap bertahan di posisi semacam itu. Reiga sendiri tak yakin dirinya mampu.

"Kenapa Papa nggak menyerah?"

"Karena papa mencintai mama kamu," jawabnya bangga. Sama sekali tak ada keraguan di senyum yang terukir indah.

"Orang bilang Papa terlalu obses dengan Mama kamu. Tapi papa rasa, cinta Papa beneran udah habis di Mama kamu."

Reiga tersenyum kecil, lucu baginya mendengar Papa nya berkata seperti itu. Ia bisa merasakan seberapa besar cinta Papa nya.

"Nggak peduli bagaimana Mama kamu bersikap atau seberapa banyak menyakiti. Papa tetap terus memperjuangkan nya. Baru berhenti saat Papa sudah menang."

Papa Martin berdehem, "lihat sekarang hasilnya?"

Kembali beliau membanggakan cintanya. Memang patut untuk diapresiasi bagaimana perjuangan Papa Martin. Reiga sendiri takjub akan perjuangan Papa nya. Jika Papa nya menyerah dulu, entah bagaimana dirinya sekarang ini.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang