6 2 || Kuat dan Kokoh

113 14 2
                                    

HAPPY READING🌻

🕊️🕊️🕊️

Panas menjalar disekujur tubuh Reiga, aliran darahnya seolah menyebarkan emosi yang bergejolak tinggi. Memuncak hingga ujung kepalanya ingin pecah rasanya. Dalam emosi tinggi, Reiga mengendarai motornya tanpa aturan aman. Meski begitu untungnya motornya berhenti tepat di depan rumahnya dengan selamat, ia masih ingat pulang walau kacau kondisinya.

Kepalan tangan Reiga semakin erat saat menginjakkan kaki di rumahnya. Suasa hangat sudah tidak terasa lagi, hanya amarah dan rasa sakit yang menyambutnya kini. Rumah ini bukan lagi tempat nyaman yang menjadi tujuan akhirnya saat dunia begitu melelahkan.

Namun, satu ruang di rumah ini cukup menenangkan untuknya mengurung diri. Kamar nya.

Reiga melempar tas nya sembarangan, melepas sepatu dan seragamnya begitu saja. Deru napasnya memburu dengan tatapan dingin nan tajam. Cepat-cepat ia menuju kamar mandi untuk melepas segala penatnya. Membiarkan dinginnya air membasahi seluruh tubuhnya dari ujung kepala.

Reiga marah. Reiga kecewa. Reiga sakit. Reiga muka. Reiga kacau. Reiga lelah. Reiga bingung. Reiga pusing. Reiga menangis. Dan Reiga sendiri.

Lelaki itu mencoba kuat dalam diamnya. Tidak membagi sedikit pun beban yang semakin bertambah berat. Segalanya ia pendam sendiri dan menganggap akan dapat terselesaikan.

Matanya terpejam merasakan derasnya air mengalir di wajahnya, bercampur air mata. Sudut bibirnya tertarik tipis, "future gona be oke!"

Begitulah kalimat penenangnya. Entah sampai kapan akan bertahan?

Mungkin benar makna dari nama nya, 'Niscala' yang secara bahasa sansekerta memiliki arti kuat dan kokoh. Persis seperti sikapnya saat ini menghadapi begitu banyak beban.

🕊️🕊️🕊️

"Reiga! Reiga! Reiga!"

Ketukan keras dari Papa Martin pada pintu kamar Reiga tak ada hentinya. Panggilannya dengan lantang pun masih belum ada sahutan dari dalam. Rasa cemas dan kesal bercampur, tetapi segera mereda saat knop pintu itu mulai bergerak. Tubuh Reiga yang masih basah dengan dada telanjang dan bawahan handuk, terpampang di tengah pintu.

"Ya ampun, Pa! Kenapa sih teriak-teriak?"

"Makanya nyahut dong!"

"Lagi mandi juga."

Papa Martin geleng-geleng kepala, tanpa membalas lagi ia masuk begitu saja. Reiga tak bisa menolaknya karena Papa Martin akan bersikeras. Ia menutup kembali pintu kamarnya dan beralih pada lemari pakaiannya. Membiarkan Papa Martin sedang ia berganti pakaian.

Papa Martin mengamati sekeliling kamar putra nya, "kamar jelek begini kok betah banget ngurung diri di sini."

"Dilarang berkomentar!"

"Enggak ada yang menarik, pasti bosan di kamar seperti ini. Biasanya juga nge-gym atau--"

"Papa," potong Reiga sembari menutup lemarinya. "Mau bahas soal apa? Itu kan tujuan Papa ke sini?"

Tubuh Papa Martin berbalik dengan kedua tangan di saku celana, ia tersenyum. "Biarin Papa nya basa-basi dulu gitu. Masa langsung tanya-jawab?"

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang