5 3 || Dekapan Hangat, Pacarnya

181 18 5
                                    

Selamat Membaca😻

🕊️🕊️🕊️

Deru motor Reiga membisingi area sekolahan yang sudah mulai ramai, sudah hampir waktunya pembelajaran di mulai. Meski bangun begitu pagi tetapi Zelyn berangkat siang sebab berboncengan dengan Reiga. Cowok itu memaksanya tanpa memberi kesempatan menolak sama sekali. Apalagi Bunda Adya mendukung kubu Reiga. Mau tidak mau Zelyn hari ini harus rela menjadi sorotan murid sekolah nya.

Zelyn menahan tangan Reiga yang hendak melepas helm nya, ia menggeleng. "Nggak perlu melakukan adegan semacam itu!"

"Lepas, lo mau pakai sampai kelas?"

"Gue malu," cicitnya. Zelyn sadar betul menjadi pusat perhatian sekarang. Karena parkiran dekat dengan kantin belakang, lapangan dan koridor yang banyak orang berlalu-lalang. Semua orang tentunya terkejut dengan gadis yang di bonceng Reiga, bukan adiknya seperti biasa.

Mata Reiga menyapu sekitar, ia sudah biasa dengan banyak pasang mata yang memperhatikan nya. Bukan narsis memang itu faktanya. Namun ia sadar hal itu membuat Zelyn tak nyaman. Gadis itu tidak suka menjadi pusat perhatian. Reiga juga, tidak suka ada orang lain memperhatikan gadis nya.

"Hey!" pekiknya dengan pengambilan nada begitu tinggi. Cukup mengejutkan semua orang, termasuk Zelyn. Mulai was-was terhadap apa yang akan Reiga lakukan.

"Tutup mata lo semua! Jangan lihat pacar gue!" Sorak-sorai terdengar, tetapi dalam sekejap hening sebab Reiga memberi peringatan.

Sedang Zelyn menangkup rapat wajahnya dengan kedua telapak tangannya, rasa malunya semakin meningkat. Perlakuan tidak terduga dari Reiga yang cukup membuat nya ingin mengamuk sekarang juga. Ia memang malu semua orang melihatnya, tetapi perkataan Reiga jauh lebih membuatnya malu. Kalau telapak tangannya di buka, kalian bisa lihat rona merah menyebar di seluruh wajahnya.

Reiga menoleh kepada Zelyn yang masih menggerutu, tangannya perlahan melepas helm dari kepala Zelyn. "Ayo ke kelas, nanti kalau telat lo marahnya ke gue."

"Sekarang pun gue mau marah sama lo!"

"Dipersilahkan," katanya sembari berjalan beriringan. "Amuk-amuk aja gue terserah lo, mau cium juga boleh."

"REI!"

"Mumpung nggak ada yang lihat kan? Pada nurut merem semua," sahutnya sembari cekikikan.

Sebelum amarah Zelyn benar-benar meluap, ia segera menggenggam telapak tangan Zelyn. Senyum hangatnya tergambar dengan hidung mengernyit, seolah meminta maaf. Sedikit meredupkan api amarah Zelyn karena ia sendiri yang menyulut.

Zelyn menghela napas sembari menunduk, senyum tipisnya terbit. Memperhatikan langkah kaki keduanya yang beriringan dengan genggaman tangan itu. Hal menggemaskan yang belum pernah ia rasakan. Berkali-kali, Zelyn ingin bersyukur atas momen kebersamaan nya dengan Reiga.

🕊️🕊️🕊️

Di pojok lorong, sepasang mata terus memperhatikan seksama dua sejoli yang menjadi pusat perhatian. Dari parkiran hingga kedua punggung itu menghilang. Mata Beryl tak berkedip sama sekali, meski dipeluk matanya sekuat mungkin membendung air matanya.

Tiba-tiba saja seseorang menyenggol pundak nya, ia pun menoleh sembari mengusap kasar matanya. Mendapati Sananta menatap lurus dengan wajah dinginnya.

"Sananta?" panggilnya.

"Rasanya sakit kan? Kenapa dilihat?"

Beryl meneguk ludahnya sejenak lalu membuang wajahnya, "enggak."

"Lepasin aja hal-hal yang cuma menimbulkan rasa sakit, kalau sekiranya lo nggak bisa kejar lagi."

Terdengar nada dingin Sananta yang berucap tanpa menoleh sedikit pun, pandangnya tetap lurus. Kalimatnya langsung tertuju pada pointnya tanpa basa basi. Beryl yang mendengar berusaha tidak bereaksi terkejut berlebihan. Ia tidak terlalu dekat dengan Sananta, tapi tiba-tiba cowok itu datang dan mengatakan hal yang sensitif. Meski memang benar adanya.

Sananta tetap melanjutkan diantara diamnya Beryl.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang