HAPPY READING SEMUANYA🙆
🕊️🕊️🕊️
"WAIT!"
Nyaring suara Zelyn dengan tangan yang reflek menarik ujung baju Reiga yang berjalan lebih depan darinya. Langkah Reiga berhenti tepat bersamaan kepalanya menoleh, melihat Zelyn tengah bermain dengan anak kucing sambil berjongkok. Anak kucing tersebut tampak nyaman mendapat elusan halus dari telapak tangan Zelyn.
Reiga menggeleng, "masa kucing Bu Yuyun udah lahiran aja sih?"
"Emang iya ini anaknya?"
"Waktu gue foto kucingnya hamil, kayaknya."
"Lo pikir sekolah ini cuma ada satu kucing!"
Kedua lengan tangan Reiga terlipat sembari menggendikkan bahunya, membiarkan Zelyn berpuas diri untuk bermain anak kucing. Tanpa membuka mulut sedikit pun Reiga menunggu Zelyn penuh fokus menatapnya. Selalu, menjadi objek indah yang tak membiarkan netra gelapnya teralih.
Namun dari kejauhan, ujung netra Reiga menangkap benda bulat menggelinding ke arahnya. Cepat-cepat kaki Reiga menjangkau bola itu agar lajunya berhenti. Diraihnya bola basket tersebut sembari memantulkan nya beberapa kali, matanya menelisik pemilik bola ini.
"Reiga," panggil seseorang dari samping kiri Reiga. Saat kepala itu menoleh dengan alis naik satu, Beryl mengukir senyum penuh. Tangannya menengadah, "itu bola aku."
"Oh, sorry."
"Nggak apa, bolanya yang datengin kamu. Ngajak main kayak dulu itu bolanya."
Reiga membeo sejenak, penuturan Beryl dapat ia tangkap point nya ke mana. Sayangnya Reiga tak menyukai itu. Segera ia mengembalikan bola basket pada pemilik awalnya.
"Gue lupa cara main basket."
"Dulu aja aku yang ngajarin kamu loh. Ingat kan?" katanya, seolah tak ingin bernostalgia sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Fiksi Remaja"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...