HAPPY READING GAIS🪅
🕊️🕊️🕊️
Rintihan hujan yang perlahan membasahi bumi membuat Zelyn tak dapat segera pulang. Terpaksa ia harus kembali meneduh di kantin belakang, selain tidak membawa jaz hujan ia pun tidak tahan akan hawa dingin. Bisa-bisanya alergi dinginnya kambuh.
Sekarang, duduk di kantin belakang di temani Reiga menikmati tiap tetesan air hujan.
Reiga menoleh, "suka hujan?"
"Hujan itu berkah alam, Bunda selalu bilang harus bersyukur saat hujan. Bau hujan itu enak. Walaupun gue nggak suka dingin."
Seutas senyum di wajah Reiga semakin tertarik lebar, memandang dari samping paras cantik yang masih menatap rintihan hujan. Zelyn selalu menjadi objek favorit dimana ia tak bisa mengalihkan pandangannya.
Reiga masih mengamati dan menyadari Zelyn sengaja menahan sesuatu di tubuhnya. Jelas gadis itu tak kuat dengan hawa dingin, tapi Zelyn mencoba menyembunyikan nya. Padahal wajahnya mulai memucat.
"Dingin ya?"
"Hah?" beo Zelyn sembari menolehkan kepalanya, ia bergumam. "Sedikit dingin."
"Tumben nggak pakai cardigan. Ke mana cardigan warna-warni lo itu?
"Ketinggalan," jawabnya lalu kembali menatap depan.
Reiga menghela napas dengan gelengan kepala kecil melihat respon Zelyn. Arah bola mata gelapnya ikut menatap rintihan air hujan yang derasnya tak kunjung reda. Semakin menambah tingkat hawa dingin. Reiga kembali menoleh pada Zelyn yang banyak diam. Zelyn sungguh menikmati hujan, sedang Reiga lebih suka menikmati pesona Zelyn.
Beberapa detik ia terdiam, sebelum menarik napas dalam-dalam untuk kembali bersuara.
"Butuh kehangatan kan?" tanyanya menyita seluruh atensi Zelyn.
Meski tidak langsung menoleh terlihat ekspresi kebingungan dan sedikit terkejut. Zelyn semakin merasa canggung untuk merespon. Takut-takut ia merusak suasana, lebih takut lagi jika Reiga bereaksi berlebihan. Zelyn benar-benar tidak tahu harus apa. Ia pun hanya mampu menganggukkan kepalanya sebagai respon.
Reiga tersenyum kecil, "boleh gue jadi cardigan lo, my little cake?"
Ekspresi Zelyn semakin pucat pasi, ia tidak punya keberanian untuk menoleh dan bertatap mata. Seluruh tubuhnya tiba-tiba kaku mendengar kalimat Reiga yang mengingatkan nya pada menfess Reiga untuknya. Panggilan yang cukup membuat jantung Zelyn tak bisa dikendalikan.
Apa ini?
Secara tiba-tiba Reiga seperti ini? Akal sehat Zelyn tidak bisa diajak berpikir secara waras. Ia masih saja mematung.
"Can I?"
Zelyn mengerjapkan matanya mendengar rendah suara Reiga berucap lirih. Semakin merinding sekujur tubuhnya merasakan halusnya telapak tangan Reiga menindih punggung tangan nya. Seolah memberikan keberanian agar Zelyn menoleh secara perlahan. Ya, Zelyn mencoba tidak sepengecut itu.
Dengan sedikit nyali yang ia punya, ia mengangguk. "Yes, for sure."
Mendengar kepastian jawaban Zelyn membuat senyum Reiga semakin lebar. Ia sampai tertawa kecil merasa begitu bahagia. Tanpa ragu dan menunggu lagi, tangan Reiga menarik lembut pinggang Zelyn hingga semakin mendekat.
![](https://img.wattpad.com/cover/343186547-288-k522786.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
N I S C A L A
Teen Fiction"ISVARA EIRA ZELYN, GUE TUNGGU DI PARKIRAN BELAKANG! LO BISA FOTBAR SAMA GUE!" Lantang suara Reiga menggelegar, menyebut nama Zelyn hingga terdengar di tiap penjuru sekolah. Sayangnya, Zelyn sendiri tak berharap namanya yang disebut. Meski begitu i...