4 6 || Berkemudi dan Bercerita

118 13 5
                                    

HAPPY READING 😉

🕊️🕊️🕊️

"Pipi lo masih free kan?"

Beberapa kali kelopak mata Zelyn mengerjap-ngerjap, mencoba mengusir rasa aneh yang menelisir di seluruh tubuhnya. Rasanya sulit mengalihkan bola matanya yang seakan terkunci oleh netra Reiga. Pikat senyum cowok itu begitu kuat. Nyaris Zelyn tak mampu mengendalikan degup jantungnya.

Kenapa kalimat cowok itu terdengar ambigu di telinga nya? Sengaja kah menggoda?

Zelyn mengerjap sekali lalu membuang muka, "please jangan sembarangan deh ya!"

"Loh? Lo mikir apa?"

"Ya apa kek? Pake nanya!"

Kedua alis Reiga saling bertukik memandang heran, lalu ia terkekeh kecil sembari mencubit pipi gembul sebab senyum yang tertekuk. Reiga semakin tertawa mendengar rintihan pelan si empu. Setelah mendapatkan tatapan sengit barulah ia berhenti.

"Mau gue cubit pipinya. Lo pikir kasih cium?"

Mata coklat Zelyn melotot sempurna di hadapan Reiga, perkataan nya terlalu blak-blakan. Meski apa yang Reiga ucapkan sama seperti pemikiran Zelyn di awal tadi. Ekspresi Zelyn yang mencoba menutupi rasa malunya membuat Reiga semakin gemas.

Zelyn mendengus, "hadiah apaan kalau cubit gitu?"

"Oh, mau cium gitu?"

"Ogah! Lo kali yang ngarep mau cium gue!"

"Emang," sahut Reiga santai tapi berdampak tidak santai bagi detak jantung Zelyn. Ujung netra Zelyn melayangkan tatapan menusuk sebelum ia cepat-cepat menjauh. Tidak peduli lututnya yang sakit, ingin segera menghindar serangan jantung dari Reiga.

Bagi Reiga, dalam benaknya memang sangat menginginkan hal manis tersebut. Ia hanya menahannya saja sampai merasa pantas. Benar kan?

🕊️🕊️🕊️

"Gue izin ngebut, biar pesenan cepat sampai. Bukan modus dipeluk lo!"

Mata Zelyn melirik sipit pada arah spion yang juga sekilas di lihat Reiga, hidungnya tampak mengendus curiga meski Reiga sudah memberikan penjelasan. Tak lama dari diamnya Zelyn tiba-tiba Reiga menambah kecepatan gas motornya. Zelyn yang kurang siap pun terperanjat kaget sampai memeluk erat perut Reiga.

Kali ini degup jantungnya begitu cepat sebab rasa takutnya, cengkraman nya pun begitu kuat. Melihat reflek Zelyn membuat Reiga tersenyum tipis tetapi hanya sejenak. Kemudian Reiga mulai mengurangi kecepatan motornya, sebab tidak ingin membuat Zelyn tidak nyaman dengan rasa takut nya.

"Jangan dilepas," kata Reiga mencegah tanpa gengsi. "Kalau-kalau gue ngebut mendadak, nanti lo terbang."

"Ck, minta peluk tuh bilang aja!"

"Lo nya juga nyaman banget nempel gue. Suka ya?"

Zelyn melirik kembali ke arah spion, lagi-lagi mereka saling tatap meski hanya sepersekian detik. Reiga kembali fokus menyetir. Lain dengan Zelyn yang tenggelam dalam benak pikirannya.

Rasa-rasanya bibir plumpy itu kelu untuk menjawab pertanyaan sesingkat itu. Gejolak-gejolak tak karuan membuat Zelyn semakin bingung. Namun, Zelyn tak ingin menyia-nyiakan waktu yang ia miliki untuk ingin menebus kesalahannya waktu itu.

Zelyn tak akan menjadi pengecut terhadap perasaannya sendiri.

"Suka lo? Gue pantas kah suka sama lo?"

"Gue kalik yang nggak pantas buat lo, kata lo nggak sudi--"

"Ssst!" Tangan Zelyn naik untuk membekap mulut Reiga. Ia menggeleng di punggung kekar itu, Reiga dapat merasakan nya.

N I S C A L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang