"MASIH sakit?" Kenzie duduk di tepi ranjang, tepatnya di sebelah Anyara yang baru saja sadar dari pingsannya. Cewek itu bangun dari tidur membenarkan posisi duduk agak menjauh dari Kenzie.
Anyara agak trauma.
"Ra," Kenzie memanggil lembut. "Gue tanya masih sakit?"
"Enggak. Udah gak apa-apa." Anyara menjawab pelan, menundukkan kepala, tidak mau bersua dengan manik yang memancarkan sinar lembut padanya. "Kamu balik lagi aja ke sekolah."
"Setelah gue anter lo pulang."
"Ken," Anyara meluruskan pandangan, menyorot Kenzie lekat-lekat, "Belva mungkin bakal marah lagi kalau kamu gak ke sekolah sekarang."
Kenzie mengerti arah pembicaraan ini. Anyara pasti ketakutan. Anyara pasti selalu merasa terancam tiap kali dirinya mencoba dekat sedangkan Belva masih tergila-gila pada Kenzie. Semua ini karena cewek itu.
"Gue bakal ke sekolah setelah anter lo pulang. Gak ada penolakan."
°°°
Antagonist"Cewek gila kayak lo mending enyah dari hidup gue."
°°°
"Kenzie!" Begitu melihat cowok berseragam olahraga itu keluar dari toilet, Belva langsung berlari. Kenzie sempat menoleh sekilas, sebelum akhirnya memalingkan muka. Bergegas pergi tidak selera meladeni Belva.
"Kenzie, gue mau ngomong sama lo" Belva spontan meraih tangan Kenzie. Mencegah langkah agar tak kembali terambil. Namun, sedetik kemudian, Kenzie menyentak kasar tangan Belva sampai terlepas. Seketika cewek itu mundur selangkah.
Membalikkan badan menghadap Belva, memberi pandangan tajam, Kenzie melangkah mendekat. Mengikis jarak hingga wajah mereka hanya tinggal beberapa senti. Tinggi mereka terpaut cukup jauh. Belva sampai harus mendongakkan wajah. Berbalas tatap dengan cowok itu tanpa mengerjap.
"Kenzie, gue–"
"Lo masih punya muka di depan gue? Setelah tingkah gila lo yang bikin hebih seantero sekolah?" Menyela mendesis, mengeraskan rahang hanya dalam hitungan detik, Kenzie mendecih. Ia tersenyum jijik. Belva tidak mampu berkata.
"Lo bener-bener cewek yang paling buat gue sial, ngerti? Sehari aja. Apa lo gak bisa sehari aja gak ngerusuhin Anyara?"
Jadi, lagi-lagi Kenzie membela cewek itu ya?
Belva mungkin memang sebodoh itu. Mencintai, mengejar-ngejar Kenzie tidak tahu malu, Belva benar-benar kelihatan murahan. Dia akan membunuh siapapun yang mendekati Kenzie. Belva akan memberi pelajaran pada setiap cewek yang menarik Kenzie menjauh darinya.
Ia egois. Belva tahu dirinya memang sejahat itu. Karena sejak kecil Kenzie selalu memperhatikannya, tidak pernah menyakitinya, Belva tidak rela cowok itu berpaling darinya. Tapi, kenapa? Kenapa Kenzie tidak menyadari kehadiran Belva yang sudah sedekat itu dengan dirinya.
"Ken, gue cuma gak mau lo pergi dari gue. Gue udah terlalu bergantung sama lo sejak kecil. Gue gak bisa kehilangan lo," ujar Belva. Terdengar ada nada frustrasi dalam kalimatnya. Cewek itu membasahi bibir bagian bawah, melanjutkan seraya tangannya meraih kerah Kenzie, "Lo gak lupa kan sama masa kecil kita? Lo gak pernah biarin siapa pun nyakitin gue. Tapi, kenapa sekarang lo selalu nyakitin gue?"
"Kalau gitu mundur." Kenzie mengatakan enteng, menaikkan sebelah alis, mengendikkan bahu acuh tak acuh. "Mundur sebelum gue makin nyakitin lo lebih dalem."
"Itu juga bakalan nyakitin gue, Kenzie!" Belva mendorong dada Kenzie, napasnya memburu, matanya melayangkan tatapan tidak percaya. Kenzie selalu semudah itu menyuruhnya untuk pergi. "Ken, gue cinta lo. Gue cinta, cinta, cinta sama lo. Dibanding Anyara, cinta gue ke elo lebih besar. Kenapa lo gak bisa nyadarin hal itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Ficção AdolescenteBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...