"KENZIE, kamu baru pulang?" Laura sedang duduk di sofa ruang tv, di depan laptopnya yang menyala, dia sedikit memelorotkan kacamata. Kenzie melangkah gontai, memberikan seulas senyum kecil pada sang mama."Kenzie laper."
"Mama siapin makan, ya? Kamu bersih-bersih dulu abis itu ganti baju." Laura membereskan kertas-kertas di meja, menumpuknya menjadi satu, serta melepas kacamata dari pangkal hidungnya.
Wanita berusia tiga puluh tujuh tahun itu beranjak dari duduknya. Sesaat, dia teringat sesuatu. Jemarinya berjentik, membuat atensi Kenzie kembali terambil, tidak jadi melanjutkan langkah.
"Oh, ya, Belva gak bareng kamu? Papanya tadi nyariin, tapi sampe sore gini Belva belum pulang. Om Dirga bilang Belva mau pulang sama kamu."
"Enggak. Kenzie gak pernah pulang bareng sama Belva, tuh." Dia menjawab ogah-ogahan. Sejatinya, Kenzie mencampakkan Belva ketika cewek itu meminta pulang bersama. Kenzie mencari Anyara, tapi ia terlambat. Cewek itu sudah pergi naik angkot lebih dulu.
Menghela napas, Kenzie nyaris kembali berjalan sebelum akhirnya suara sang mama lagi-lagi menginterupsi dan membuat kaki-kakinya balik menapak.
"Kenzie, kamu bantuin Om Dirga nyari Belva, ya? atau kamu tanya sama temen-temennya Belva. Mama juga khawatir Belva kenapa-napa."
Menghela napas, terlalu malas mengerjakan perintah Laura, Kenzie menolak secara halus, "Ma, Kenzie capek abis latihan. Belva pasti baik-baik aja, jadi Mama gak perlu khawatir."
"Ya, tetep aja Mama masih gak tenang kalo belum denger kabar tentang Belva. Kamu bantu cari, ya? Please." Laura memasang puppy eyes. Melihat itu, Kenzie jadi luluh seketika. Dia mengembuskan karbon dioksida sepelan mungkin.
"Hm. Nanti Kenzie cari. Abis tidur." Kenzie melengos, menaiki tangga bersama tas di punggungnya.
"Jangan tidur, Kenzie! Keburu Belva–nya kenapa-kenapa nanti."
°°°
Antagonist
"Kadang, hal kecil yang lo lakuin sama gue buat gue jadi senyum-senyum gak jelas, tahu."
°°°
Hujan mengguyur deras.
Di bawah atap warung kosong. Di antara dingin yang mencengkeram sel kulit. Belva duduk di satu kursi kayu. Ia kesal sekali mengingat kejadian beberapa jam lalu. Kenzie lagi-lagi mencampakkan Belva dan mengejar Anyara.
Sialan.
Belva tidak tahu lagi sebuta apa Kenzie pada cewek itu.
Memandang rintikan di depannya, Belba termenung. Belva mengalihkan memorinya pada setan yang mengintilinya di sekolah tadi. Ia berpikir dalam-dalam. Rasanya Belva jadi sedikit terpengaruh akan perkataan Raya beberapa jam lalu di sekolah.
Entah kenapa dirinya jadi seacuh ini. Belva berusaha menyingkirkan perkataan Raya. Menganggap gila cewek yang dia taksir adalah hantu. Tapi, Belva tidak bisa menampik. Dia masih sama kepikiran. Tentang cerita,terjebak hujan. tokoh dan karakter. Sekilas ucapan Raya kedengran gila. Tapi, Belva entah mengapa tidak tenang. Terus berpikir, berpikir, dan berpikir.
"Jelas ini gak mungkin, ck!" Belva meraup wajahnya, membungkuk, menumpukan kedua siku di atas lutut. Belva semakin pening memikirkannya. Dia tidak bisa menyingkirkan suara Raya dari dalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Ficção AdolescenteBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...