39. Jevias dan Karakter Obsesifnya

519 39 1
                                    

Jevias mengambil sebatang rokok dari sakunya. Mengambil korek di atas meja lalu menyalakan ujung rokok tersebut. Cowok itu masih mengenakan seragam, kemejanya dikeluarkan, seluruh kancingnya terbuka memamerkan kaus hitma polos miliknya. Jevias sudah pulang sekolah sejak setengah jam lalu.

Anyara, Anyara, Anyara.

Jevias tidak tahu kenapa ia tidak bisa berhenti memikirkan cewek itu. Padahal, dilihat dari dekat pun, Anyara hanya cewek lemah, cewek yang terlalu lugu dan feminim. Jevias rasanya ingin memiliki Anyara. Seutuhnya. Tapi, ia tidak bisa paham kenapa ia menginginkan itu.

Cowok itu meniupkan asap dari bibirnya. Ia menyandarkan punggung. Jevias mengerlingkan kedua maniknya kala terdengar suara langlah kaki masuk dalam ruangan setengah besar itu. Reyhan mengangkat tangannta mengatakan 'yo' sambil tersenyum kecil. Ia melempar plastik putih ke atas meja. Lalu mendudukkan diri di sofa yang lain.

"Gue ada beli bubur. Makan, gih." Reyhan menyilangkan kedua kaki, menaruh tangan-tangannya di belakang kepala, merasa bangga. Ia seolah menjadi pengasuh yang baik untuk Jevias.

Tapi, reaksi Jevias berbeda. Cowok itu mengernyit, memandang jijik pada Reyhan. "Apa muka gue kelihatan kayak bayi?"

"Banget. Andai keluar dari arena terus perawatan dikit, lo paling dikira anak cewek."

Jevias memutar bola mata malas. "Gue gak mau bubur. Lo makan sendiri. Gue mau keluar dulu, gantian lo jaga basecamp sampe si Romi dateng."

Membuang putung rokoknya ke tempat sampah, cowok itu kemudian beranjak dari sofa. Berjalan seenak jidat sambil melambaikan tangan pada Reyhan tanpa menoleh sedikit pun.

Reyhan menghela napas sabar. "Lo mau ke mana emangnya?"

"Gue mau nyari angin."

°°°
Antagonist

"Gue mau lo, Anyara. Kalau enggak, mending mati aja, oke?"

°°°

Anyara menghela napas. Ia baru saja keluar dari minimarket. Berdiam diri sejenak di dalam, merasakan hawa sejuk sambil pura-pura membeli air. Cewek itu kini berada di luar minimarket, terdiam menatap langit cerah di depannya. Ia baru saja hendak kembali melangkah untuk pulang sampai sebuah motor berhenti dan terparkir di depannya.

Cowok itu menarik helmnya hingga lepas dari kepala. Anyara hanya mengatupkan bibir rapat-rapat ketika Jevias menyugar rambutnya hingga acak-acakan. Cowok itu menatap Anyara, lalu tersenyum aneh. Ia menaruh helmnya dan turun dari motor. Lantas mendekat dan berdiri di hadapan Anyara.

"My Bunny, lo abis dari dalem?" Jevias berbasa basi. Tapi, Anyara tahu cowok ini hanya akan mengusiknya. Akan lebih baik dan jauh lebih baik jika Anyara mengabaikan Jevias.

Anyara melengos, tanpa menjawab septah kata pun, memilih segera berlalu dari Jevias. Tapi, Jevias mencekal tangan Anyara sampai membuat si pemilik berbalik 180 derajat dan kembalii bersirobok dengannya. Jevias menelengkan kepala. Masih mempertahankan sabit andalannya.

"Lepas," desis Anyara.

"Bunny, lo kenapa lari terus, sih, tiap liat gue?" Jevias bertanya geli, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Anyara lalu meniupkan udara ke mata cewek itu. Anyara menatal kesal. Tapi, Jebias tertawa menikmatinya.

Dunia Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang