32. Penyelamatan Kenzie

604 58 6
                                    

"Lo berangkat bareng Kenzie?" Fiara yang tiba dalam kelas, mendudukkan diri di bangku sebelah Belva, langsung menyerang dengan pertanyaan seraya menatap tidak percaya. "Serius itu elo?"

"Ya masa setan?"

Fiara berdecak, "Lo berdua kan sama."

Sensi, Belva menatap kesal Fiara. "Maksudnya gue sama siapa?"

"Lupain." Fiara mengibaskan tangan. Dibanding menjelaskan persamaan Bdlva dengan setan, ia lebih tertarik pada kehebohan seantero sekolah gara-gara Belva dan Kenzie pagi ini. "Kok lo bisa sih berangkat sama Kenzie? Bokap lo ya yang maksa Kenzie?"

Dahi Belva berkerut tidak suka mendengar perkataan Fiara. Ia merasa diremehkan. Cewek itu menaruh ponsel yang dia mainkan sejak beberapa saat lalu, memosisikan diri menghadap Fiara sepenuhnya. "Hah? Ya enggaklah. Orang Kenzie yang jemput gue tiba-tiba."

"Gak percaya," tukas Fiara.

Belva menyentil dahi cewek itu kemudian. "Gak peduli."

Meringis, Fiara mengusap-usap dahinya sambil cemberut. Ia masih penasaran dengan hubungan cewek di sampingnya ini dengan sahabat masa kecilnya. "Gue gak paham, deh. Akhir-akhir ini tuh Kenzie kayak lebih care sama lo. Lo harus hati-hati, Beb. Nanti dimainin tahu rasa lo."

"Enggak. Kenzie gak kayak gitu." Belva membalas lempeng. Membuat Fiara berdecak karena cewek ini terlalu membela cowok yang selalu mencampakkannya dengan sadis.

"Lo tuh kebangetan cinlol tahu, gak? Sepuluh persen cinta, sembilan puluh persen tolol."

°°°
Antagonist

"Gue harus nyelamatin Kenzie apa pun caranya."

°°°

"Oy, Setan." Belva memanggil Raya yang tengah terdiam melamun. Berdiri di tepi pagar atap sekolah, cewek itu tersentak dam menolehkan kepala. Pandangannya linglung sesaat. Belva menelengkan kepala bingung melihatnya agak aneh hari ini. "Lo ngelamun?"

"Belva, nama aku Raya."

"Ya pokoknya itulah." Belva tampak acuh tak acuh, Raya dibuat cemberut. Tapi, untunglah dia penyanar dan baik hati setiap menghadapi tingkah seenak jidat cewek antagonist ini. "Lo gak infoin gue lagi kejadian novel selanjutnya? Biar gue bisa gerak gesit buat nyelametin Kenzie."

"Tujuan aku itu nyelametin kamu. Bukan Kenzie," tegas Raya, terdengar tidak mau dibantah. Belva mengabaikannya.

"Terserah. Jevias sekarang udah muncul. Jadi alurnya gimana lagi?"

"Nanti kamu nekatan lagi." Ucapan Raya terdengar akan menolak perkataan Belva. Yah bagaimana tidak? Sejak awal Raya hanya ingin menjauhkan Belva dafi Kenzie. Menyadarkan bahwa Kenzie adalah sosok yang akan membunuhnya. Tapi, cewek ini malah berlayar ke arah yang salah. "Aku gak mau kasih tahu."

Raya bersidekap. Membuang muka ke arah berlawanan dengan beraninya. Belva menganga melihat itu. Cewek hantu ini benar-benar mencari masalah. Belva jadi ingin melemparnya dadi ketinggian gedung sekolah ini.

"Kasih tahu gue atau gue bakalan jauh lebih nekat dari apa yang lo pikirin." Belva mengancam. Raya dibuat berdecak dan kembali memutar pandangan hingga kedua matanya bersirobok lelah dengan milik Belva.

"Bel, dengerin aku sekali aja bisa gak, sih?"

"Gue bakal selametin diri gue sendiri sama Kenzie. Lo mau bantuin gue gak, sih?" Belva sebal. Ia menghela napas panjang. Memandang langit di depan mata dengan pandangan rumit. "Dari kecil gue udah bergantung sama Kenzie. Dari kecil Kenzie juga selalu ada buat gue."

Dunia Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang