Raya tengah duduk di depan kelas Belva. Hari ini ia mengekori cewek keras kepala itu ke sekolah. Sebisa mungkin Raya harus di dekat Belva. Karena ini mendekati konflik utama, Raya khawatir Belva nekat melakukan hal-hal di luar dugaan. Yah, walaupun pada akhirnya Raya tidak bisa berbuat apa-apa.
Ia mengedarkan pandangan. Sekolah tampak lebih senyap sejak bel pertama berdering beberapa saat lalu. Sekilas, Raya tidak sengaja menangkap siluet seseorang di koridor dekat kelas Kenzie. Raya berdiri, berlari mengejar sesosok cewek yang menghilang di balik koridor yang lain. Karena Raya mengenalnya, Raya ... harus memastikan sesuatu.
"Radit, tolong dengerin aku. Kamu tahu sesuatu tentang Kenzie, kan?"
Raya mengerjapkan matanya dua kali. Anyara Karani dan Raditya. Mereka berada di koridor sepi ini hanya berdua. Cewek berambut panjang itu tampak mendesak Radit. Raya memperhatikan mereka lebih dekat.
"Ra, gue juga gak tahu. Kenzie emang akhir-akhir ini makin lengket sama Belva. Mungkin mereka udah baikan aja."
"Tapi, Kenzie sampe ngelupain aku." Anyara berkata lirih. Ia meraih kedua tangan Radit dan menggenggamnya erat-erat, mendekatkan diri, menatapnya memohon. "Tolong, tolong kalau kamu tahu sesuatu kasih tahu aku. Apa mungkin Belva maksa Kenzie? Kenzie susah banget aku temuin. Aku gak tahu mesti minta tolong sama siapa."
Radit meringis tidak enak. Ia melepas perlahan kedua tangan Anyara. Cewek ini benar-benar di luar dugaan. Jarak mereka terlalu dekat. Radit khawatir ada yang melihat dan salah paham. "Gue udah sering tanya, Ra. Gue pikir Kenzie gak dapet pemaksaan dari siapa pun."
Anyara memerosotkan kedua bahunya lemah. Melihat itu, Radit agak prihatin. Yah, dia paham dengan apa yang cewek ini rasakan. Tiap hari diperlakukan bagai tuan putri, tiap hari selalu dilindungi seperti sosok istimewa, sampai tiba-tiba semuanya tidak lagi sama. Radit benar-benar memaklumi Anyara yang cemas saat ini.
"Gue juga gak tahu kenapa Kenzie berubah. Tapi, buat gue dia tetep Kenzie temen gue yang sama. Gue juga gak akan bilang kalimat penghibur apa pun. Kalau emang Kenzie cuma mainin lo, gue yang bakal hajar. Dan kalau Kenzie udah move on dari lo, lo juga harus ngelakuin hal yang sama. Karena itu artinya dia bukan cowok baik." Radit berkata lembut. Ia menepuk kepala Anyara dua kali sebelum akhirnya meninggalkannya sendiri.
Raya masih diam di tempat. Ia memperhatikan Anyara yang cuma menggigit bibirnya dalam-dalam dan mengepalkan tangan. Raya menatap dengan sorot yang sama dengan Radit. Anyara pasti terluka. Cewek ini ... pasti terluka.
"Dari kemarin ... dari beberapa hari lalu Kenzie ngejauh. Kenzie bahkan gak nolongin aku waktu aku dibuli. Kenzie ... bener-bener ngelupain aku."
Raya tertegun.
Sejak kapan Anyara menyadari semua itu? Perkiraan Raya, karena Anyara tokoh utama, Anyara juga akan kehilangan ingatan tiap kali adegan di luar alur. Artinya, tiap kali Kenzie menjadi dirinya sendiri, harusnya Anyara tidak mengingat perasaannya waktu itu.
Tapi, sejak kapan Anyara mengingat keseluruhan sikap Kenzie padanya? Padahal saat itu, Kenzie selalu tidak ingat tiap kali kembali tertarik alur.
Raya mundur dua langkah. Ia ketika Anyara berputar sembilan puluh derajat. Melayangkan pandangan dingin dan melangkah melewati Raya.
Raya menyisir rambutnya yang tergerai. Ia menatap punggung Anyara dengan tatapan horor. "Kok ... Anyara kayak gitu?"
°°°
Antagonist
"Belva, semuanya makin rumit. Aku ... makin gak paham sama semua yang terjadi setelah kamu ngeubah alur novel ini pelan-pelan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Fiksi RemajaBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...