Belva terhenyak.Ia berusaha melepaskan kedua tangan Anyara dari seragamnya. Tapi, cewek itu terlalu berambisi. Sorot kemarahan dan kebencian terpancar lekat lewat pupil-pupil bergetarnya. Anyara mendorong Belva kasar hingga punggungnya menubruk dinding. Dia menekan leher Belva lebih kuat.
"Boleh kan aku bales kamu atas semua yang udah kamu lakuin ke aku?" Anyara bertanya tenang. Berbeda sekali dengan sepasang kelereng yang memandangnya seolah ingin menghabisi Belva dalam sekejap.
Mendengkus kasar, Belva menatap Anyara menyedihkan. "Ini sebenernya sifat asli lo atau cuma bentuk protes lo karena Kenzie udah balik ke gue?"
"Kenzie, Kenzie, Kenzie, Kenzie terus! Kamu selalu pengen Kenzie, kan?! Kamu ambil aja sampah itu! Bawa jauh-jauh dari aku karena dia cuma bisa bikin aku sakit! Tapi, kalian gak boleh bahagia! Kalian gak boleh sedikit pun bahagia setelah bikin aku sakit kayak gini!"
Anyara kelihatan lebih gila dari biasanya. Ia seperti kelihatan menahan diri, tapi selalu saja kebobolan. Belva cuma membungkam kedua bibir tipisnya rapat-rapat.
Ini ... sama sekali bukan salah Anyara. Belva tahu itu. Cewek ini tidak tahu apa pun tentang alur novel buatan Raya. Ia hanya dikendalikan. Dibuat jatuh hati dan bergantung pada Kenzie. Sebelum akhirnya Belva menghancurkan segalanya dan ia kehilangan kewarasannya.
Belva ... sebenarnya juga tidak bermaksud membuat Anyara jadi begini. Hanya saja ... ia cuma ingin Kenzie-nya kembali. Kenzie yang sebenarnya.
"Lupain Kenzie." Belva berkata tenang. Ia tidak lagi mencengkeram kedua tangan Anyara yang masih berusaha mencekiknya. Sesaat, ia melihat Anyara tertegun. Lalu Belva melanjutkan, "Kenzie gak salah apa pun. Dia cuma lagi gak sadar makanya dia suka sama lo. Lo gak akan paham sekali pun gue jelasin."
Hening.
Anyara melepaskan kerah seragam Belva lalu mundur selangakah memberi ruang di antara mereka. Belva masih memandang tenang. Sampai tiba-tiba Anyara tertawa hina hingga mendonggakkan kepala. Belva berubah menatap waspada.
"Aku gak akan paham? Itu cuma alibi kalian buat ngehancurin aku, kan?" Anyara menghentikan tawanya. Ia menarik napas panjang dan menghela perlahan. Dalam sedetik, air wajahnya kembali dingin. "Sumpah, aku udah muak. Muak, muak, muak banget sama perlakuan kalian."
Saat Anyara mengangkat tangannya, hendak memukul Belva, sseseorang menghalangi jarak antara mereka. Memunggungi Anyara, mengungkung Belva dengan satu tangan melindunginya.
Belva terkejut.
Anyara yang memukul punggung besar di depannya dibuat beku.
"Lo diapain aja sama dia?" Kenzie bertanya berat. Wajahnya hanya berjarak sejengkal di depan wajah Belva. Bahkan cewek itu bisa merasakan deru napas berat dari cowok di depannya ini.
"Kenzie, lo kenapa tiba-tiba–?"
"Bagian mana?" Kenzie menyela. Belva tidak mendengarkan pertanyaannya sebelumnya. Ia menjadi tidak sabaran. "Lo dipukul bagian mana?"
Belva sedikit memalingkan wajah. "Enggak ada."
"Ah, yang bener?" Kenzie tidak langsung percaya karena cewek ini tidak menatapnya. Ia menegapkan punggung dan memutar tubuh menghadap sang pelaku. Kenzie memberi atensi dingin pada Anyara.
Tapi, bukannya terintimidasi, Anyara hanya tersenyum kecil. "Kamu biasanya ngelindungi aku dari dia. Tapi, sekarang kayaknya udah berubah, ya?"
"Gue udah bilang dari awal, kan?" Kenzie mendesis. "Gue yang sekarang ... bukan Kenzie yang cinta mati sama lo. Lo ... ngerti gak, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Teen FictionBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...