8. Selalu Saja

739 53 5
                                    

ANYARA sudah berulang kali dibuli. Mencoba menjauhi Kenzie, berusaha menjadi anak yang tidak mencolok, tapi Anyara tidak permah bisa melakukannya. Kenzie terus berada di sekitarnya. Setidaknya ia menjadi sosok yang lembut dan perhatian padanya. Bukan sesuatu yang salah jika pada akhirnya Anyara benar-benar jatuh hati pada Kenzie.

Hanya saja ... Anyara tidak yakin apa ia bisa bersama cowok itu. Walau ingin, walau sesekali ia bertanya kenapa sesulit ini kisah cintanya. Belva menjadi penghalang paling nyata. Dan Anyara terlalu mudah untuk dibuat luka.

Menghela napas, Anyara menyembunyikan susu kotak di belakang tubuhnya. Ia menatap Belva yang berdiri di depan loker Kenzie. Mereka nyaris melakukan hal yang sama. Tidak mau sampai ketahuan Belva, Anyara mundur perlahan dan menghilang dari gempat itu.

"Andai Belva gak pernah ada," gumamnya.

°°°
Antagonist

"Berhenti bersikap bodoh. Lo sendiri udah tahu jawabannya."

°°°

Membuka loker hendak menaruh kembali sepatu olahraganya, gerakan Kenzie terhenti kala pandangannya menangkap sebuah susu kotak berukuran sedang di depannya. Cowok itu mengambil minuma tersebut. Menyimpan sepatu dan menutup pintu loker, dia berbalik. Tangannya memutar-mutar minuman rasa cokelat itu.

"Itu dari gue."

Bola mata Kenzie langsung berputar. Memandang seorang cewek yang muncul di hadapannya. Menyunggingkan senyuman manis. Belva menautkan jemari di belakang tubuh. Menunggu reaksi dari sang pujaan hati. Tapi, sedetik kemudian cowok itu melempar susu kotak Belva ke kotak sampah tidak jauh dari tempatnya berdiri.

Melotot terkejut, senyuman Belva memudar dalam hitungan detik. Dia memandang susu kotak yang dibelinya beberapa menit lalu. Kemudian berganti ke Kenzie. Cowok itu memasang raut dingin. Seolah sama sekali tidak melakukan kesalahan.

"Kok lo buang, sih?" Memprotes, Belva jelas tidak terima kebaikannya disia-siakan begini. Dia masih ingat betul. Kenzie selalu menyukai susu kotak. Cowok itu selalu meminum susu kotak pemberian Anyara. Tapi, giliran dari Belva, Kenzie membuang seolah itu sampah.

"Gue gak mau buat lo makin berharap." Kenzie sedikit memiringkan kepala, menatap lekat-lekat cewek yang membeku di depannya. "Berhenti ngejar gue. Atau gue bakal buat hal yang lebih nyakitin lo lagi."

Belva medengkus.

"Kalo dari gue aja dibuang. Giliran cewek culun itu lo minum. Pilkas tahu gak lo?" ketus Belva. Tapi, Kenzie tidak menanggapi. Berusaha meredam emosi, tidak mau melakukan hal yang bisa semakin merusak reputasi.

Merasa tidak digubris, Belva melempar pandangan kesal. "Kenzie. Lo jangan baiknya cuma sama Anyara aja. Gimana pun juga kita pernah sahabatan. Kita pernah akrab. Kenapa lo segitu jaga jaraknya sama gue coba?"

"Gak usah ngedrama. Karena sikap lo sendiri yang bikin gue muak sama lo."

"Gue kayak gini karena lo nolak gue mulu! Coba sekali aja lo kasih gue kesempatan jadi pacar lo. Gue gak bakal senekat ini."

"Sampe kapan pun, gue gak akan pernah suka sama lo. Pahamin kalimat barusan." Kenzie menekan kalimat terakhir. Sebelum akhirnya ia melewati Belva, sedikit menubruk bahu kecol itu sampai Belva bergeser.

Dunia Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang