Anyara mengetuk pintu UKS dua kali. Lalu mendorong gagang pintu, mengintip ke dalam ruangan sejenak sebelum akhirnya melangkah masuk. Hal yang pertama kali ia lihat adalah Kenzie yang duduk di kursi dekat brankar kecil. Tempat Belva terbaring dan memejamkan mata. Anyara diam di tempat. Mengamati Kenzie yang tampak tidak menyadari eksistensinya memandangi Belva tanpa berkedip.Diam-diam, kedua tangan Anyara terkepal erat. Ia tidak pernah melihat Kenzie seperti ini. Yang Anyara tahu Kenzie tidak menyukai Belva. Kenzie membenci kehadiran Belva di sekitarnya. Kenzie ... hanya menatapnya.
Tapi, kenapa?
Kenapa Kenzie berpaling pada cewek yang selama ini selalu dia umpati? Anyara tidak mengerti. Anyara mungkin akan baik-baik saja jika Kenzie hanya memperlakukan Belva sebagaimana cowok menghirmati cewek. Tapi, bukan seperti ini. Bukan dengan tatapan sedalam ini.
Anyara ... tidak suka melihatnya.
"Kenzie," panggilnya. Kemzie terbuyarkan, menolehkan kepala, tampak tertegun mendapati Anyara di depannya. Anyara tampak ragu tapi ia tetap mengatakan, "Bisa kita bicara berdua?"
"Bicara tentang?"
Kini, Anyara yang dibuat tertegun. Kenzie menatapnya dengan sorot datar. Pandangan yang belum pernah ia dapat sebelumnya.
"Kalau kamu gak keberatan, ada yang mau aku bilang. Tapi, bukan di sini. Takutnya Belva nanti kebangu–"
"Maaf, Ra. Belva baru aja istirahat. Gue mau jagain sebentar lagi."
Anyara terdiam.
Lagi-lagi Kenzie kembali seperti kala itu. Kenzie yang perhatian dan peduli pada Belva, Kenzie yang melupakannya seolah mereka tidak pernah dekat. Anyara menatap dengan sorot rumit. Tapi, Kenzie kemudian memalingkan wajah dengan sebegitu mudahnya. Anyara semakin tidak paham ada apa dengan cowok itu.
"Ken, kamu gak biasanya kayak gini." Anyara harus mencari tahu. Kenapa Kenzie mengabaikannya? Kenapa Kenzie tiba-tiba begitu peduli pada Belva? "Kamu marah sama aku? Aku ada salah sampe kamu gak mau lagi deket sama aku?"
"Hm?" Kenzie kembali menoleh pada Anyara. Matanya menyorot tak terbaca. "Gue ... juga gak tahu. Hal yang mau lo bicarain penting banget?"
Anyara semakin dibuat tidak mengerti. Kenzie ini berbeda. Sangat berbeda dengan Kenzie yang ia kenal. Cewek itu mengulum senyuman tipis, lalu menggelengkan kepala dan melangkah mundur perlahan. "Besok aja. Gak terlalu penting, kok."
°°°
Antagonist
"Gue deg-degan. Gue ... kenapa kayak salah tingkah gini?"
°°°
Belva mengintip dari sebelah matanya, tapi karena tidak bisa lihat apa-apa, ia lantas menarik ledua kelopak matanya. Celingak-celinguk mencari keberadaaan Kenzie. Belva tidak ingat kapan ia tertidur. Tapi, beberapa saat lalu waktu terbangun, Belva mendapati Kenzie berbicara dengan Anyara. Padahal ia baru tidur beberapa menit. Anyara memang selalu merecoki hidup Belva.
Cewek itu kemudian bangun, duduk dan menekuk kakinya bersila. Ia mengambil ponsel dari dalam saku dan mengaca lewat kamera depan. Dilihatnya matanya sudah lebih baik. Hanya saja masih memerah. Belva menghela napas lega. Yang penting tidak bengkak. Belva mungkin akan jadi bahan tertawaan seantero sekolah kalau sebelah matanya besar.
"Gue mau ke kelas aja, deh." Belva menyimpan ponselnya. Ini masih waktu istirahat kedua. Mungkin Kenzie mengikuti Anyara atau ke kantin untuk makan. Belva tidak berharap harus ditunggui bagai pasien. Ia hendak turun dari kasur kecil itu, tapi sebuah suara menginterupsi, membuat pergerakannya berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Teen FictionBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...