14. Alur yang Tersembunyi

753 63 3
                                    

"BELVA."

Tidak mengacuhkannya. Belva tetap meneruskan langkah tanpa menolehkan kepala sedikit pun. Jam pulang sekolah. Karena hujan dan payungbya entah ke mana, Belva menunggu di kelas hingga sepi. Berharap hujan sedikit lebih reda tapi percuma. Yang lain sudah pulang lebih dulu. Juga Fiara. Cewek itu pulang dijemput papanya dengan motor.

"Bel, aku mau bicara."

Raya berlari mengejar Belva, mendahuluinya, ia berdiri di depan Belva sengaja menghalangi jalan. Mau tidak mau Belva dibuat berhenti. Ia menatap tajam Raya.

"Mau lo apa, sih? Gue lagi gak mood jadi jangan cari masalah."

"Bel," Raya mencekal lengan Belva ketika cewek itu nyaris akan pergi, "kejadian tadi ada di bab tujuh."

Belva menoleh.

"Kejadian Kenzie dan kamu di bawah hujan. Di bab delapan, Kenzie bakal nyelamatin Anyara dari preman," lanjut Raya.

°°°
Antagonist.

"Kamu berhak bahagia. Kenzie cuma bakal jadi luka tanpa obat buat kamu."

°°°


Pulang sekolah, Kenzie mengantar Anyara dulu ke rumah. Ia masih mengkhawatirkan cewek itu. Tapi, di sisi lain diam-diam Kenzie juga mengkhawatirkan Belva. Tidak bisa dielakkan. Kenzie mengakui dirinya kelewatan dengan Belva. Kenzie bahkan juga tidak paham kenapa pikirannya begitu gelap saat kejadian tadi.

Seolah ada diri lain yang marah tiap kali Anyara terluka. Dan Kenzie sesekali tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Sepanjang perjalanan Kenzie tidak tenang. Entah ada apa. Ia juga tak paham. Belva, Belva, Belva. Kenzie terus mengingat perlakuannya pada cewek itu. Riak wajah cewek itu terus terlukis dalam otaknya.

Belva ... terluka karenanya.

Kenzie yang baru saja masuk kamar, langsung melempar badan ke kasur terlentang. Ia menarik satu tangan, menutupi mata dari silau lampu di langit-langit kamarnya. Cowok itu memejamkan kelopak mata. Terdiam lama.

"Kenapa gue sampe kepikiran kayak gini coba?" desisnya. Kenzie bangun dari ranjang. Ia memilih melepas sepatu dan mengambil baju ganti. Berharap mandi akan meredakan gusar dalam diri.

Cowok itu kemudian masuk dalam kamar mandi. Ia menghabiskan waktu nyaris satu jam berendam. Tapi, percuma Kenzie masih saja terbayang Belva. Hingga ia selesai dengan acaranya, Kenzie masih bingung dengan dirinya sendiri.

"KENZIEE! SINI SEBENTAR!"

Laura memanggil Kemzie dari lantai bawah. Cowok yang baru selesai mandi itu langsung keluar kamar. Berlari kecil menuruni tangga, berjalan menuju dapur. Dilihatnya Laura sibuk menata kue dari oven ke dalam toples.

Wanita paruh baya itu menoleh ketika menyadari eksistensi Kenzie. Ia menjentikkan jari sambil tersenyum. "Nah! Kamu gak sibuk, kan? Anterin kue Mama ke rumahnya Belva, ya."

Laura menyerahkan setoples pebuh berisi kue panggang buatannya. Kenzie menarik kursi makan. Duduk sambil berdecak malas tanpa menghiraukan toples di depannya.

"Mama aja, sih. Kenzie baru juga pulang."

"Ya, kan Mama mesti manggang lagi ini. Udah buru sana! Bentar lagi mau maghrib." Laura mendoronh toples bening itu ke tangan Kenzie lalu memukul-mukul punggung putranya. Kenzie memberengut. Tapi, Laura acuh fak acuh.

Dunia Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang