Raya hanya diam di belakang tiga tokoh dalam ceritanya itu. Ia menyorot dalam-dalam Jevias, sosok yang membungkam bibir rapat-rapat seraya menusuk tajam Kenzie dengan sorot matanya.Gue muak banget sama sikap lo yang kelihatan lo punya semuanya.
Kalau dipikir-pikir, wajar Jevias merasa begitu. Benar-benar wajar jika Jevias mencemburui segala kelebihan Kenzie. Karena Raya sendiri yang menuliskan kesempurnaan tokoh utama. Karena Raya sendiri yang menuliskan setiap kecacatan yang Jevias alami bahkan sejak kecil.
Raya yang menciptakan karakter seburuk itu. Karakter yang paling tidak didukung oleh siapa pun. Jevias yang kejam. Jevias yang psikopat. Jevias tidak memiliki rumah atau bahkan apa itu yang disebut keluarga.
Raya yang menuliskan latar belakang second male lead seperti itu. Jadi, wajar. Sekalipun di luar panggung, di luar alur yang telah hancur, Jevias tetap merasakan hal yang sama.
"Mending lo pergi sebelum gue hancurin lo." Kenzie memperingati. Cengkeraman tangannya pada Belva semakin mengerat. Air wajahnya mengeras dan pandangan matanya tidak berhenti menghunus tajam.
Seperkian detik kemudian, Jevias tersenyum kecil. Tanpa kata-kata ia hanya berbalik, mengangkat tangan dan melambai sekali tanpa menoleh lagi. Sampai akhirnya di berada di depan gerbang, Jevias memutar kepala sembilan puluh derajat dan membuka suara.
"Sumpah, gak ada yang lebih muak selain ngeliat lo bahagia."
°°°
Antagonist
"Aku ... ngehancurin hidup kalian, ya?"
°°°
"Jevias nakal! Huu! Pergi jauh-jauh sana!"
"Jangan mau temenan sama anak yang jahilin Kenzie! Dia nakal!"
"Kamu sok pinter! Jangan ngesok pinter!"
"Kenzie, ayo main! Jangan deket-deket dia!"
"Kenzie, kamu pasti bakal menang! Jevias gak ada apa-apanya dari kamu!"
"Kenzie!"
"Kenzie!"
"Kenzie!"
Jevias menutup telinganya.
Anak berusia sepuluh tahun itu menatap lebar dan hampa rumput taman di bawah kakinya. Telinganya tidak berhenti berdegung. Kepalanya terua terisi teriakan menyebalkan dari teman-teman sekelasnya.
Ah, tidak. Mereka bukan teman-teman Jevias. Dia tidak pernah dianggap karena terus-menerus berusaha menyaingi Kenzie. Karena perasaan tidak sukanya pada Kenzie, karena Jevias yang selalu ingin menandinginya, ia dijauhi.
Benar-benar menyebalkan. Jevias tidak tahu kenapa ia mesti seberusaha ini mendapat perhatian dana malah berakhir menyedihkan. Dia ... kelihatan seperti sampah yang dibuang.
"Aduh!"
Tersentak. Jevias terbuyarkan dari lamunannya. Anak kecil dengan rambut hitam lebat agak panjang itu meluruskan pandangan. Belva kecil tampak kesakitan, ia menepuk-nepuk tangan dan rok seragamnya.
Tanpa sadar, Jevias berdiri. Netranya melurus dingin, kakinya melangkah mengikis jarak hingga akhirnya Jevias menginjak tangan Belva saat ia nyaris berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Teen FictionBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...