17. Dinner

675 51 0
                                    


"BEL," panggil Fiara. Belva hanya bergumam sebagai jawaban. Cewek yang duduk di samping Fiara itu terlihat diam membaca buku pelajaran. Fiara berkedip dua kali. Bertopang dagu, menelengkan kepala memperhatikan lekat-lekat sang sahabat.

Ini pertama kalinya Belva tidak mengacuhkan Kenzie. Padahal cowok itu masih sibuk latihan di lapangan. Tapi, Belva malah berada dalam kelas sok sibuk sendiri. Seolah ia tidak pernah naksir Kenzie.

Fiara jadi takut Belva di sampingnya bukan Belva yang asli.

"Bel, Kenzie di luar, lho. Kok lo diem di sini?"

Belva mengerling malas. "Iya, gue tahu. Kepala gue dia timpuk pake bola, males gue di sana. Masih sakit lagi. Emang gak punya hati, tuh, cowok."

Fiara melotot. Berdiri dari kursinya, ia spontan mencengkeram kepala Belva dan menekan hingga si pemilik meringis kesakitan. "LO SIAPA, ANJIR?! CEWEK GOBLOK PLUS MASO YANG NGEJAR-NGEJAR KENZIE, LO APAIN DIA?!"

Menoleh kaku, menajamkan mata pada si pelaku, Belva meraih rambut Fiara dan menariknya sampai cewek itu mengaduh. Belva mengernyih. "Gue Belva. Percaya sekarang?"

"Oke-oke, percaya gue." Fiara menjauhkan tangannya dari kepala Belva. Pun Belva. Ia menghempas rambut Fiara sampai berantakan, sampai membuat si empunya memberengut kesal. Fiara merapikan kembali rambutanya yang acak-acakan. "Sakit tahu, Bel. Lagian gue neken kepala lo dikit tadi."

"Gue udah bilang kepala gue abis kena timpuk. Budegnya jangan kebangetan makanya," sinis Belva. Ia mengusap-usap kepalanya yang sedikit berdenyut gegara sahabat durjanya ini.

"Lagian lo aneh. Gimana bisa kata males ngeluncur dari mulut lo buat Kenzie?" Fiara menatap curiga pada Belva, cewek yang meliriknya sambil menaikkan alis heran. Fiara tersenyum kemudian. "Ah, gue baru ngeh. Udah insyaf?"

Belva mengernyit.

Fiara masih tersenyum bangga dan menepuk pundak Belva dua kali. "Bangga gue sama lo. Akhirnya bisa musnahin si berengsek dari otak kecil lo."

"Gue slepet, ya, lama-lama mulut lo." Belva mendesis kesal. Ia menepos tangan Fiara lalu meneruskan, "Lagian siapa juga yang insyaf. Kenzie, tuh, masih punya gue. Gue cuma lagi hiatus aja."

Seketika senyum Fiara pudar tak berbekas. "Emang goblok, ya, lo."

"Fiara, gue slepet bener, ya, ini!"

°°°

Antagonist

"Yah, gimana ya? Berhenti suka sama lo itu susah kalau udah cinlol kayak gue."

°°°

Pulang sekolah, Belva langsung merebahkan diri di atas ranjang, melepas sepatu-sepatunya dan melemparnya semabrang tempat. Cewek itu kemudian telungkup dan mengambil bantal, menaruhnya di dada. Belva memilih membuka ponselnya sebelum tiba-tiba mendapat notifikasi dari mama mertua.

Belva langsung menegakkan punggung dalam dua detik. Langsung juga membuka pesan dari Laura alias mama Kenzie tercinta.

Mamer
Belva Sayang, kata papa kamu dia pulangnya malem banget. Jadi kamu tidur di rumah Tante aja ya?

Belva melotot bulat-bulat membaca pesan itu. Senyuman lebar merekah di wajah cantiknya. Sudah lama Belva tidak tidur di rumah Kenzie. Terakhir kali ia menginap sewaktu SD kelas empat karena sang papa mesti merawat oma yang tengah sakit saat itu.

Belva bukannya tidak tahu bahwa sang papa akan lembur malam ini. Tapi, Belva tidak menyangka papanya akan sampai menitipkannya pada tetangga tercinta. Padahal biasanya di rumah sendiri Belva sama sekali todak masalah. Tapi, sepertinya karena kasus pencurian yang pernah terjadi belum lama ini membuat papanya cemas.

Dunia Antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang