Malam itu, begitu Kenzie pulang, Laura langsung mengomelinya seperti biasa. Sedangkan Gian hanya jadi penonton setia, melihat sudut bibir Kenzie luka, ia langsung tahu apa yang terjadi. Tapi, yang tidak Gian mengerti kenapa Kenzie sampai melibatkan Belva segala. Makanya Laura marah-marah sampai Gian sangsi suara sang istri tidak terdengar sampai tetangga."Kamu kenapa bisa ngajak Belva kalau mau berantem? Gak mikir dulu kamu?" Gian berada dalam kamar sang putra. Duduk di tepi ranjang saat Kenzie berganti pakaian. Cowok itu kemudian duduk di sebelah papanya.
"Kenzie mana tahu dia di sana." Dia menumpukan kedua sikunya di atas lutut, memutar pandangan sembilan puluh derajat, meneruskan, "Papa keluar aja. Kenzie mau tidur."
"Inget, ya. Belva itu terlalu bergantung sama kamu. Jangan salahin Belva kalau dia suka sama kamu karena dari kecil kamu manjain dia." Gian memperingati serius. Mengingat Kenzie yang pernah membawa Anyara, ia paham bagaimana perasaan Belva saat ini. "Jadi, kamu jangan macem-macem ngelukain anak papa yang satu itu."
Kenzie mengeryit sejenak sebelum akhirnya menghela napas panjang. "Iya."
"Ya, udah. Tidur. Jangan sampe kesiangan besok." Gian kemudian beranjak dari kasur, keluar dari kmar Kenzie membuat cowok itu tinggal sendiri.
Terdiam.
Cowok itu merebahkan tubuhnya di tempat tidur dan merentangkan kedua tangan. Ia mengerling ke arah jam di nakas, sudah nyaris pukul dua dini hari. Tapi, kantuk Kenzie benar-benar hilang selepas kejadian sebelumnya. Apalagi ia tidak bisa menghilangkan memorinya di klinik. Saat Belva terdengar seperti berbicara dengan seseorang. Padahal seingat Kenzie tidak ada siapa pun di ruangan itu.
Kenzie penasaran. Apa mungkin Belva sekarang menjadi indigo? Ia ngat Belva menyebutkan kata 'Setan'. Lama berpikir, Kenzie memiringkan tubuhnya dan menjangkau ponsel di sisi tubuhnya. Ia melihat ruang chat Belva dengannya.
Me
Lo udah tidur?Ia mengirim pesan. Kenzie memandangi ketikan yang barusan berubah centang menjadu dua abu-abu. Tapi, sampai beberapa menit, Belva masih tidak membaca pesan darinya. Sepertinya Belva sudah tidur. Kenzie menghela napas. Kembali mengiriminya pesan.
Me
Kayaknya lo udah tidur.
Sleep tight, Bel.°°°
Antagonist
"Jangan ganggu cewek gue."
°°°
"Belva, kamu mau sekolah hari ini? Tangan kamu aja belum bisa dipake lho." Dirga yang tengah sarapan memulai pembicaraan ketika Belva baru saja duduk dan nyaris menyuap nasi goreng miliknya dengan tangan kiri. Cewek itu sudah siap dengan seragamnya. Bahkan tas biru miliknya sudah tergantung di punggung."Belva ke sekolah aja, Pa. Gak nulis gak apa-apa. Papa gak usah pusing." Belva menjawab santai. Ia susah payah menggunakan tangan kirinya untuk makan.
Yah, satu-satunya alasan terpenting Belva masuk sekolah adalah mengamati perkembangan alur Kenzie dan Anyara. Ia yang memutuskan untuk memberontak dan menyelamatkan Kenzie. Sebisa mungkin apa yang terjadi ke depannya, Belva harus mencegah Kenzie mengikuti alur novel ini. Apalagi dengan Anyara. Ditambah Jevias. Kepala Belva makin pening memikirkan dua tokoh utama itu. Mereka hanya akan menyulitkan dan menyusahkan Kenzie.
"Ya, udah Papa anter, ya. Nanti biar Papa sekalian bilang sama Kepala Sekolah supaya kamu dibebasin dulu kalau harus ngerjain tugas nulis. Atau mau Papa sewain orang buat jagain kamu di sekolah? Papa telepon sekretaris Papa dul–"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Novela JuvenilBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...