"MAMA, Kenzie katanya punya Belva!" Belva berlarian dari luar rumah. Ia melompat ke gendongan seorang wanita muda yang baru saja datang dari arah dapur. Mama Belva menangkap putri semata wayangnya dan menggendongnya gemas."Kenzie punya Belva?"
Belva menganggul antusias. Kenzie kemudian dari arah pintu. Ia mengejar Belva dan mengikuti Mama Belva yang mendudukkan diri di sofa ruang televisi.
"Belva jangan lari-lari. Nanti jatuh lagi."
Mama Belva berkedip dua kali mendengar penuturan Kenzie. Ia mendudukkan putrinya di sebelah Kenzie. "Belva jatuh? Belva jatuh di mana, Sayang?"
"Udah gak sakit, Mama! Soalnya udah ditiup sama Kenzie."
"Lain kali Belva hati-hati. Kenzie sampe khawatir tuh."
"Belva emang nakal." Kenzie mencubit gemas pipi chubby milik Belva. Mengaduh, memberengutkan bibir sebal, Belva mencebik.
"Kenzie jangan cubit-cubit. Sakit. Nanti tambah lebar."
"Biarin. Nanti biar Kenzie makan."
"Kenzieeeee!" Belva merengek. Membuat Mamanya dan Kenzie tertawa geli.
Berdeham dan mengalihkan atensi, Mama Belva memilih berjongkok di depan Belva dan Kenzie. Ia menatap dua anak itu bergantian. "Kenzie, Belva bilang tadi Kenzie punyanya Belva. Bener?"
Kenzie mengangguk dua kali.
"Kenapa? Emang maksud Kenzie gimana?"
"Kenzie punyanya Belva. Artinya Kenzie bakal selalu sama Belva. Kenzie gak akan pergi dari Belva."
Mama Belva tergugu. Lalu tersenyum.
"Kalian ... bener-bener, ya."
°°°
Antagonist"Padahal gue lakuin buat lo. Tapi, lo tetep aja milih dia."
°°°
Hujan turun deras sekali. Bahkan beberapa petir dan kilat seakan membelah langit. Belva berdiri di luar kantin sambil menengadahkan kepala. Ia berdecak kesal. Kantin di sekolah terletak berseberangan dengan kelasnya. Harus melewati lapangan seluas jidat Gema demi kembali ke kelas. Untungnya Belva membawa payung untuk antisipasi.
Namun, begitu Belva hendak membuka payung biru muda miliknya, netra Belva bersua dengan manik kelabu Kenzie. Cowok itu sempat meliriknya sekilas sebelum akhirnya tidak ambil acuh. Ia berdiri di tepi kantin, mendongak melihat hujan. Sepertinya Kenzie juga akan kembali dalam kelas. Belva tidak melihat ada payung di tangannya, makanya cowok itu mungkin agak kebingungan.
Berlari kecil mendekati Kenzie, Belva mengulurkan payungnya. Dia tersenyum lebar. Menoleh, menatap tida bergairah, Kenzie hanya diam saja.
"Pake punya gue."
"Enggak."
"Ih, pake aja, Kenzieee." Belva memaksa, menarik tangan Kenzie dan meletakkannya di telapak tangan cowok itu. Kenzie berdecak, mengembalikan benda itu tetap tidak mau menerima.
"Gue bilang enggak. Gak usah maksa." Dia berkata ketus.
"Hujan, Kenzie! Buta lo ya? Udah pake aja. Atau mau barengan sama gue?" Belva menawar bersemangat. Dia tetap menyerahkan payungnya tidak peduli akan ditolak lagi.
Kenzie menghela napas, mulai dibuat muak dan kesal lagi. Ia memalingkan wajah malas dan tanpa sengaja menemukan Anyara juga tengah berdiri tidak jauh darinya. Ia mengulurkan tangan menyentuh hujan. Bersiap untuk berlari menerobos. Kenzie kembali menatap Belva. Kali ini ia menatap sungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Antagonist [END]
Novela JuvenilBelvania benar-benar terkejut ketika seorang cewek bernama Raya datang, memintanya untuk berhenti mencintai Kenzie atau ia akan mati. Awalnya Belva tidak mau mengindahkan sama sekali. Karena mau seburuk apapun perlakuan Kenzie padanya, Belva tidak b...