Sementara di tempat lain. Putri dan Rara harus kembali mengulang pendidikan mereka di semester akhir. Saat akan melewati perkarangan uks keduanya berhenti kerena mendengar suara dari dalam gudang didepan mereka persis.
"Eh Raa, ada yang teriak dari dalam gudang itu. Yok balik kenapa kita malah ngambil jalan ini sih, malah sepi gak ada orang.." Putri memegang tengkuknya yang merasa merinding karena udaranya.
"Eeehh, jangan pergi dulu.." cegahnya menarik baju Putri.
"Liat dulu ke dalam, siapa tau, itu penjaga sekolah lagi bersih-bersih gudang terus ada tikus, makanya tereak.." guraunya.
"Gak nyambung tauk, yak kali dia udah biasa bersih-bersih terus takut tikus, kan saran untuk jadi tukang bersih-bersih itu harus berani dan siap mental untuk menghadapi segala rintangan dan tantangan, gak kerja dong, kalo penakut.."
"Ck, malah curhat, gak nyambung lagi.." celetuknya.
"Udahlah ayo.." Rara menarik tangan Putri, mereka memasuki gudang dengan cara mengendap-endap mendekati lemari yang menghalangi jalan.
Rara mencari-cari celah untuk melihat ada apa dibalik sana, terlihat di sana seorang gadis dan pemuda cupu (nerd) sedang di di bully habis-habisan oleh kakak senior mereka mungkin pikir Rara.
"Mbull, gaswat.." adunys setelah mengintip.
"Ada apa Ra? Ada hantu kah? Yoklah keluar, ih pantesan gue merinding dari tadi, tar gue ngompol di sini nih kalo ketakutan, yoklah.." paniknya sambil bergedik takut.
"Bukan itu bangke, di dalem ada anak yang di bully.."
"Terus kita mau apa? Udah ayok bukan urusan kita ini, inget Raa, kita masih baru disini, entar kita yang malah kena bully.."
"Gue sih bodoamat kalo di bully, karna hidup gue bukan untuk mendengar bullyan mereka, udah ayok.." Rara menarik tangan Putri membuat dia pasrah.
"Bingung banget dah gue, masa pembullyan ada di kampus juga?.." ucap putri, rara mengangkat bahunya tanda tak tau.
"Lo yang dobrak ya nih pintu.." seru Rara saat mereka menemukan akses untuk masuk.
"Ck, buat apa.."
"Lo gak ngeliat apa nih pintu gak ketutup rapet, tinggal lo buka susah amat dah hidup lo Raa.." jengahnya.
"Ya iya sih, tapi bikin mereka kaget kan gak dosa.." balesnya, Putri memutar bola matanya malas dan menuruti perkataan Rara untuk mendobrak pintu itu.
BRAKKK!
Semua orang yang ada didalam sana kaget melihat kedatangan mereka yang tiba-tiba.
"Lo berdua siapa lagi?.."
"Ngapain lo pada di sini, mau nyari mati.." ucap salah satu gadis yang bisa di tebak bahwa dia ketuanya karena dandanan dan gaya yang berbeda dari yang lain.
"Kita? Nyari mati? Sama lo?.." ejek Putri.
"Idih, najis banget.."
"Yang jelas gue ke sini mau nolongin temem gue.."
"Siapa temen lo?.." balesnya bertanya.
"Merekalah, masa Elo? Dih najess.." bales Rara sambil ber'tos'ria dengan Putri.
"B*****T! Kalian kenapa diem aja? Hajar mereka.." perintahnya pada antek-anteknya yang mengangguk patuh.
"Lo urus tuh dua bocah, lo bawa mereka keluar dari sini. Biar yang cabe rawit ini gue yang urus, oke.." arah Rara pada Putri.
"Nanti lo sendirian dong? Gilak mereka ada 5orang dan lo sendirian, gak gak entar kalo lo kenapa-kenapa kan gue juga yang repot udah kita bareng-bareng aja.." tolak Putri.
"Terserah lo dah, yang ada lo yang bakal kenapa-kenapa oon.." pasrah rara.
"Kalian kebanyakan ngomong.." ucap mereka berlari menghampiri trira.
Bughh! Bughh!
Putri menghajar dua orang cabe rawit di depannya, sesekali dia juga kena pukulan hingga meninggalkan jejak disudut bibirnya
"Put, lo fine kan?.." putri membalas dengan ancungan jempol lalu rara berahli pada tiga cabe rawit di depannya.
"Hayoo mau kemana lo j****g! Hahaha.." ucap salah satu dari mereka yang kini mengepung rara dari berbagai sudut
Hiyaaaa!!!
Mereka melompat ingin menangkap rara, tapi Rara langsung mencari celah untuk kabur, akhirnya mereka tak bisa menangkapnya, dan sekarang mereka saling tindih menindihkan, wkwkw.
Rara mengeplak punggung orang yang menghempit kakinya membuat sang empu meringis kesakitan.
"Lo mau main-main, sama gue.." Rara menatap ketuanya dengan seringainya.
"Dasar anak buah sialan.." umpatnya kesal.
"Kita liat nanti, tunggu pembalasan gue anj***.." ucapnya melangkah jauh dari rara.
"Show me how to run.." Rara menghampiri dia, membuat gadis itu panik dan berlari pergi diikuti antek-anteknya.
Rara dan Putri pun tertawa, kemudian mereka menghampiri kedua orang itu, kini keduanya menundukkan kepalanya takut.
"Kalian gpp kan?.." tanya Putri seraya membantu mereka merapikan buku-bukunya yang berhamburan kemana-mana.
"I-iya ma-makasih karna kalian udah bantu aku dan adikku ini dari Nia dan Genknya.." ucap pemuda itu tanpa menatap trira.
"Ayo Meli kita pergi, sekali lagi makasih.." ucapnya seraya menggenggam tangan sang adik dan ingin pergi tapi terhenti karna seseorang pemuda yang baru datang dengan nafas yang memburu.
"Meli.. Afisan.. Kalian gpp kan?.." ucapnya dengan cemas sambil mengecek mereka.
"Arnold lo kok tau kita disini?.." tanya pemuda bernama Afisan yang kaget melihat temannya datang.
"Tadi gue abis nganter Yadi ke uks, tapi gue gak sengaja, liat Nia and genknya, keluar dari sini.."
"Karena gue takut lo sama Meli yang jadi korban mereka lagi dan ternyata benar.."
"Kalian gpp kan?.."
"Iya kita gpp. Untungnya ada mereka yang nolongin kita, dari kakak lo Nia.." Afisan menunjuk trira yang masih diam tak mengerti pembahasan mereka.
"Kalian berdua, makasih ya, karena udah nolongin teman-teman gue.." ucap Arnold.
"Mm- i-iya santai aja kali.." gugupnya, Rara menaikkan alisnya bingung karena kembar nakalnya gugup didepan seorang pria.
Afisan, Meli dan Arnold pergi meninggalkan mereka berdua di dalam gudang kosong itu.
.
.
.
.
Hay apa kabar sayangku semua, sehat-sehat ya,
Jangan lupa vote and komen. Anggap saja sebagai apresiasi untuk author 😁.Terimakasih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Step To Big Family (TAMAT)
Fanfictionjangan lupa follow me dan vote sesudah membaca, biar ator semangat ngetik dan nge-up, oke thanks for you guys