part 38

130 18 2
                                    

Di ruang tamu, rumah pak kades. Keheningan membuat suasana semakin runyam, ke lima gadis itu masih menunggu kehadiran pak Danya.

"Nih minuman kalian.." ucap seorang pembantu di sana.

Mereka tak kaget lagi, karena sudah pernah bertemu, saat awal mereka tiba di desa ini. Selfi menoleh kearah adik-adiknya yang melakukan eye-contact dengannya, tapi hanya beberapa detik dan mereka langsung membuang muka.

"Haha, kalian sedang terpecah.." pembantu itu mempertawakan mereka dan berlalu pergi kembali ke dalam.

"Maaf membuat kalian menunggu lama.." pak Danya datang menggunakan kursi roda yang di dorong oleh Nia.

Rara dan Putri menyembunyikan wajahnya dari Nia, mereka berdoa agar Nia tak menyadari siapa mereka.

"Tidak pak, silakan di lanjut saja.." bales Aulia.

"Jadi bagaimana? Anda sudah memikirkan semuanya dengan baik?.."

Pak Danya mengangguk dengan mantap. Selfi menyerahkan dokumen surat perjanjian jual beli tanah yang resmi di bikin.

"Apa kalian membawa pengacara?.."

"Pengacara?.."

"Ya, agar ada seorang saksi mata resmi yang melihat perjanjian kita.."

"Ada?.."

"Ada, tunggu sebentar pak, dia sedang dalam perjalananan menuju kemari.." sahut Selfi.

Tok tok tok...

Seseorang mengetuk pintu rumah pak Danya, dia di persilahkan masuk oleh pemilik rumah.

"Permisi pak kades, saya pengacara mereka.." sapanya dengan sopan.

"HaH? Hari seorang pengacara.." kaget trityralia, mereka memandangi Hari dengan tatapan tak percaya.

"Kamu betul-betul seorang pengacara?.." tanya pak Danya memastikan.

Hari memberikan kartu namanya pada semua (-selfi), di sana tertulis 'Blessings on Lawyer's Day' adalah nama firma hukum Hari. Firma nya tak sebesar gedung-gedung lainnya, dia membuka firma nya sendiri, setelah dia berhenti berkerja di firma hukum besar, kini dia juga bekerja sebagai kuasa hukum di perusahaan Selfi. Bisa di bilang, Selfi adalah orang yang membangunkan mimpinya untuk membuka firma nya sendiri, karena mengingat latar belakangnya, ia tak mampu bekerja di perusahaan orang lain, Selfi pun yang membantu abangnya menghilangkan catatan kriminalnya. Dia tidak tau, apakah menjadi seorang pengacara masih pantas untuknya. Cita-cita Hari saat dia memutuskan untuk menjadi pengacara, karena dia ingin membela orang-orang yang tidak bersalah. Nama firma yang dia bikin, itu adalah suatu ungkapan yang dia buat, karena dia merasa, banyak keberkahan yang hadir di masa-masa sulitnya.

Back to story.

"Jadi bisa kita mulai sekarang?.."

"Saya harus bertanda tangan di sebelah mana?.." tanya pak Danya.

"Sebelum sampai ke sana, kami harus melihat surat-suratnya terlebih dahulu.." ucap Hari.

"Kau betul, Nia berikan mereka dokumen itu.."

Nia meletakkan dokumennya di atas meja, saat akan menunjukkannya kepada mereka matanya tertuju kedua orang yang duduk di depannya. Rara dan Putri yang menyadari, bahwa Nia menyadari siapa mereka, menelan silvanya dengan susah payah.

"Lo berdua?.." pekik Nia membuat semua orang menoleh kearah mereka.

"Ada apa ini?.." tanya pak Danya.

"Kakek!! Mereka adalah orang-orang yang mengganggu aku di kampus.." unjuknya pada trira yang langsung menggelengkan kepalanya.

"Mengganggu? Mereka berdua orang yang mengganggu kamu.." sentaknya.

One Step To Big Family (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang