part 78

155 20 7
                                    

Seorang pemuda berdiam diri di dalam kamar, di depan meja belajarnya, dia terus menerus memainkan pulpennya. Bahkan penghuni rumahnya merasa terganggu mendengarnya, tapi mereka tak mau mengganggu kegalauan pemuda itu. Mereka juga tidak tau apa yang terjadi dengannya semenjak dia pulang ke rumah. Pemuda yang tak lain adalah Faul.

"Faul.." panggil Selfi.

"Sepertinya memberitahumu tentang masalah ini adalah hal terbaik yang bisa kulakukan sekarang dan untuk membalas semuanya.."

"Kau tau kan, aku-.."

"Aku tau Selfi. Aku tau alasanmu menolakku. Aku tau semuanya.." potong Faul.

"Kamu mengetahuinya. Tapi kenapa kamu masih mau memintaku? Kenapa kamu masih memintaku menunggu, sementara kamu sudah mendapatkan, apa yang akan menjadi jawabanku?.." Selfi dengan bingung menatap Faul.

"Faul... Waktuku tidak akan banyak. Kamu mengetahuinya, tapi kenapa kamu masih memintaku untuk menunggu kamu.."

"Kenapa kamu malah membahas waktu?.."

"Karena penyakitku Faul. Penyakit ini, kian nanti akan semakin parah, menunggu kamu, aku pikir. Itu akan membuang waktu sia-sia... Kamu pasti sudah tau jawabannya, karena kamu adalah seorang dokter.."

"Apa maksud kamu? Penyakit-.."

"A-apa kamu sakit?.." tanya Faul kaget.

"Huh?.." Selfi ikut tersentak kaget, melihat ekspresi kaget Faul, sepertinya pemuda itu tak mengetahui tentang penyakitnya pikir Selfi.

"Ugh, Faul. Maafkan aku, lupakan apa yang baru saja aku ucapkan tadi.." serunya.

"Tidak! Apa kamu sakit?.." tanya Faul lagi.

"Kamu ingin pulang kan tadi, pulanglah.." Selfi meraih tangan Faul, tapi Faul melepaskannya dan menatap gadis itu dengan lekat-lekat dan ekspresi serius.

"Apa apa Selfi? Jujurlah padaku untuk sekali ini saja.."

Back to story...

"Ini gak benar.." ucap Faul seraya beranjak bangun dari duduknya.

"Dia tak bisa meninggalkanku begitu saja.." lanjutnya sembari memakai jaketnya dan mengambil kunci mobilnya.

"Abang mau kemana?.." tanya Denada a.k.a mama dari Gunawan yang baru datang membawakannya makan siang.

"Huh?.." kaget Faul.

"Abang mau kemana, Hmm?.." tanyanya lagi seraya meletakkan makanannya di atas meja.

"Tante.." Faul memeluk Denada a.k.a tentenya yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.

"Ada apa, Hmm?.." tanyanya seraya menepuk-nepuk punggung keponakannya, agar dia merasa tenang.

"Selfi.." ucapnya pelan.

"Selfi? Gadis yang kamu cintai?.." tanyanya.

Faul mengangguk lemah setelah melepas pelukan mereka. Denada, meraih tangan Faul dan menepuk-nepuk punggung tangannya.

"Dia kenapa, Hmm? Apa dia menolak kamu lagi?.." Faul menggeleng cepat.

"Dia gak pernah nolak Faul, Tan.."

"Tau dari mana kalo dia gak nolak kamu?.."

"Alasannya, alasannya yang membuat keputusan itu. Hatinya gak pernah menolak cintanya Faul. Faul harus pergi sekarang, Tan.."

"Kamu mau pergi kemana, Hmm?.."

"Faul akan belajar dengan giat mulai sekarang. Faul mau pergi ke perpustakaan.." ucapnya dan setelah itu berpamitan pergi setelah menyalami tantenya.

One Step To Big Family (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang