Hari itu, semua orang disibukkan dengan urusan mereka masing-masing.
"Rara, tolong kakak dong, kamu bisakan gantiin kakak sebentar.." pintanya.
"Ngapain?.."
"Ini cuma catat-catat doang nama warga yang belum terdaftar, sama panggil nama yang selanjutnya di periksa, gitu aja.."
"Oh oke, tapi emang kakak mau kemana?.."
"Kakak dapat Email penting dari kantor, jadi kakak harus periksa sekarang.."
"Oh oke, sana cepat-cepat.."
"Makasih sayang.." Lesti mencium pucuk kepala Rara dan pergi meninggalkan dia sendirian.
Setelah kepergian Lesti, Rara dengan mudah mengerjakan tugasnya, tapi sebelumnya dia sempat bingung, tapi kemudian Meli datang membantunya.
"Eh Mel, ini yang periksa warga cuma Kak Reza sama Bang Faul ya di dalam?.." tanya Rara penasaran.
"Enggak kok, kamu liat aja ke dalam panti, banyak kok sukarelawan dokter dan perawat juga.."
"Really?.." Rara berlari masuk ke dalam dan ternyata benar-benar.
"Wah, luar biasa.." ucapnya tak percaya, Meli hanya manggut-manggut sambil tersenyum bangga.
"Ngapa lu yang senyum-senyum kgk jelas?.." tanyanya bingung.
"Ya karena aku merasa bangga aja, ternyata orang kaya gak semuanya seperti itu.."
"Seperti itu maksudnya gimana?.."
"Ya gitu, pokoknya aku merasa senang aja, dan juga banyak-banyak berterima kasih sama orang-orang baik ini, dan makasih juga ya Ra, karena udah ngajak aku ke sini, dan dari sini juga aku banyak belajar.."
"Bahwa kita harus banyak bersyukur atas apa yang telah kita miliki karena masih banyak orang di sekeliling kita yang masih kurang beruntung.."
"Dan sekarang aku berpikir, bahwa aku juga orang yang beruntung di dunia ini.." tuturnya tersenyum dengan sangat manis.
Rara tersenyum mendengar ucapannya, hatinya bak teriris pisau berkarat, ia merasa seperti kurang bersyukur atas apa yang ia miliki, ia seharusnya juga bersyukur karena memiliki kakek yang kaya tujuh turunan, tidak tidak lima turunan karena anak-anaknya juga memiliki kekayaan yang tak kalah sama.
"Astaghfirullah, Rara.." Rara menepuk-nepuk jidatnya karena pikirannya.
"Ra? Kamu kenapa?.." tanya Meli bingung.
"Gpp, udah urusin aja ini.." serunya.
.....
Lesti menyadari kehadiran Fildan, dia melihat jam di pergelangan tangannya, dan sekarang sudah lewat jam makan siang.
"Kamu udah makan?.." tanya Lesti.
"Belum, makanya aku kesini mau ngajak kamu makan, yuk.." ajaknya.
"Uhm, sayang maaf banget ya,. Kamu makan duluan aja gpp kan, soalnya aku ada problem yang harus aku selesaikan sekarang, maaf ya.." tuturnya.
"Oh gitu ya, yaudah kamu lanjutin aja pekerjaan kamu, aku makan sama anak-anak yang lain ya.." pamitnya.
"Makasih ya udah ngertiin aku.." Fildan mengangguk sambil tersenyum manis dan dia pun pergi tapi tak lama dia kembali membawa nasi kotak dan minuman.
"Kamu jangan lupa makan ya.." Fildan mengelus pucuk kepala Lesti yang tertutup hijab.
"Ya ampun sayang, makasih banyak.."
Fildan hanya membalas dengan senyuman dan pergi meninggalkan Lesti karena takut mengganggunya.
Lesti menatap kepergian Fildan, dia merasa sangat bersalah padanya, tapi sesaat kemudian dia kembali di sibukkan dengan pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Step To Big Family (TAMAT)
Fiksi Penggemarjangan lupa follow me dan vote sesudah membaca, biar ator semangat ngetik dan nge-up, oke thanks for you guys