ralia sudah kembali, mereka tak kembali berdua mereka datang dengan banyak orang, di sana bisa dipastikan ada Ridwan, Fildan, Gunawan, Hari, dan juga di sana ada Reza.
"Boys tolong bawakan semuanya oke.." ucap Aulia pada mereka.
"Untungnya kau perempuan.." sindir Ridwan.
"Lu bener-bener ya wan, baru beberapa hari kita kenal, lu udah keluarin sifat asli lu.." cibir Aulia.
"Hehe, becanda manis.." kekehnya.
"Kak Fildan.." teriak Lesti yang berlari menghampiri mereka.
"Aish, tuh bocah ya.." Aulia menepuk keningnya sambil menggeleng.
"Kak aku ke bawah ya.." pamit Rara.
"Ikut lah aku.." Aulia menyusul Rara di ikuti oleh para pemuda (-filrez).
"Kok pada turun?.." tanya Lesti.
"Mana ada yang mau jadi nyamuk.." sahut Hari yang membuat Lesti terkekeh.
Lesti kembali menghampiri mereka.
"Kangen deh.." Lesti memeluk Fildan dan juga Reza secara bergantian.
"Kok Kaeja juga ikut?.."
"Emang gak boleh ya?.." melasnya.
"Gpp sih, karena kita juga lagi butuh seorang dokter di sini.." balesnya.
"Tuh kan bener, lu sih gak percaya.." ucap Fildan pada Reza.
"Maksudnya apa kak?.."
"Ini de, sebelum berangkat si Arab satu ini gak mau ikut karena gak mungkin di butuhin di sini, terus aku bilang aja kalo kalian lagi butuh dokter dan ternyata benerkan.."
"Dan ternyata benerkan? Itu maksud lu, lu belum bilang kan ke Lesti kalo mereka lagi butuh dokter apa enggak.." cetusnya sambil menyentil dahinya.
Fikdan hanya terkekeh, sementara Lesti terdiam karena mengingat sesuatu.
"Kak Ceppy juga ada di sini Kaeja.."
"Terus?.."
"Gpp sih, tapi mungkin kalian akan canggung,. Maaf ya, tapi gimana ya bilangnya.." canggungnya.
"Iya Les, Kaeja ngerti kok.." senyumnya.
.....
"Ceppy.." Hari menghampiri Selfi yang sedang sibuk membawa sayuran.
"HaH?.." kaget Selfi menghentikan langkahnya.
"Day.." Selfi berteriak kegirangan setelah tersadar siapa yang datang menyapanya, ya dia Hari Putra.
"Ceppy.." Hari ikut kegirangan.
"Ya Allah, lu ngapain di sini, Day.." ucapnya masih tak percaya.
"Lah emangnya gak boleh gitu.."
"Ya gpp, tapi kok lo bisa nyasar ke sini, itu yang gua bingung.."
"Asli, gue tuh ke sini karena kak Aulia, nyari sukarelawan, dan karena gue orang baik, dan gue juga lagi gak sibuk, jadi gue ikut,. Sekalian nemenin dia juga.." Hari menunjuk Ridwan yang tersenyum manis menatap Selfi, Selfi pun balik tersenyum.
"Dia artis loh Cep.." timpalnya.
"Terus apa urusannya sama gue?.." jengahnya memutar bola matanya malas.
"Ya, siapa tau lo sukakan sama dia.." cetusnya yang mendapat tatapan tajam dari Selfi.
"Eh tapi jangan dah, karena percuma, toh Ridwan nya suka sama Aulia.." ceplosnya yang membuat Selfi kaget.
"HaH? Dia suka sama kak Aul?.."
"Eh, shtttt,. Jangan bilang-bilang ya, tapi gue percaya kok sama lu kak.." kekeh Hari.
"Dih,. Seberapa besar lo percaya sama gua? Gua, sebenarnya bisa aja bongkar aib lo ke cewe lo nanti.." ketusnya membuat Hari merajuk.
"Pov: gue gak punya cewe.."
"Kan gue bilang 'nanti'.." tekannya.
"Btw, lo punya rasa kemanusiaan gak?.."
"Ngapa lagi dah?.." bingungnya.
"Lu bisakan ngambil nih sayuran, gua lagi sibuk nih, gue mau masak.."
"Eh, bilang kek kak dari tadi.." kekehnya sambil mengambil sayuran dari tangan Selfi. Mereka pun menghampiri yang lainnya.
.....
Semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Mau tua atau muda, laki-laki atau perempuan. Mereka memiliki pekerjaan yang sesuai dengan bakat terpendam mereka.
Waktu berlalu dengan sangat cepat, mereka telah menyelesaikan semua masakan, hidangan pun sudah jadi, kini hanya tinggal menyantapnya.
Hanya menggelar terpal, makan lesehan pun tak jadi halangan, tapi itulah yang membuat nikmat makan, apa lagi suasana di malam hari di tambah makan bersama-sama.
Mereka semua menikmati makanan yang telah mereka buat sejak siang.
"Raa, gue mau itu dong.." Putri menunjuk ayam bakar di dekat Rara.
"Ambillah sendiri.." balesnya.
"Ck, kan tuh ayam deket lu, ya lu tolong ambilin lah pelit amat lu sama gue.." cibirnya.
"Huftt, karena gue baik dan tidak sombong jadi bakal gue ambilin.." ucapnya, Putri kembali senang tapi hanya untuk sesaat karena ayam yang akan di makannya di ambil oleh seseorang, Rara bahkan kalah cepat dengannya.
"Yah.." gumam Rara, saat melihat orang itu sedang menikmati ayamnya.
"Mbull?.." Rara melirik Putri yang tak begitu bersemangat, sayu matanya membuat Rara tak tega.
"Tunggu ya, gue cariin ayam buat lo, siapa tau di sebelah sana masih ada.." bisik Rara, Putri hanya diam.
Setelah kepergian Rara, Putri melirik orang yang mengambil ayam yang sejak tadi ia incar. Putri sedikit kaget saat pemuda itu menoleh, mungkin karena merasa seseorang mengawasinya.
"Hai.." sapanya sambil tersenyum.
"I-iya.." bales Putri sedikit canggung.
"Nama lo siapa?.." tanyanya.
"Lo tanya nama gue?.." pemuda itu mengangguk dan masih tersenyum.
"Lo sendiri?.." Putri balik bertanya.
"Nama gue Hari Putra.." mengulurkan jabatan tangan pada Putri.
"Oh, nama lo Hari,. Kenalin nama gue Putri.." Putri membalas jabatannya.
"Wah keren, namanya bisa pas gitu yak, Putra dan Putri.." kekehnya.
"Haha, Jangan-jangan kita jodoh, upss.." ceplosnya, Putri memutar bola matanya malas dan mendapati Rara yang tengah menatapnya dengan tatapan membunuh.
"Why?.." batin Putri.
Seakan-akan bertelepati, Rara hanya menggeleng dan menunjukkan ayam yang sudah ia dapati, Putri tersenyum merekah dan berharap Rara akan membawakan ayam itu, but?.
"Rara.." batin Putri berteriak, karena ayamnya di makan oleh Rara.
.
.
.
.
Hay apa kabar sayangku semua, sehat-sehat ya,
Jangan lupa vote and komen. Anggap saja sebagai apresiasi untuk author 😁.Terimakasih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Step To Big Family (TAMAT)
Fanfictionjangan lupa follow me dan vote sesudah membaca, biar ator semangat ngetik dan nge-up, oke thanks for you guys