part 24

159 23 0
                                    

Mereka sudah berada di penginapan yang lumayan besar seperti rumah pak kades, hanya saja lokasi mereka yang sedikit jauh dari peradaban rumah penduduk desa itu.

"Kuncinya mana?.." tanya Rara.

"Ntah?.." mereka mengangkat bahu tanda tak tahu, membuat Rara kesal.

"Gini yak,. Menurut gue nih ya, Lo punya otak? Lo pake otak Lo buat mikir,. Tapi gak gitu juga dong.." tutur Rara, mereka semua menatap Rara dengan aneh, bingung, apa yang tengah dia bicarakan?

"Mending kita ke dalam.." ajak Selfi yang sudah berjalan lebih cepat menuju pintu, ternyata pintunya tidak di kunci kata Louis.

"Woy kakak.." sungut Rara.

.....

"Makan malem dulu yuk.." ajak Selfi yang baru datang dari dapur.

"Asekkk,. Kak Ceppy masak nih yeee.." girang Aulia yang langsung menghampiri Selfi diikuti yang lain.

"Emangnya kenapa?.." bingung Selfi.

"Gpp, soalnya makanan bikinan kak Ceppy enak, jadi kita seneng kalo kakak masak buat kita, udah lama loh kakak gak bikinin kita resep kakak.." timpal Lesti seraya merangkul Selfi.

"Rezzz banget sih kalian,. Kyknya ini tuh lebih ke males masak gak sih kalian tuh, jadi puji-puji masakan ku, biar di bikinin makanan kan?.." balesnya dengan nada mengejek.

"Idih, padahal emang bener ding, masakan kakak tuh enak,. Tapi lebih bener lagi sih kalo kita emang males masak karena kita gak bisa masak.." sahut Lesti dengan cengiran bodohnya.

.....

"Pute mao ikut gak? Gue mau nyari udara seger nih di luar.." ajak Rara pada Putri yang tengah main hp.

"Di sini aja udah seger Raa, udara di sini aja dingin banget, apalagi di luar.." ucapnya.

"Bilang aja kalo gak mao keluar Put, jujur aja udah, sebenarnyo lu takut kan.." ejek Rara dengan sengaja agar Putri mau menemaninya, karena sebenarnya, Rara sangat iseng kalo harus pergi keluar sendiri.

"Siapa bilang, oke gue ikut.." Putri benar-benar mudah terpancing.

"Gas lah kita.." bales Rara senang.

.....

"Hati-hati, neuk.." Rara membantu gadis kecil itu berdiri seraya membersihkan bajunya pula yang kotor karena debu.

"Mama.." ucapnya menangis.

"HaH? Mama? Bukan bukan, kakak bukan mama mu.." paniknya.

"Ada apa Raa?.." tanya Putri yang baru datang karena tadi harus kembali ke penginapan mengambil hpnya.

"Ini Mbull, dia tadi lari-larian terus jatoh, ya karena gue punya rasa kemanusiaan, jadi gue tolongin lah, tapi masa dia, tiba-tiba nangis terus panggil gue 'Mama' kan aneh ya.."

"Shtttt, Raa.." tegur Putri menyentil dahi kembar nakalnya membuat sang empu meringis.

"Neuk, apa yang membuat kamu memanggil kakak ini mama?.." tanya Putri dengan lembut.

"Mama mama mama.." panggilnya lagi.

"Tuh kan put, lu aja di panggil mama.."

"Shtttt.." tegurnya lagi.

"Mama mama.." gadis itu kembali mengeluarkan suaranya, tapi kali ini dia menggenggam satu jemari Putri dan menunjuk jalan tempat pertama kali dia datang dari arah sana.

"Mama mama.." ucapnya lagi dan lagi.

"Put/Raa.." trira saling pandang dan segera dia mengikuti gadis yang kini sudah berlari lebih dulu.

.....

trira kini berada di sebuah rumah yang tak jauh dari villa mereka, mata mereka kini berfokus pada apa yang pertama kali dia lihat saat memasuki rumah yang di datangi gadis kecil itu.

"Mama.." unjuk gadis kecil itu pada seorang wanita yang umurnya tak kalah jauh dengan para kakak.

"Astaghfirullah.." trira berlari menghampiri wanita yang kini sudah membiru tergeletak di lantai.

"Ine ine, apa yang terjadi ine, ine bangun Ine.." khawatir trira seraya menepuk-nepuk pipinya, berharap wanita itu bangun.

"Ine.." Rara masih mencoba membangunkannya.

"Raa.." panggil Putri dengan nada lirih.

"Gimana Put?.." khawatir Rara.

"Kita udah telat Raa.." sendunya.

"HaH?.." kagetnya dan karena masih penasaran, Rara pun mengecek denyut nadinya dan benar ucapan Putri.

"Lu, tunggu sini ya Put.."

"Mau kemana lu? Jangan tinggalin gue sendiri.."

"Gue mau panggilin warga, gue mau ngabarin semua orang.." bales Rara.

"Udah, lu tunggu sini aja, sama adik ini.."

"Sayang, kamu tunggu di sini dulu ya sama kakak Mput.." ucap Rara dengan nada lembut, gadis kecil itu hanya mengangguk dengan mata polosnya masih memandangi wajah wanita itu, atau seperti yang dia bilang, bahwa itu adalah 'Mama' nya.

Setelah Rara pergi, gadis kecil itu duduk di samping Putri, tangan kecilnya menggenggam tangan Putri, membuatnya kaget tetapi hanya untuk sesaat, karena dia langsung membalas genggaman tangan kecil itu.

"Mama.." tutur gadis kecil cantik itu.

"Apa wanita cantik ini Mama kamu, sayang?.." tanya Putri mengelus rambut surainya.

"Mama Alvira adalah mama kandung Devi, nama aku Sridevi, aku tinggal dengan mama Alvira, di rumah ini.." ungkapnya seperti tanpa sadar dia berucap.

"Nama kamu Sridevi? Cantikna namanya macam orangnya.." puji Putri, gadis itu hanya menggeleng.

"Aku Sridevi, anaknya mama Alvira, kakak.." tuturnya.

"Iya sayang, kakak tau kok.." bales Putri lembut.

Putri merasa iba pada gadis kecil di sampingnya ini, gadis sekecil ini, bagaimana caranya untuk memberitahu gadis itu, bahwa mama nya telah meninggal, Putri menahan air matanya agar tak turun.

.....

"Put.." panggil Rara yang baru datang bersama dengan beberapa warga, disusul juga dengan tysellia.

"Dek.." panggil tysellia dengan nada khawatir.

"Kakak.." bales Putri yang ingin menangis.

"Sayang.." Lesti menghampiri Putri dan ingin memeluknya tapi ia tak mau di peluk, Putri lebih memilih membuang mukanya dari semua orang.

Hingga salah seorang warga menghampiri gadis kecil yang bernama Sridevi itu.

"Neuk, Mak udah tidak ada.." ucapnya.

Semua warga terlihat berbelasungkawa, sementara trityselralia? Mereka membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang mereka dengar barusan.

"Bagaimana agam bisa memberi tahu gadis sekecil ini, tentang kabar buruk itu.." Putri tersulut emosi.

"Put tenang.." Aulia menenangkan dia.

"Tenang dulu Put, kita dengar dulu penjelasannya.." tutur Aulia yang sebenarnya memiliki perasaan yang sama seperti Putri.

"Tenang inong.." ucapnya.

"Bagaimana kita menjelaskannya? Sebenarnya, berita seperti itu sudah biasa kita ucapkan pada keluarga yang telah kehilangan anggota keluarganya, kami tak pernah menaruh pengecualian biar pun dia masih anak-anak, karena.."

"Mau bagaimana pun, seorang anak harus mengetahui kenyataan ini.."

.

.

.

.

Hay apa kabar sayangku semua, sehat-sehat ya,
Jangan lupa vote and komen. Anggap saja sebagai apresiasi untuk author 😁.

Terimakasih banyak.

One Step To Big Family (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang