part 7

237 25 5
                                    


Mereka memikirkan ucapan mereka lagi dan hampir semua berpendapat sama.

"Jadi?.."

"Gue masih bingung, tapi ini keputusan terbaik gue. Gue akan menandatangani perjanjian ini.." ucap Lesti.

"Secepat itu? Gak mau dipikir-pikir lagi?.." tanya Selfi.

"Bismillah, Insya Allah, Dede yakin Kak.." balesnya.

"Soalnya Dede memiliki seseorang yang sangat berarti dalam hidup Dede, dia segalanya untuk dede, dede pengen memperkenalkan dia kepada keluarga dede kepada kalian juga, dede ingin meminta Kakek, agar dia bisa berbicara baik-baik sama papi Beni untuk menyetujui hubungan kita.." tuturnya menggenggam erat tangan Aulia.

"I know you feel.." bisik Aulia menguatkan adiknya.

"Thank you, kak Aul.." bales Lesti tersenyum simpul.

"Rara juga akan menandatanganinya.." sahut Rara.

"Apa alasannya?.." tanya Selfi.

"Because, I know everything about your feeling guys .."

"You do?.." tanya mereka, Rara tersenyum lembut.

"Aku akan bersama kalian.." timpal Putri.

Aulia menatap mereka satu persatu yang sudah menandatangani perjanjian itu, kecuali Selfi yang tampak masih tak yakin dengan keputusannya.

"Kak?.." Aulia menyadarkan Selfi dari lamunannya.

"Kakak tidak ingin berpartisipasi?.." tanya Aulia.

"Kamu? Bagaimana dengan kak Aul?.."

"Malah balik tanya nih bocah.." jengah Rara.

"Aul akan ikut kok, mungkin ini adalah awal mula, Aul mengejar mimpi Aul.." tuturnya sambil menadatangani kertas yang ada dihadapannya itu.

Selfi mengernyitkan dahinya, ia berada di dalam ke bimbangan, apakah akan berdosa jika dia meminta Kakeknya agar sang Kakek berbicara pada ayahnya agar tak terlalu over menyuruh anaknya bekerja keras.

"Kakak gak bisa melakukan ini.." lirihnya.

"Why?.." kaget mereka.

"Karena ayah Ramzi?.." tanya Lesti menebak.

"Bukan..".

"Tapi karena kakak merasa tidak bisa melakukannya saja.."

"We know it, Kak.." bales Lesti.

"No, nobody know about me.." bales Selfi, mereka merasa kesal dengan jawaban Selfi yang terlalu over.

"Apa yang gak kami ketahui tentang Kakak.." sungut mereka dengan nada kesal, Selfi langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Tidak tidak tidak, bukan itu yang dimaksud.."

"Sebenarnya itu adalah kata untuk diri Ceppy pribadi.." tuturnya menenangkan adik-adiknya kembali.

"Benarkah?.." dia mengangguk dengan yakin.

"Apa yang bisa buat kita percaya .." pancing mereka.

"Apa yang bisa kakak lakukan.." pasrahnya.

"Mungkin menandatanganinya.." seru mereka.

"Gak mung-.."

"Berarti kakak menyimpan banyak rahasia dari kita.." seru Putri, Selfi membuang nafasnya kasar.

"Ia menandatangani surat itu dengan perasaan kesal.." dramatis Rara membuat mereka tertawa kecuali sang empu.

"Kita gak maksa loh ya.." sahut Lesti mengangkat kedua tangannya.

"Kita juga enggak.." mereka mengikuti Lesti.

"Ughhh.." dengusnya kesal.

.....

Mereka telah kembali ke kediaman Franslian. Sebelum mereka menginjakkan kaki melewati pintu masuk, mereka memutuskan untuk mengobrol sebentar. Mereka mengobrol-ngobrol sambil tertawa, entah apa yang mereka bicarakan. Beberapa menit kemudian memutuskan untuk masuk kedalam rumah, tapi di tengah perjalanan, ada perasaan janggal pada tritysellia.

"Kalian sadar gak sih!! Kyk ada yang kurang gitu tapi apa yak?.." bingung Aulia.

"Dede juga ngerasain hal yang sama kak.." sahut Lesti sambil mengingat-ingat sesuatu.

"Udah nanti aja bahasanya di dalam.." bales Selfi yang menepis perasaan bingungnya.

"Iya, tapi.."

"Wait.. Rara mana?.." Selfi berhenti melangkah dan berbalik menatap adik-adiknya yang lain.

"Astaga Rara.." pekiknya.

"Dia gue kunciin dalam mobil, alamat mati dah gue.." dia berlari menuju mobil di ikuti tritylia.

Sampai di sana terlihat Rara sedang menggedor-gedor kaca mobil. Selfi buru-buru membuka pintu sambil cengengesan dengan watadosnya, kini Rara sudah memandang dengan tatapan membunuhnya.

"Ck.." dengusnya kesal.

"Maafkeun dek, kakak lupa kalo kamu masih di dalam, kakak bener-bener lupa kalo kamu ikut di mobil kakak, jangan marah yak.." bujuknya.

Rara tak menggubrisnya, ia menghampiri Putri tanpa aba-aba melompat ke punggung kembar nakalnya.

"Ck, Rara hampir aja gue jatuh, main naik aja lo.." marah Putri, Rara tak menjawab malah mempererat tangannya yang melingkar di leher Putri.

"Woiii turun woiii, entar gue gak bisa nafas.."

"Hmm.." suara parau Rara terdengar, membuat Putri mengurungkan niat dan melangkah pergi.

Aulia dan Lesti tertawa terbahak-bahak mengingatnya, membuat Selfi kesal dan berlalu masuk menyusul mereka, dan meminta maaf pada Rara.

"Tunggu, de.." Aulia menahan tangan Lesti.

"Ada apa kak Aul?.." bingungnya.

"Kakak mau ngomong soal dia.." ucapnya.

"Dia siapa? Pacarku.." Aulia mengangguk mengiyakan.

Lesti melihat sekelilingnya dan berbisik pada Aulia, yang hanya membalas dengan anggukan kecil.

"Mohon, jangan bahasa itu dulu kakak.." lirihnya, Aulia tersenyum lalu merangkul adiknya itu.

Mereka menutupinya dengan senandung kecil berjalan masuk, setelah itu pergi kamar masing-masing dan istirahat. Tuan Ardhi tersenyum melihat keakraban para cucunya. Tapi di satu sisi, Ia masih khawatir, akankah ada perpecahan seperti omongan anaknya.

"Teruslah bersama, dengan itu, akan membuat tali persaudaraan kalian semakin erat, kakek percaya dengan ketulusan kalian.." ucapnya dari depan ruang perpustakaan yang berada jauh di sebrang sana.

.

.

.

.

Hay apa kabar sayangku semua, sehat-sehat ya,
Jangan lupa vote and komen. Anggap saja sebagai apresiasi untuk author 😁.

Terimakasih banyak.

One Step To Big Family (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang