Selfi berbaring diatas brancard, tangan sebelahnya di perban sementara yang sebelahnya lagi di infus, Selfi sangat benar-benar bosan berada disana, karena tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya bisa menatap lurus ke depan, memandangi langit-langit dan mendengar suara orang ramai di RS. Tiba-tiba saja tirai (gorden) terbuka membuat Selfi menutup mata karena silau lampu menyorotinya dan saat dia membuka matanya perlahan, satu yang ia lihat, wajah bersinar seseorang akibat kilauan lampu yang menyinarinya, parasnya tampan wajahnya yang berseri bak pangeran berkambing hitam eh ralat maksudnya berkuda hitam.
"MasyaAllah.." ucap Selfi tanpa sadar.
Pemuda yang mendengar ucapan Selfi pun sontak menyembunyikan wajahnya dan menahan senyumnya, kemudian dia kembali menatap Selfi.
"Ceppy.." panggilnya.
"Eh astaghfirullah.." sadarnya kaget.
"Tadi MasyaAllah sekarang astaghfirullah, jadi yang bener yang mana nih?.." cibir Faul sedikit kesal.
"Astaghfirullah lah, yang bener tuh.."
"Udah kamu tuh jujur aja Ceppy, kalo kamu tuh tadi ngucap MasyaAllah, karena ngeliat wajah tampan aku kan.." ucapnya dengan PD.
"Enggak, emangnya ngucap MasyaAllah hanya untuk melihat wajah tampan seseorang, aku ngucap MasyaAllah tuh karena aku kaget ternyata kamu benar-benar dateng.." alibinya.
"Ouh okay, I believe you.." senyumnya.
"Kamu bisa kan jadi wali ku, dokter disini tidak bagus, masa mereka ingin mendesakku untuk memberitahu orang rumah.." kesalnya tapi dengan nada pelan karena takut ada yang mendengarnya.
"Ya Allah, Ceppy! Jangankan jadi wali kamu, jadi imam untuk masa depan kamu pun aku mau Cepp, segala di tanya.." timpal Faul.
"Kalo jadi masa depan aku, berarti kamu juga sekalian yang nanggung biayanya.." godanya yang ternyata mendapat jawaban tak terduga dari Faul.
"Jangankan nanggung biaya rumah sakit, nanggung biaya buat mahar kita nikah aja aku siap.." celetuknya.
"MasyaAllah.." puji Selfi seraya tersenyum.
"Emang rada-rada kyknya dia.." gumam Selfi yang masih bisa didengar oleh Faul.
"Kok rada-rada sih, aku tuh tergila-gila sama kamu bukan rada-rada.." rajuknya.
"Apa apa lah kau Paul.." pasrahnya.
"Kamu udah makan?.." Selfi tersenyum.
"Hmm, kebiasaan deh.." gerutunya.
"Ya gimana mau makan Paul? Look at me.." Selfi memperlihatkan tangannya yang di perban dan sebelahnya lagi di infus.
"Sorry Cepp, aku lupa.." kekehnya.
"Hmm,. Ya udah nanti aku belikan.."
Faul berjalan mendekati cairan infus.
"Heii, ngapain.." Selfi menahan tangan Faul.
"Kamu bukan dokter di RS ini.." lanjutnya.
"Iya tau Ceppy, aku bukan mau ngapa-ngapain aku cuma mau liat, kapan cairannya habis.." jengah Faul, memutar bola matanya malas.
"Ouh kirain.." kekehnya.
"Kata dokter sih setengah jam lagi baru bisa di lepas.." ucapnya, Faul melihatnya dan mengangguk.
"Sekitar setengah jam, habisnya ini.." sahut Faul, Selfi mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa, Hmm?.." tanya Faul.
"Bosen banget, kalo masih harus nunggu.."
"Kan ada aku.."
"Kan katanya tadi kamu mau beliin makanan.."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Step To Big Family (TAMAT)
Fanfictionjangan lupa follow me dan vote sesudah membaca, biar ator semangat ngetik dan nge-up, oke thanks for you guys