chapter 12

17 2 0
                                    

Beberapa minggu berlalu, ibuku sudah menemaniku di rumah sakit.

"Mah..kezia gapapa di tinggal sama orang itu?".- tanyaku

"Gapapa, jul...hey tenang nak, mama rawat kamu dulu yaa".- ucap ibuku lembut.

"Ngga mah, sebaiknya mama pulang, liat kezia, aku khawatir".- ucapku

"Julian, dia papanya kezia, gamungkin mau ngapa-ngapain anaknya".- ucap ibuku

"Aku galiat kezia mah, coba mama cek, tolong mah".- ucapku

"Baik, mama akan pulang hanya untuk urus kezia sedikit, setelah itu mama kembali kesini".- ucap ibuku

"Iya mah, makasih".- ucapku

Saat ibuku bersiap untuk berangkat.

Suara pintu dibuka terdengar, shifa datang untuk menjengukku.

"Itu ada teman kamu, yasudah mama pergi ya".- ucap ibuku

"Mari ya dek, ".- ucap ibuku sedikit menunduk ke shifa.

"Iya tante".- ucap shifa

Shifa pun mengambil bangku untuk duduk di samping ranjangku.

"Bisa aku duduk?".- tanya shifa

"Iya, duduk aja".- balasku

Shifa pun duduk, dan menyerahkan apa yang dia bawa, dia membawa macam-macam buah yang aku sukai.

"Makasih".- ucapku.

"Iya, aku tau kamu suka ".- ucap shifa

"Ngomong ngomong?kok kamu bisa gini?".- tanya shifa.

"Aku yang seharusnya bertanya, kamu kok bisa gini?".- tanyaku balik

"Gini gimana ian?".- ucap shifa.

"Aku jadi ilfeel lihat tingkah kamu yang kemarin".- ucapku.

"Maaf ian, itu ada penyebabnya".- ucap shifa menunduk.

"Aku ga nyangka kamu gitu setelah dari awal masuk, kamu yang ku kenal lembut tiba tiba menjadi sama dengan wanita pada umumnya".- ucapku

"Tapi".- ucap shifa

"Tapi? Apa shif?".- ucapku

"Tapi itu semua gara gara lindungi kamu ian".- ucap shifa

"Lindungi bagaimana shifa!".- ucapku keras

"I-ian..".- ucap shifa gemetar

"Apa!".- jawabku

"A-apel y-yang kamu pe-pegang hancur".- ucap shifa menunjuk apel yang ku pegang.

"Ah, maaf aku sudah sedikit kasar".- ucapku membersihkan air dari apel itu.

"Lindungi bagaimana maksudmu?".- tanyaku

"Dari indra, dia menyuruh untuk menggoda brian agar mau terpisah denganmu, lalu nanti dia akan memukulinya".- ucap shifa.

"Dan, aku tidak berhasil, dan aku pikir dia akan berhenti, lalu ternyata kau yang menjadi korbannya di awal".- ucap shifa

"Lalu? Siapa pelaku yang dia tunjuk, gamungkin indra sekuat itu untuk membuatku seperti ini".- ucapku

"Dia menyewa semacam jasa dari gangster, jasa paman namanya, untuk menghabisimu".- ucap shifa.

"Begitu ya".- ucapku

"Baik, terima kasih oleh-olehnya".- ucapku

"Ian, yang aku mau bilang, tolong kamu nyerah ian".- ucap shifa

"Semakin kamu bermasalah sama indra, semakin sakit kamunya".- ucap shifa

"Jadi kau pikir? Aku tidak bisa menghancurkan indra? Atau karena kau begitu sayang dengannya?".- ucapku

"Aku cuma gamau kamu kenapa kenapa lagi ian".- ucap shifa.

"Nyerah shifa?".- tanyaku

"Kalo kamu tunggu aku menyerah, maka kamu bakal nunggu aku selamanya".- ucapku

"Sekarang pulang ini sudah malam shifa".- ucapku

Pintu dibuka, brian dan daniel serta andro pun datang menjenguk.

"Ou, maaf kami bakal nunggu diluar kok".- ucap brian

"Ngga, masuk aja, shifa udah mau pulang kok".- ucapku

Mereka pun masuk ke ruanganku.

"Kalau begitu aku pulang ya".- ucap shifa.

Aku mengode daniel untuk mengikuti shifa perlahan untuk memastikan dia aman.

Daniel pun mengiyakan dan langsung bergerak.

"Aku sudah tau siapa".- ucapku ke brian dan andro

"Shifa memberikan ku informasi yang dia tau".- ucapku.

"Siapa?".- tanya brian serius

Aku pun menceritakan apa yang dibicarakan shifa.

To Be Continue

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang