Beberapa minggu berlalu, ibuku sudah menemaniku di rumah sakit.
"Mah..kezia gapapa di tinggal sama orang itu?".- tanyaku
"Gapapa, jul...hey tenang nak, mama rawat kamu dulu yaa".- ucap ibuku lembut.
"Ngga mah, sebaiknya mama pulang, liat kezia, aku khawatir".- ucapku
"Julian, dia papanya kezia, gamungkin mau ngapa-ngapain anaknya".- ucap ibuku
"Aku galiat kezia mah, coba mama cek, tolong mah".- ucapku
"Baik, mama akan pulang hanya untuk urus kezia sedikit, setelah itu mama kembali kesini".- ucap ibuku
"Iya mah, makasih".- ucapku
Saat ibuku bersiap untuk berangkat.
Suara pintu dibuka terdengar, shifa datang untuk menjengukku.
"Itu ada teman kamu, yasudah mama pergi ya".- ucap ibuku
"Mari ya dek, ".- ucap ibuku sedikit menunduk ke shifa.
"Iya tante".- ucap shifa
Shifa pun mengambil bangku untuk duduk di samping ranjangku.
"Bisa aku duduk?".- tanya shifa
"Iya, duduk aja".- balasku
Shifa pun duduk, dan menyerahkan apa yang dia bawa, dia membawa macam-macam buah yang aku sukai.
"Makasih".- ucapku.
"Iya, aku tau kamu suka ".- ucap shifa
"Ngomong ngomong?kok kamu bisa gini?".- tanya shifa.
"Aku yang seharusnya bertanya, kamu kok bisa gini?".- tanyaku balik
"Gini gimana ian?".- ucap shifa.
"Aku jadi ilfeel lihat tingkah kamu yang kemarin".- ucapku.
"Maaf ian, itu ada penyebabnya".- ucap shifa menunduk.
"Aku ga nyangka kamu gitu setelah dari awal masuk, kamu yang ku kenal lembut tiba tiba menjadi sama dengan wanita pada umumnya".- ucapku
"Tapi".- ucap shifa
"Tapi? Apa shif?".- ucapku
"Tapi itu semua gara gara lindungi kamu ian".- ucap shifa
"Lindungi bagaimana shifa!".- ucapku keras
"I-ian..".- ucap shifa gemetar
"Apa!".- jawabku
"A-apel y-yang kamu pe-pegang hancur".- ucap shifa menunjuk apel yang ku pegang.
"Ah, maaf aku sudah sedikit kasar".- ucapku membersihkan air dari apel itu.
"Lindungi bagaimana maksudmu?".- tanyaku
"Dari indra, dia menyuruh untuk menggoda brian agar mau terpisah denganmu, lalu nanti dia akan memukulinya".- ucap shifa.
"Dan, aku tidak berhasil, dan aku pikir dia akan berhenti, lalu ternyata kau yang menjadi korbannya di awal".- ucap shifa
"Lalu? Siapa pelaku yang dia tunjuk, gamungkin indra sekuat itu untuk membuatku seperti ini".- ucapku
"Dia menyewa semacam jasa dari gangster, jasa paman namanya, untuk menghabisimu".- ucap shifa.
"Begitu ya".- ucapku
"Baik, terima kasih oleh-olehnya".- ucapku
"Ian, yang aku mau bilang, tolong kamu nyerah ian".- ucap shifa
"Semakin kamu bermasalah sama indra, semakin sakit kamunya".- ucap shifa
"Jadi kau pikir? Aku tidak bisa menghancurkan indra? Atau karena kau begitu sayang dengannya?".- ucapku
"Aku cuma gamau kamu kenapa kenapa lagi ian".- ucap shifa.
"Nyerah shifa?".- tanyaku
"Kalo kamu tunggu aku menyerah, maka kamu bakal nunggu aku selamanya".- ucapku
"Sekarang pulang ini sudah malam shifa".- ucapku
Pintu dibuka, brian dan daniel serta andro pun datang menjenguk.
"Ou, maaf kami bakal nunggu diluar kok".- ucap brian
"Ngga, masuk aja, shifa udah mau pulang kok".- ucapku
Mereka pun masuk ke ruanganku.
"Kalau begitu aku pulang ya".- ucap shifa.
Aku mengode daniel untuk mengikuti shifa perlahan untuk memastikan dia aman.
Daniel pun mengiyakan dan langsung bergerak.
"Aku sudah tau siapa".- ucapku ke brian dan andro
"Shifa memberikan ku informasi yang dia tau".- ucapku.
"Siapa?".- tanya brian serius
Aku pun menceritakan apa yang dibicarakan shifa.
To Be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
cerita ian
RandomSebuah kisah yanh dikarang oleh seorang anak SMA yang nganggur