chapter 49.

8 2 0
                                    

Seperti biasa aku bekerja dan mengajar.

Namun ada yang berbeda hari ini, arthur tidak datang kesekolah.

"Anak anak?, apa ada yang melihat arthur?".- tanyaku.

"Pak, saya tidak tau arthur dimana, tapi saya tau apartement nya".- jawab salah satu murid.

"Siapa namamu nak?".- tanyaku.

"Carlos pak".- balasnya.

"Baik, carlos karena kau berbaik hati, kau dapat A+".- ucapku.

"YEEEYYYYYYYYY".- teriaknya senang.

"Pak, tapi kan saya kasih dia bekal kemarin, saya kok ga dapat".- ucap tasya.

Setelah itu keadaan kelas menjadi riuh.

"DIAMMM!!!!".- aku memukul meja.

Dan kelas sangat hening.

"Terima kasih, sekarang kita belajar ya".- ucapku.

"Baik, pak".- jawab muridku.

Aku memutuskan untuk mendatangi rumah arthur, diperjalanan aku singgah di supermarket sekedar membeli minum.

Namun aku melihat seorang anak kecil, mencuri makanan dan minuman.

Lalu ia kabur.

"Pak, pak gapapa, saya aja yang bayar".- ucapku.

Anak itu memakai jaket dengan tudung diatas kepalanya.

Bersembunyi di lorong-lorong untuk memakan hasil curiannya.

Ia makan seperti orang kelaparan.

"Oi nak, siapa namamu?".- tanyaku dari ujung lorong.

Ia ketakutan dan menganggkat tangan.

Aku membuka tudungnya, dan ternyata itu arthur.

"Kenapa kau tidak masuk kelas hari ini?, arthur?".- tanyaku.

"Aku, aku kelaparan, jadi aku cari uang buat makan".- ucapnya

"Ayahmu memangnya kemana?".- tanyaku.

"Aku, takut ayahh".- ucapnya menangis.

Aku mengajaknya pulang ke rumahnya dan mengantarnya.

Sesampainya dirumahnya, aku bertemu dengan ayahnya ia lebih muda dariku.

Dan gelagaknya seperti preman setempat.

"Terima kasih pak guru".- ucapnya tersenyum.

Aku pun mengembalikan arthur dan berbalik badan.

Seketika aku mendengar suara siksaan di dalam sana.

"KAU BINATANG BODOH".- ucap ayahnya.

Dan ia memukuli arthur yang sangat kecil.

Aku pun memutuskan untuk masuk.

"Selamat sore bapak?, apakah saya boleh masuk?".- tanyaku.

Dibalik sela sela pintu ia berbicara.

"Apa pedulimu sama anak ini?, anak ini anakku!".- ucapnya.

Dan aku melihat arthur yang terbaring lemah dan berdarah

Dengan marah aku menendang pintu hingga pria itu terlempar.

Dan menggantungnya dengan tanganku.

"Dia muridku, dan apa yang kau perbuat?".- tanyaku sinis.

"D-diaa adalah a-anak sial".- ucapnya sesak.

"Pak guru tolong jangan sakiti ayahku".- ucap arthur memohon.

"kau liat? Apa ada anak sial yang seperti itu?".- tanyaku sinis.

"Kaulah yang sial dasar bodoh!".- aku menendang perutnya dengan lutut.

"Aaargghh".- ucapnya sesak.

"Siapa namamu?hm?".- tanyaku.

Ia terdiam dengan sesaknya.

"Kubilang siapa namamu!".- aku menendangnya.

"Arg, raymond".- ucapnya sesak.

Aku terus memukulinya hingga tak sadarkan diri.

"Jika sekali pukulan saja, mengenai arthur, kau akan kubunuh".- aku menggantung kerah bajunya

"Arthur, bapak mau kamu kesekolah besok".- ucapku.

Dan aku pergi darisana.

Keesokannya arthur belum juga datang kesekolah.

Aku kembali ke apartement itu, arthur tak tau dimana dan ayahnya hanya bermain game dengan perban di wajahnya.

"Selamat pagi!!!!!".- aku menendang pintu.

"Aaaaaaaaaaa ampunn- ampunn".- ucapnya ketakutan.

"Dimana arthur?".- tanyaku tersenyum.

"Aku - aku tidak tau".- ucapnya.

Aku menarik kerahnya dari belakang dan melemparnya keluar kamar.

"Sekarang turun dan cari arthur, dan bawa kehadapanku, jika kau coba coba kabur kau akan mati".- aku mengeluarkan pisau.

"Iya iya baik".- ucapnya ketakutan

Ia pun mencari selagi aku menunggu, aku menyewa kamar persis di sebelah kamar arthur.

"KAU TINGGAL DISINI?".- teriak raymond.

"Apa ada masalah ?".- ucapku.

"T-tidak, tapi arthur ketakutan melihatmu tidak menguncir rambut".- ucapnya.

"Selama aku tinggal disini, aku tidak mau mendengar suaramu memarahinya, sedikitpun".- ucapku.

"Jika saja kau mau mencobanya".- sambungku.

Ibu arthur bekerja paruh waktu dan akan datang jika tengah malam, ia wanita muda seumuran dengan kezia.

Malam itu raymond berteriak memarahi istri dan anaknya.

Aku yang mendengar itu, langsung masuk tanpa salam.

Aku memukul dan menggantungnya keluar jendela.

"Kau akan kulepas jika saja masih melakukannya".- ucapku.

"Bukan aku, aku bersumpah bukan aku".- ucapnya menangis.

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang