chapter 55

4 1 0
                                    

Hari- hari ku lalui dengan arthur dirumah itu.

Shifa membelikannya mainan dart, yang membuatnya betah dirumah.

Terkadang teman-teman arthur yang datang bermain bersama arthur, selagi aku membereskan rumah.

Aku menyadari potensinya dalam permainan itu.

Dari 10 lemparannya hanya 1 yang tidak mengenai sasaran.

Dia sangat fokus.

Aku pun mengganti pelurunya dengan sebuah pisau kecil.

"Coba pakai ini arthur".- ucapku.

Arthur mencoba melemparnya.

Dan ia masih membutuhkan adaptasi untuk benda itu.

Namun, perlahan ia sudah mulai membiasakan diri dengan melempar pisau tepat sasaran

Dan akhirnya arthur menguasai teknik itu.

"Aku menjadikannya senjata".- ucapku dalam hati.

"Arthur, pakai kemampuanmu untuk menolong orang, dan dirimu, pakai jika kau sangat terdesak".- ucapku.

"Baik ayah".- balas arthur.

"Satu lagi, kak shifa gaboleh tau kemampuanmu ini".- ucapku.

"Iyaa ayah".- ucapnya.

"Aku bangga arthur".- ucapku tersenyum.

Arthur pun tercengang dan kaget sampai meneteskan air mata.

"Kau kenapa menangis?".- tanyaku.

"Tak apa ayah".- ucap arthur.

Singkat cerita, ia berada di dalam sekolah.

Arthur adalah anak yang tergolong suka di bully, dan saat itu kenny tidak ada di sekolah.

"Yahahaha, kau hanyalah anak penjahat".- ucap salah seorang teman sambil menendangnya.

Tiba tiba anak itu menjatuhkan kursi sehingga mengenai arthur yang terkapar di lantai.

"Yahahaha, lemah".- ucapnya.

Arthur tidak menangis kala itu, dan ia berdiri membersihkan bajunya dan mengambil pulpen.

"Ayahku, bukan seorang penjahat, mata kalian lah yang memandangnya sebelah mata".- ucap arthur.

"Oh ya? Kalau begitu tunjukkan".- ucap anak itu melempar penghapus papan.

Dengan cepat arthur menghindar.

"Ayahku, menyuruhku menggunakannya saat terdesak, dan ini termasuk terdesak kan?".- tanya arthur.

"Apa yang akan kamu lakukan?hm?".- ucap anak itu.

Lalu arthur melempar pulpen itu layaknya mainannya dan tepat mengenai mata anak itu.

Anak itu menangis sejadi jadinya.

Dan teman-teman dari anak itu menolongnya yang menangis.

Arthur diamankan oleh gurunya, dan di intimidasi oleh orang tua murid, kenny yang mengetahui hal itu menunggu arthur di depan ruangan itu.

"ANAK SAYA HARUS MASUK RUMAH SAKIT, GARA GARA KAMU".- bentak orang tua itu.

"KAMU MAU! GANTI DENGAN MATA KAMU? HAH!!".- teriaknya lagi.

Arthur hanya diam dan memperhatikan mereka membentaknya.

"Aku tau arthur tidak salah" teriak kenny .

"Siapa kamu?" tanya guru disana.

"Tak penting, tidak mungkin dia melakukan hal itu, dia sama sekali tidak bisa berkelahi"- ucap kenny

"PLAKKK!!".- kenny ditampar

"Kau tidak tau siapa aku?!".- ucap ayah dari anak itu.

"Hahaha, kau yang tidak tau ayah dari anak itu kan?".- tanya kenny menantang.

Aku pun masuk membuka pintu.

"Permisi".- ucapku tersenyum.

Ayah dari anak itu pun tercengang.

"J-julian?".- tanyanya.

Aku pun langsung menatapnya, dan berlari mencekiknya.

"KAUU TERNYATA PUNYA ANAK!, KAU APAKAN IBUKU DAN KEZIA!!!".- tanyaku lantang.

"A-aku tak bermaksud".- ucapnya tersedak.

"DIMANA!".- bentakku.

"AKAN KUBUNUH KAU!".- teriakku makin mencekiknya.

"pak, pak sudah pak".- ucap guru disana.

Guru disana terus menahanku untuk menyakiti ayah angkatku dan kezia.

Masalah itu pun berubah yang tadinya masalah arthur dengan anak itu, menjadi masalahku dengan ayah angkatku sendiri.

Aku seperti anjing yang baru keluar dari kandang yang terus memberontak dan ingin menghabisi orang itu.

Aku pun menelpon brian dan daniel, untuk memastikan kezia dan ibuku disana.

"Sampai keadaan mereka memburuk, akan kubunuh kau, dan ku gantung kepalamu di pagarku".- ucapku.

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang