chapter 19

9 3 0
                                    

Aku juga dapat tambahan anggota, brian hanya  membantuku membuka jalan agar cepat-cepat berduel dengan arsel.

"Maju!".- ucap brian.

Anggota gangster pun datang, mereka adalah gangster-gangster kecil yang masih baru, dan tidak mengenal aku siapa.

"Oi, anak kecil".- ucap salah satu paman itu.

"Ahh, aku sudah la tidak ikut pertarungan anak SMA".- sambungnya

"Ahhhh, kauu lawan aku dasar paman bajingan".- ucap brian sempoyongan

"Berisik! Hajar".- ucap paman itu menghajar brian

Brian hanya memasang badan dan tetap berdiri tertawa terbahak-bahak.

"Anak ini kenapa hah!".- ucap paman itu.

"Aku brian nathan revandra ga merasakan apapun!".- ucap brian.

Brian pun memukul rata mereka semua dengan gaya bertarung jalanannya ia tidak bisa di jatuhkan dan ia akan terus berdiri saat itu terjadi.

"Apa kau baru saja mengatakan revandra?".- tanya paman itu setelah menonjok brian

"Itu ayahku, kau mau apa hah?! Lawan aku saja".- ucap brian

Andro berlari dan melompat menendang wajah paman itu.

" jangan pernah memberi tau identitasmu, bodoh!".- ucap andro.

"Hey aku juga ingin menghajar arsel, apakah boleh?".- ucap brian.

"Kita hanya membuka jalan, kita tidak boleh ikut campur di pertarungan mereka".- ucap andro.

"Ahh iyaaiya".- ucap brian.

Mereka terus menghajar anak- anak arsel sampai habis.

Sementara aku terus mengejar arsel yang terus-terusan kabur.

"Kau takut? Hah?!".- ucap ku

"Aku ? Takut? Aku hanya menunggu saudaraku, dan dia...datang".- ucap arsel

Nino saudara arsel pun muncul.

"Hahahaha kini kau sendiri".- ucap arsel.

"Am i scare?".- tanyaku.

"Jul...jul..jul..mana tuh anak".- ucap daniel.

Aku bertarung melawan adik dan kakak tersebut.

Susah untuk melawan mereka, karna ketika aku memojokkan satu, yang satu menghantamku dengan telak.

Aku kelelahan, tapi aku yakin aku bisa memenangkan pertarungan ini.

Mereka memegang tongkat besi yang tebal, dan memukulku secara bergantian.

Aku hampir saja tidak berdaya, tiba-tiba daniel datang melompat menghantam mereka.

"Kau ini kayak anak kecil, sudah borongan, bawa senjata pula".- ucap daniel.

"Wah wahh pahlawan kesiangan".- ucap nino

Aku nyaris tak sadarkan diri, daniel bertarung melawan mereka.

"A-aku t-tak bisa disini".- ucapku

Aku berusaha berdiri walau sempoyongan, mengambil bata yang ada disana lalu menghantam ke kepala nino, dan dia pun terjatuh.

"El, dia milikku".- ucapku.

Aku pun berduel dengan arsel, sangat mudah bagiku untuk bergerak, dia tidak dapat melakukan apa-apa tanpa saudara nya.

Nino dibuang ke dalam saluran pembuangan yang berada disana.

"Hahhh, aku cape".- ucap daniel

Daniel duduk dan menyaksikan pertarunganku, sambil merokok.

Brian juga selesai dengan urusannya, semua anggotaku selesai, gangster-gangster yang tadi sudah di jatuhkan oleh brian dan di serahkan ke pada paman-paman brian.

Gangster itu di cukur oleh pamannya brian, mulai dari alis, kumis, sampai rambut, mereka semua botak licin.

Aku tidak langsung menghajar arsel sampai jatuh, aku membiarkannya bangun terus.

Setelah aku sudah melihat teman-temanku menyaksikan, aku pun menyelesaikan pertarungan, dengan menendang masuk perutnya sehingga dia kesakitan dan jatuh.

Karena kelelahan aku juga jatuh, dan tak sanggup untuk berjalan.

Itu sangat menguras tenagaku.

Akibat pertempuran itu, aku dan daniel harus di keluarkan dari sekolah, karena mencoreng nama baik sekolah, dan saat itu kami pindah sekolah.

"Terima kasih, teman- teman!".- ucapku teriak.

Kami pamit ke semua anggota kami saat di sekolah.

Kami pun sampai di pagar sekolah.

"Oi, kalian mo kemana?".- tanya brian.

"Kami di drop out, tapi gapapa, yang penting kita menang bukan?".- ucapku tersenyum

"Bodoh, ikut aku".- ucap brian.

Kami pun mengikuti brian ke ruang tata usaha.

"Selamat pagi, pak kepala sekolah".- ucap brian.

"Pagi brian, ada apa nak?".- tanya kepala sekolah.

"Saya tidak mau tau, pokoknya dua anjing kecil ini harus sekolah kembali dan layak menerima ijazah".- ucap brian.

"Tapi nak..".- ucap kepala sekolah.

"Saya tidak mau dengar alasan".- ucap brian.

Setelah perdebatan itu aku tetap bersekolah.

"Kenapa kau bicara seperti tadi?".- tanyaku

"Bodoh, sekolah ini sudah dibeli ayahku bodoh".- ucap brian tersenyum

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang