Guru disana memanggil polisi untuk mengatasi masalah ini.
Dan polisi pun datang kesekolah arthur,mengamankan kami berdua.
Aku di interogasi di kantor polisi itu.
Setelah selesai, orang itu ternyata lolos, dan melarikan diri mendahuluiku.
Brian menelpon dan mengabarkan bahwa ibuku dan kezia tidak ada di rumah.
"Tapi yang aku dengar dari tetangga disini, maaf, tapi adikmu adalah jalang".- ucap brian.
"Baik, bantu aku mencarinya, aku tak tau harus minta tolong ke siapa".- ucapku.
"Tenang, aku punya kenalan".- ucap brian.
"Kita ketemu di Tiger malam ini".- ucap brian.
(Tiger, salah satu diskotik/club malam yang cukup terkenal disini).
"Baik".- ucapku.
Aku menitipkan arthur di rumah shifa.
"Kamu ngapain kesini!".- ucap ayah shifa.
"Saya, harus menitipkan anak ini".- ucapku
"Aku muak melihatmu!".- ucapnya.
"Pah, dengerin dia dulu".- ucap ibu shifa.
"Hadeh, iyaa".- ucapnya.
Aku menjelaskan, apa yang terjadi padanya.
"Bagaimana kalau itu terjadi pada shifa dan tante?".- tanyaku.
Ayah shifa termenung.
"Jika itu terjadi pada mereka, apa yang akan kau lakukan?".- tanyanya.
"Kenapa anda menjawab pertanyaan, dengan pertanyaan?".- ucapku
Keadaan pun hening.
"Baik, anak ini disini , tapi jangan melibatkan anakku dalam hal ini".- ucapnya.
"Itu tidak akan terjadi".- ucapku.
Tiba tiba kakinya menuju ke wajahku dengan cepat.
Ia menggertakku, aku sama sekali tidak merubah raut wajahku, bahkan aku tidak berkedip.
"Pah?".- tanya ibu shifa.
Ayah shifa tersenyum.
"Kurasa, kau bisa kuandalkan".- ucapnya.
"Kalau begitu, saya pergi dulu".- ucapku.
"Jangan sampai kau kalah nak, tidak ada yang akan melindungi shifa kalau itu terjadi".- ucapnya.
"Anak yang kutitipkan sudah kudidik dengan baik om, dia tidak akan membiarkan hal itu".- ucapku.
"Tunjukkan".- ucapnya.
Aku mengambil pisau buah, dan memberikannya pada arthur.
"Arthur".- panggilku.
Arthur mengangguk, dan aku melempar apel di depan pintu, dengan sangat cepat arthur melempar pisau itu.
Lemparannya mengenai apel itu,dengan jarak kurang lebih dengan jarak 4 meter dan arthur tepat sasaran.
"Apel itu bahkan belum menyentuh tanah" - ucap ayah shifa tercengang.
Dan arthur diizinkan tinggal disana saat itu.
Aku sampai di club itu.
Brian tidak ada dan hanya berbicara di telpon.
"Carilah orang bernama carlos, dia adalah penjual perempuan disana, kau bebas melakukan apa saja padanya, anak buahku ada disana dan mereka mengenalmu".- ucapnya.
Kutemui carlos.
"Jadi wanita mana yang kau cari?" .- tanyanya.
"Aku mencari adikku".- ucapku.
Aku menunjukkan fotonya.
"Waw, bung dia adalah penarik perhatian, dan kutempatkan di tempat yang lain".- ucapnya.
Dengan cepat aku meninju wajahnya.
Dan anak buah brian mengarahkan pistol padaku.
Atasan mereka menelpon brian.
Dan setelah itu, anak buah brian menurunkan pistol mereka.
Aku membawa carlos ke parkiran mobil.
"Apa kau tau siapa yang kau ganggu?".- tanyaku merobek pahanya menggunakan pecahan beling.
Aku menarik keluar urat pahanya saat itu.
"Aku bisa membuatmu lumpuh selamanya demgan ini".- ucapku.
"B-baik aku akan memberi informasinya".- ucapnya merintih kesakitan.
Kumasukkan ia di dalam mobil.
"Dimana?!".- tanyaku
"Ada seorang pria datang padaku bulan lalu, lalu menyuruhku menjual anak itu".- ucapnya.
"Lalu hasilnya kubagi dua dengan orang itu, aku sungguh tidak tau apa apa".- ucapnya.
"Sekarang dia dimana!".- tanyaku membentak.
"Kutempatkan di rumah susun di pinggiran kota, bersama jalang- jalang yang lain".- ucapnya kesakitan.
Aku langsung memintanya menunjukkan alamat kesana dan langsung pergi kesana saat itu.
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
cerita ian
RandomSebuah kisah yanh dikarang oleh seorang anak SMA yang nganggur