chapter 57

3 1 0
                                    

Aku sampai disana, di apartemen tempat para jalang dan pria hidung belang berkumpul.

"Ini dia?".- tanyaku

"I-iya, ini dia".- ucapnya kesakitan.

Aku pun langsung masuk ke tempat itu dengan emosi tinggi, membombardir tempat itu.

Dengan cepat mereka mengeroyokku dengan pasukannya.

Aku terkapar tidak berdaya.

"Bawa pria ini ke ruang pendingin, kita bekukan dia".- ucap salah satu anggota itu.

Aku di tarik oleh salah satu bawahannya.

"Hey kawan, bangun".- ucapnya memberiku rokok.

"Ada gerangan apa kau kesini?".- tanyanya.

"Kenapa kau tidak membunuhku?".- tanyaku balik

"Kawan, aku tau kau kemari, mencari seseorang bukan?".- ucapnya

"Kau tau, beberapa kali hal ini terjadi, namun hanya kau yang masuk dengan cara itu".- ucapnya

"Kalau hanya aku, lantas yang lain dimana?".- tanyaku

"Ada, bentar".- ucapnya membuka pintu ruangan pendingin

Ada 4 mayat lain disana dan tergeletak begitu pintu terbuka.

"Kan? Inilah mereka".- ucapnya

"Kenapa kau tidak membunuhku?".- tanyaku.

"Karna kau tidak mencoba membunuhku".- ucapnya tersenyum.

Sejenak aku terdiam.

"Pintu belakang di sebelah kiri".- ucapnya.

"Siapa namamu?".- tanyaku.

Diapun berbalik

"Kevin dio".- ucapnya tersenyum

"Larilah, dan hancurkan tempat ini suatu saat".- ucapnya.

Aku pun tanpa pikir panjang langsung berlari.

Dengan babak belur aku pulang dirumah.

Meluapkan semua amarahku, karna tidak dapat selamatkan adikku sendiri.

Dan esok hari, aku mencoba menghubungi daniel untuk membantuku.

"Tugasmu hanya masuk ke dalam, cari kezia, bawa dia pulang".- ucapku.

"Disana adalah mafia besar, kau tidak bisa masuk tanpa rencana julian!".- bentaknya.

"Aku punya revandra".- balasku.

Aku memanggil brian dan siang itu aku membangun rencana, memikirkan ini dan itu, agar bisa membawa kezia pulang.

"Kita pancing keluar, keluarkan semua jalang-jalang itu".- ucap brian

"Terus, apa yang akan kau perbuat jika semua keluar?".- tanya daniel.

"Aku? Akan habisi semuanya dari luar".- ucap brian.

"Aku ingin bertemu petingginya, ini ada kaitannya dengan ibuku".- ucapku.

"Baiklah, kecuali petinggi bukan?, gampang".- ucap brian.

"Kita masuk dengan gelap, senjata kita harus pakai peredam, aku sudah menyiapkannya, dan  ini".- ucapnya mengeluarkan sesuatu.

"Kita pakai ini, ini kacamata yang digunakan militer tingkat atas untuk melihat dalam gelap, ia bisa melihat suhu badan loh, belum ada dimanapun di kota ini".- ucapnya.

"Baiklah, kita masuk dengan itu".- ucap daniel.

Malam pun tiba, aku dan daniel bersiap untuk menghabisi dari dalam.

Aku masuk melalui pintu parkiran, karena disana tidak ada penjaga dan mematikan aliran listrik.

Dan kami menculik semua perempuan jalang dan mengumpulkannya di satu tempat.

Adikku tidak ada di apartemen itu.

Suara helicopter pun terdengar dari jauh.

Dan itu brian dengan pasukan khususnya.

Aku mengeluarkan perempuan itu dari gedung itu, dan daniel bertugas untuk membawa bus besar yang brian siapkan di parkiran itu.

Brian dan pasukannya menembak secara membabi buta di gedung itu.

"Julian, sebaiknya kau jangan masuk lagi".- ucap daniel.

Aku berlari masuk dan ingin mencari petinggi gedung itu.

Ku tembak habis mereka yang masih bersembunyi di dalam.

"Hebat juga".- ucap kevin dio

"Ternyata kau".- ucapku.

"Aku sudah berniat menghabisi mereka semua, makanya kulepaskan kau".- ucapnya.

"Keluarlah".- ucapku.

"Aku mencari bosnya".- ucapku.

"Kau, salah tempat, dia tidak disini".- ucap kevin.

"Kalau begitu dimana?".- tanyaku.

"Di suatu tempat di luar negeri".- ucapnya.

Tepat saat brian menembakkan rudal ke arah gedung.

"Merunduk!".- ucapnya menurunkan kepalaku.

Dan sebagian tempat itu terbakar akibat ledakan hebat.

Kevin terkapar dan lemas, aku menggendongnya untuk keluar menuju bus.

TO BE CONTINUE-

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang