chapter 24

8 2 0
                                    

"Dan karena hal itu, aku jadi bersemangat".- ucap daniel membuka bajunya.

Ia melipat tangan serta tersenyum tipis

"He, kita lihat kalian kubuat jadi apa".- ucap daniel.

"Badan mu memang besar, kuakui itu tapi kau tidak bisa mengalahkan kami".- ucap anak itu.

Daniel pun berlari dengan cepat ke arah mereka, dan hanya satu genggaman dia memegang kepala salah satu orang itu.

"Pertama kau".- ucap daniel.

Daniel menghantamnya dengan keras ke pilar kayu dan membuat pilar itu patah.

"Mas, itu warung saya mas".- ucap bapak penjual disana.

Daniel hanya menatapnya dengan tajam.

" aduhhh ini gimana ini jualan saya".- ucap bapak tersebut.

Salah satu dari anak itu membawa pisau, lalu menusuknya tepat di pinggang bawah daniel.

Daniel hanya berbalik.

"Hahahaha, ini tidak akan membunuhku".- ucap daniel.

Dia menendang anak itu dengan keras, sehingga membuatnya terpental.

"Ini bahkan ga nyampe 1cm".- ucap daniel sambil mencabut pisau tersebut.

"Anak- anak ini membuatku muak daritadi, aku jadi tidak bisa melihat oma ku untuk terakhir kali".- ucap daniel memegang pisau.

Ia berjalan menuju anak tersebut dengan pisau yang sudah berdarah.

" akan ku tunjukkan kau sebuah tikaman".- ucap daniel.

Baru saja akan menusuk, tiba-tiba andro menendang tangan daniel dari samping.

Lalu menendangnya hingga dia terpental dan jatuh.

"Ahhhh kau jadi buas seperti binatang".- ucap brian dari sebuah warung.

"Ngapain kalian disini".- ucap daniel.

" ah kami lapar jadi pengen gado-gado yaudah makan disini".- ucap brian sambil mengunyah.

"Oii, mending sini dulu makan, aku traktir".-ucap brian.

"Bangun".- ucap andro menjulurkan tangan.

daniel bangun dengan lemas.

"Kau berdarah bodoh".- ucap andro.

Andro langsung memikulnya ke rumah sakit.

Disusul oleh brian yang baru saja selesai makan.

Mereka berpapasan denganku yang hendak ke kamar mayat.

"el, kau kenapa".- tanyaku cemas.

"anak fraksi itu, ceritanya panjang".- ucap daniel.

"Kalian bertarung basah-basahan?".- tanyaku.

" kalau kemarau kami kering" .- ucap brian.

"Yasudah bawa daniel ke ruang bedah buat dapat penanganan".- ucap brian.

"Aku akan menemani julian ke oma daniel".- ucap brian

Setelah itu oma dimandikan dengan perawat.

Daniel juga sudah mendapat penanganan.

"Kita gaboleh pisah ya".- ucap brian.

"Kita harus saling rangkul, aku akan membantu semuanya, dan akan ku urus lawan-lawan kita selagi kalian berkabung".- ucap brian.

Brian merangkul kami.

Andro pun begitu.

"Kalau suatu saat kalian susah, datang laj pada kami disini".- ucap andro.

"Aku tak bisa memberikan apa apa sekarang, kadi nanti saja".- ucap andro.

Oma selesai dimandikan dan siap dengan riasan paling cantik dengan gaun putih yang ia kenakan.

"Aku harap aku bisa melihat oma tersenyum mengenakan itu".- ucap brian menangis.

"Ohh bro, aku juga".- ucapku.

Kami menangis.

Sirene ambulance berbunyi, oma akan dibawa ke rumah dengan kawalan beberapa anggota kami

Sekitar 20 motor mengawal mobil ambulance sampai ke tujuan kami.

Kami masih belum bisa terima kenyataan bahwa oma sudah tidak ada.

Kami sampai dirumah.

Kursi sudah tertata rapih dibantu oleh tetangga kami, aku tidak tau mereka mendapat info dari mana.

Tidak ada waktu dan kesempatan buat kami menanyakan hal itu.

Kami hanya bisa terima kasih.

Aku, brian, daniel, dan andro pun mengangkat peti oma masuk ke rumah dan membuatnya tertata.

"We are family, don't forget that".- ucap brian.

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang