chapter 65

5 1 0
                                    

*CERITA BERUBAH KE SUDUT PANDANG ARTHUR.

Mereka semua sibuk mempertanyakan, menunggu, bahkan ingin melihat mayat papa.

Tenaga bantuan tidak dapat mengambil mayat-mayat itu, karena sudah berada jauh di dalam laut.

Di semua saluran tv juga sudah menyiarkan bahwa jatuhnya pesawat yang di tumpangi papa.

"Kak, aku ke taman ya".- ucapku.

"Kamu mau di temani?".- tanya kak shifa

"Gausah kak, aku sendiri aja".- ucapku.

Adel mengejutkanku di depan pintu.

"Aku sudah mendengarnya, ayahmu kan?".- tanyanya.

Aku tidak menggubrisnya dan hanya fokus berjalan menuju taman.

Aku sempat mengambil rokok paman brian yang tertinggal semalam.

Dirumah ramai ada paman brian serta teman teman lama papa semua berkumpul.

Sesampainya di taman aku duduk bersama dengan adel.

Tak bersuara sedikit pun dan hanya merokok.

Adel tiba tiba memelukku dengan erat.

"Aku gatau perasaanmu, aku belum ngerti, tapi semoga aku bisa nenangin kamu".- ucapnya.

"Kayaknya kamu butuh waktu sendiri, aku tinggal ya".- ucapnya mencium pipiku.

"Dahh, arthur".- ucapnya.

Setelah adel pergi, kira kira setengah jam ada seorang pria duduk di sampingku.

Menyodorkan ku rokok.

"Mau tambah nak? Kayaknya bebanmu berat".- ucapnya.

Aku mengambil satu.

Aku tidak mengenali orang itu , karena memakai hoddie.

Ia kekar, berbadan tinggi.

"Siapa namamu nak?".- tanyanya.

"Arthur".- jawabku.

"Mengapa kau disini?, dan merokok layaknya manusia putus asa".- tanyanya.

"Tak apa paman".- ucapku.

"Ayahmu meninggal ya?".- tanyanya.

"Kenapa bisa tau?".- tanyaku berbalik kearahnya.

"Aku tau, aku teman lama ayahmu, tapi jangan beritahu siapapun, aku selalu ada buat ayahmu, aku juga kaget mendengar kabarnya".- ucapnya.

"Ayahmu adalah anak yang hebat" - ucapnya

"Yah, dia ayah yang hebat".- ucapku.

"Kuharap kau belajar banyak darinya" - ucapnya.

"Siapa nama paman?".- tanyaku.

"Aku selama ini memperhatikan kalian, tanpa bergerak, maafkan paman, mari ke rumahmu anak muda" - ucapnya.

"Pasti ibumu mencarimu".- ucapnya.

"Tapi siapa paman ini?".- tanyaku

"Nanti kau tau".- ucapnya.

Aku membawanya pulang dan disana sudah ada paman brian, dan juga daniel yang sudah berdamai dengan keadaan.

Serta teman teman ayah yang melihatku datang dengan paman itu, langsung berdiri.

"Arthur? Siapa orang ini?".- tanya paman brian.

"Kutemui ia di taman, katanya temennya papa".- ucapku

"Teman?, yang kuingat tak ada teman ayahmu yang gondrong dan brewokan seperti ini".- ucapnya.

"Kalau begitu masuklah, shifa sedari tadi mencarimu, bujuk dia untuk turun dan makan, sementara teman ayahmu duduk disini".- ucapnya.

"Baik, paman bisa duduk di samping sini".- ucapku.

Paman brian terus memperhatikan orang itu, begitu juga paman daniel.

Sementara aku membawa makanan ke kamar kak shifa.

"Kak, makan dulu kak".- ucapku.

Aku masuk dan menaruh makanannya di meja, kak shifa masih aja diam di dalam selimut.

"Kak nanti di makan ya, aku kebawa dulu ada temen papa yang di awasin sama paman brian, gaenak sama dianya".- ucapku.

Aku pun turun dan memberikannya makanan, tiba tiba kak kezia datang, dengan membawa jaket papa dan sekotak cincin berlian yang cantik dan sepucuk surat.

"Di amplop suratnya, hanya shifa yang boleh buka".- ucap kak kezia.

"Arthur, panggil shifa turun".- ucap paman brian.

Aku berlari memanggil kak shifa, dengan cepat kak shifa pun turun.

Setelah itu aku menghampiri paman tadi.

"Oi, arthur! Kau kenapa bawa orang asing sepertinya ke rumah ini!".- ucap paman daniel yang sedang mabuk.

"Karena dia teman papa" - ucapku.

"Iya tapi siapa namanya!".- ucapnya lagi.

"Aku juga gatau".- ucapku.

Dengan nada tinggi paman daniel menantang paman itu berduel, sementara kak shifa mengamankan barang-barang papa sementara.

Paman itu pun berdiri, menghampiri paman daniel, lalu dengan sekali jotos, paman daniel pun jatuh dan pingsan.

"Sudah cukup".- ucapnya.

Paman brian berdiri dan ingin menghajarnya dengan kursi.

Dengan cepat paman itu menendang kursi ifu sehingga paman brian jatuh.

"Siapa kau sebenarnya".- ucap paman brian.

Ia pun membuka tudung dikepalanya.

"RUPANYA KAU!!!".- teriak paman brian

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang