Chapter 25

10 3 0
                                    

Aku dan daniel sudah belajar tenang dan tabah menerima kenyataan bahwa oma kami sudah tidak ada.

"Tunggu, brian?".- tanya daniel.

"Kenapa kau tau aku di keroyok tadi?".- ucapnya lagi

"Julian mana?".- tanya daniel.

"Jangan sampai ketahuan julian".- ucap brian

"Sebenarnya, julian lah yang menghubungi kami untuk menghampiri, semua dia lakukan hanya untukmu, dia paling tau tentangmu".- ucap brian.

"Tapi kau jangan bilang dia, nanti dia ga percaya lagi".- ucap brian.

Sementara aku dan andro sibuk menata barang-barang untuk beribadah, kami beribadah bersama tetangga serta teman-teman gereja oma.

Brian menanggung penuh semua biaya mulai dari rumah sakit dan lain sebagainya, karena pensiunan oma tidak mungkin cukup untuk hal seperti ini.

"Thanks bro buat semuanya".- ucapku memeluk brian.

"Sebenarnya aku cuma bingung mau menghabiskannya dengan membeli apa, eh kebetulan oma meninggal, jadi aku tanggung saja".- ucap brian

Tengah malam banyak valhalla yang berkumpul di rumah oma, ada yang bermain kartu dan lain-lain.

Mereka mencoba menghibur aku dan daniel.

Tiba-tiba suara bising knalpot terdengar.

Motor sport yang dibawa wanita itu sangat bising hingga dia membuka helmnya.

"Wahh, idaman aku nih".- ucap salah satu anak disana.

Ia pun membuka helmnya dan ternyata itu geovanny.

"Ahh, gajadi aku mah, gamau berurusan sama ares".- ucap anak itu.

Dan mereka melanjutkan permainannya.

Aku menghampiri vanny yang saat itu cuma sendiri.

"Van, maaf aku ga bisa ngabarin".- ucapku.

"Ian, gapapa, aku ngerti".- ucap vanny.

"Masuk dulu, kita makan".- ucapku.

Di dalam ada daniel yang duduk merenung.

"El, vanny nih dateng".- ucapku.

"Oiya van makan dulu, makasih ya udah liat oma".- ucap daniel

"Iyaa el, sama sama, oiya el ada yang bisa aku sumbang atau bantu ga?".- tanya vanny.

"Ngga kok van gapapa, semuanya udah ada yang nanggung".- ucap daniel

"Kalo boleh tau? Siapa el?".- tanya vanny.

"Brian".- ucap daniel.

Vanny menoleh ke daniel yang sedang duduk minum.

"Yooooo, vanny".- ucap brian mabuk.

"Anak itu, bisa-bisanya".- ucap vanny.

"Yaa begitulah".- ucap daniel.

Tak lama datang segerombolan motor di depan rumah kami.

"Awas van".- ucapku menarik vanny ke belakang.

"Siaga el".- ucapku.

Daniel berdiri dan begitu juga anggota kami, terkecuali brian yang mabuk kala itu.

Tiba-tiba arsel dan nino masuk.

"Wow, kami tidak mengajak perang disini".- ucap arsel.

"Aku hanya mau melayat".- ucapnya lagi.

"Iya, lagi pula kami turut berduka".- ucap nino.

"Sudah biarkan mereka".- ucap andro

"Kita hanya bersiaga".- ucap andro

"Masuk dan pergi dengan damai, kalian berdua".- ucap daniel

Mereka masuk dan duduk berdoa untuk oma.

"Oma mu serangan jantung kan?".- tanya nino.

Aku menaruh curiga kepada mereka berdua.

"Iyaa".- jawabku

"Penyakit ini terkadang emang terkena pada orang tua, apalagi kalau umurnya kayak oma kalian".- ucap nino.

"Aku turut berduka ya".- ucap arsel menepuk punggungku.

"Oiii, sialan!".- ucap brian mabuk.

"Darimana kau, pertempuran sudah akan dimulai".- ucapnya

Brian berjalan sempoyongan menuju arsel.

"Wahhh, pipimu besar".- ucap brian memegang pipi.

"PLAKKK!".- brian menampar arsel.

"Kauu!".- ucap nino.

"Sudah! Tidak apa nino! Berhenti!".- ucap arsel.

"Kita di depan oma daniel, jangan bertindak gegabah".- ucap arsel.

Semuanya pun siaga saat kejadian itu.

"Tolong jangan di depan oma ku".- ucap daniel.

Ada hal yang aku yakin di sembunyikan oleh arsel dan nino.

TO BE CONTINUE

cerita ianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang