Setelah hari itu, aku bertemu dengan shifa secara diam-diam.
"Hay, shif aku mau ngomong sesuatu".- ucapku
"Ngomong apa ian?".- shifa memegang tanganku.
"Aku mau keluar kota, buat kerja yang dibilang papamu itu bener, aku gapunya apa apa".- ucapku
"Tapi? Bagaimana dengan kita?".- tanya shifa menangis.
"Shifa, kita akan baik-baik saja, kau mau menunggu ku kan?".- tanyaku.
"Ian, karna kejadian semalem papa jodohin aku".- ucapnya
Aku kaget dan terdiam.
"Sama siapa?".- tanyaku.
"Sama teman bisnis papa, aku gamau ian".- ucap shifa.
"Aku gamau kita selesai, tapi aku juga gamau kamu ngelawan papamu".- ucapku.
Shifa menangis terseduh-seduh.
Aku memeluknya.
"I can't say goodbye".- ucapku.
"Tapi, kamu mau kemana?".- tanya shifa menangis.
"Ke tempat yang jauh shifa, untuk sementara".- ucapku.
"Kamu bakal balik ke aku?".- tanyanya menangis.
"Tentu, kenapa tidak".- balasku.
"Goodbye ian, i love you".- ucap shifa menangis.
"Yah, i love you too".- aku mencium bibirnya.
"Aku akan kembali, suatu saat".- ucapku.
"Pakai ini agar kau mengingatku".- aku memberikan kalung.
"Iyaa, aku pakai yaa".- ucap shifa tersenyum.
Shifa tersenyum senang karena itu.
Dan aku pergi meninggalkannya disana.
Besoknya aku berangkat menuju luar kota, umtuk mengambil pekerjaan yang diberikan asistennya brian.
Yaitu sebagai guru pengganti di sebuah sekolah menengah pertama saat itu.
Dan aku mengabari daniel akan hal itu.
"Hahh?! Kau menjadi guruu!???, aku ga yakin sihh jul, coba tanya brian".- ucap daniel.
"Aku seriusss!!! Ini juga karena brian dodol!".- ucapku.
Daniel tertawa terbahak-bahak mendengar itu
Dan brian menelpon ku.
"Bagaimana pak guru?, suka dengan pekerjaanmu?".- tanya brian.
"Yaaaa suka sih suka, tapi terkadang aku melihat kita di anak-anak ini".- ucapku.
"Kita maksudnya?".- tanya brian
"Yaa itu, seperti kau yang cerewet, daniel yang pendiam".- ucapku.
"Ahhh iyaiyaa, emang manusia kan berevolusi".- sambung brian.
"Yaa, lakukan senyamanmu disana, apa tempat tinggalmu cukup?".- tanya brian.
"Yaa cukup kok, tenang aja".- ucapku.
"Ngga, kalo ga cukup aku pindahin aja".- ucap brian.
"Ahh gausah ini, cukup kok".- ucapku.
"Kau ngapain disana?".- tanyaku
"Ahh aku revandra coy, aku yang ngurus bisnis ini".- ucap brian
"Ayahmu kemana?".- tanyaku.
"Ayahku meninggal 2 hari yang lalu".- ucapnya.
"Wow, aku turut berduka men".- ucapku.
"Tak apa, daripada ia sakit-sakitan terus".- sambung brian.
"Kau terlihat tenang ya".- ucapku.
"Yahh, seperti yang kubilang, sedih tak membuatnya bangun kembali".- ucapnya tertawa.
"Gaby gimana?".- tanyaku.
"Ia tinggal dirumahnya sendiri dan kuberikan pengawal kepercayaanku".- ucap brian.
"Ketat dong ya".- sambungku.
"Oiyaa jelas".- ucap brian.
"Yaudah, cuma mau tau kabar kalian, aku mo beberes sebentar".- ucapku.
"Yoi, aku juga mo kerja".- sambung brian.
Aku cukup senang dengan pekerjaan ku, karena aku bertemu anak-anak dengan berbagai macam latar belakang.
Dan guru guru disana menyukaiku.
Sebelum kerja aku harus menutup goresan yang ada di mataku.
Namun, aku hanya guru pengganti untuk sementara di sekolah itu, hari itu guru yang sebenarnya pun datang, dan aku dipindahkan lagi, di sekolah dasar dan menjadi guru honor di sekolah itu.
"Baik, anak anak perkenalkan nama bapak, julian kalian bisa panggil pak ian, atau ya suka suka kalian".- ucapku tersenyum.
"Kita mulai kelasnya".- ucapku.
Waktu makan siang pun tiba.
Salah satu murid ku memberiku makanan.
Anak perempuan itu, sangat lucu dengan kunciran rambut dikepalanya.
"Bapak mau?".- tanyanya.
"Siapa namamu?".- tanyaku balik.
"Namaku tasya pak".- balasnya.
"Hay tasya apa yang kau bawa?".- tanyaku.
"Ini pak".- tasya menunjukkan bekalnya.
Ia membawa roti lapis dan sauce saat itu.
Namun, ada juga muridku yang kurang beruntung seperti tasya, namanya Arthur, ia anak laki laki yang sangat pendiam seperti menyembunyikan sesuatu dan ia penyendiri.
"Umm, sayangnya tasya, bapak punya bekal juga, bagaimana kalau tasya kasih ini ke temen-temen lain".- ucapku.
"Ke arthur aja gimana?".- tanyaku
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
cerita ian
RandomSebuah kisah yanh dikarang oleh seorang anak SMA yang nganggur