Setelah semua yang terjadi di ceritaku, aku jadi berfikir untuk menjadikan shifa pendampingku.
Ku hampiri dia yang sedang duduk di teras.
"Faa".- ucapku lembut.
"Iyaa ada apa?".- tanyanya.
"Apa cintamu masih sama, sama yang kemarin kemarin?".- tanyaku lembut.
"Julian, kau seperti anak kecil, tentu saja".- ucapnya tersenyum tipis.
"Arthur bagaimana?".- tanyaku.
"Arthur mungkin kau menganggapnya seperti anakmu, namun dia lebih cocok jadi adik bagiku dan sedikit partner in crime?".- ucapnya
"Yah, begitulah aku terpikirkan sesuatu".- balasku.
"Setelah semua yang terjadi, kau mau menikah denganku?".- ucapku sembari memegang tangannya.
Dia tertawa sangat senang.
"Ya, aku pasti menikahimu".- ucapnya.
"Tapi, bagaimana dengan orang tuamu?".- tanyaku.
"Iyaa ya? Bagaimana dengan itu?, coba kau tanyakan sendiri".- ucapnya tertawa tipis.
Aku pun termenung sesaat.
"Kau tak mau ian?".- tanyanya.
"Aku mau, bahkan akan ku yakinkan".- ucapku.
Malam pun tiba, kami makan malam bersama ada arthur, orang tua shifa, dan shifa.
"Habis ini aku mau ngomong sama mama papa, shifa sama arthur tidur diluan aja".- ucapku.
"Mau bicarakan apa?".- ucap papanya
"Ada, penting".- ucapku.
Shifa sedari tadi hanya tersenyum entah mengapa.
Setelah makan shifa dan arthur pergi ke kamar masing- masing.
"Jadi apa julian?".- tanya ibu shifa.
"Begini, aku tau aku bukan anak baik baik, aku tau beda dari shifa, shifa muslim dan aku kristen, tapi aku butuh restu orang tua shifa yaitu kalian".- ucapku.
"Bagaimana?".- tanya papanya.
"Aku mau menikahi putri kalian".- ucapku.
Ayah shifa langsung beranjak dari meja makan.
Aku tertunduk sembari menghapus air mata, tiba tiba tangan ibu shifa mengelus kepalaku.
"Nak, ibu sudah duga hal ini terjadi, ibu cuma pesan kamu yang semangat aja kejar shifanya, luluhin bapak itu urusan ibu yaa, yang penting kamu janji sama ibu, jangan buang siapapun di hidup kamu demi shifa, kamu ngerti kan maksud ibu?".- tanyanya.
"Iya bu, arthur sama mama kan?".- tanyaku.
"Ambil ibumu dulu, baru kau datang kesini buat shifa".- ucapnya tersenyum.
"Baik ibu".- ucapku.
Malam itu juga aku ke brian untuk berhutang sedikit uang.
"Kali ini utang lagi?".- tanya brian.
"Iyaa, ini demi pernikahanku".- ucapku.
"Sama siapa?".- tanya nya
"Shifa lah".- ucapku.
"KAU AKAN MENIKAHINYA?".- ucapnya kaget.
"Kau agak nekat, tapi itu bagus, bawa uang ini dan jangan anggap ini utang, ini uangmu kawan".- ucapnya memberikan black card nya.
"Kembalikan saat kau sudah tidak butuh".- ucapnya.
"Tapi, kartu ini sangat mahal brian? Tak cash saja?".- tanyaku.
"Kawan, bisnis ini berjalan dan berkembang sangat pesat, jangan khawatir, aku masih punya 2 modelan sepertu itu, ayolah bawa saja".- ucapnya.
"Yang pasti, kami ada disini, aku, kau dan andro itu sudah cukup".- ucapnya.
"Bagaimana dengan daniel?".- tanyaku.
"Ahh anjing itu juga disini, aku masih agak kesal dengannya".- ucapnya.
"Jangan lama lama kesalnya, karna aku mau kita kompak saat aku nikah nanti".- ucapku.
"Kau ini bawel seperti anak kecil, sudah sana bawa ibumu kemari dan kembali untuk shifa".- ucapnya.
"Hahaha iyaa, aku akan kembali buat shifa".- ucapku.
Aku mendapat perasaan yang belum pernah ku dapat sebelumnya, jantungku berdenyut dengan cepatnya, dan aku terus merasa senang, dan aku terus tersenyum.
Aku dengan cepat menghampiri ibuku saat itu juga.
"Shifa, tunggu aku".- ucapku dalam hati.
TO BE CONTINUE
KAMU SEDANG MEMBACA
cerita ian
RandomSebuah kisah yanh dikarang oleh seorang anak SMA yang nganggur