Tidak perlu malam untuk sekadar menyaksikan kegelapan, di sudut sepi hidup, dapat kau saksikan cahaya yang begitu redup. Di suatu malam, langit menangis, seakan menemani sekeping hati yang sunyi. Dan tangisan itu menghidupkan semula setiap rasa yang telah mati.
Valenca berada di hadapan cermin melihat perut nya yang masih terbalut gaun nya. Ia tidak menyangka sama sekali bisa mengandung anak Kyros, seorang pewaris takhta di masa depan. "Malam yang makin larut takkan pernah benar-benar hening bagi mereka yang dipisahkan. Terlalu lama kau meninggalkan sehingga aku terbiasa dengan sepi dan kesendirian." lirih Valenca dengan tatapan sayu nya.
Di kamar yang sepi ini Valenca hanya berdiam diri, dengan cahaya dari lilin membuat suasana tampak hening dan tentu saja tenang. Putri bungsu Rivallion itu memutuskan untuk tidur sejenak sembari melihat langit-langit kamar. Namun ketenangan nya itu tidak bertahan lama sebab Kyros datang menemui nya, tetapi kali ini normal karena masuk melewati pintu.
Valenca langsung merubah posisi nya menjadi duduk diatas ranjang sambil memperhatikan Kyros yang berjalan mendekati nya. Kyros pun ikut duduk di atas ranjang dengan tatapan mata sedalam inti bumi.
"Kenapa kau disini? Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Valenca sedikit tidak suka.
"Sebentar lagi fajar akan datang, aku tidak menyadari bahwa selama berjam-jam waktu kita menjadi sia-sia akibat konflik yang terus menerus datang. Selamat untuk ulang tahun pernikahan kita yang ke satu tahun, Princess. Aku tidak tahu sebenci apa dirimu sekarang padamu, akan tetapi harus kau ketahui bahwa perasaanku padamu telah berubah. Ada sebuah waktu, di mana aku jatuh cinta kepadamu di titik paling dalam. Ialah di antara tengah malam dan senyummu. Aku mencintaimu itu berarti aku akan selalu mencintai dan berdiri disampingmu meskipun keadaannya begitu sulit." Kyros menggengam tangan hangat Valenca.
"Satu hal penting dalam cinta, jangan berikan ruang di hatimu pada seseorang yang bahkan tak berusaha untuk tinggal di dalamnya." Valenca lalu melepaskan tangan nya dari genggaman Kyros. "Mungkin benar, yang telah pergi tak akan pernah sama lagi. Entah sosoknya ataupun rasanya. Rasa cinta akan semakin terasa ketika kita kehilangan dan sadar bahwa betapa kita telah menyia-nyiakan. Akan ada masanya ketika yang disia-siakan berhenti mencintai sedangkan yang menyia-nyiakan baru mulai mencintai---itu lah dirimu, Kyros." perkataan dalam Valenca membuat Kyros yang mendengar cukup terguncang.
Kyros memeluk Valenca dengan kerinduan yang dalam. "Aku merindukanmu yang selalu menatapku seolah kau menginginkan aku..."
Valenca bisa mencium bau harus Kyros yang dulu sangat ia cintai. Namun apalah daya itu hanyalah masalalu. "Jangan sia-siakan seseorang yang terus bertahan meski kau mudah meninggalkan, dan jangan sia-siakan dia yang mampu menerimamu apa adanya meski seringkali luka itu kau berikan padanya. Sungguh dia sangat setia." Valenca melerai pelukannya terlebih dahulu.
Tatapan hangat yang dulu selalu Valenca perlihatkan sekarang telah berubah menjadi tatapan seseorang yang muak. Itu lah yang dirasakan oleh Kyros.
"Aku tahu sekarang kau membenci ku, namun tak bisakah aku selalu berada di dekatmu karena anak yang sedang kau kandung itu? Dia juga anak ku, Valenca." pinta Kyros kepada istri nya itu.
Valenca menunduk lirih lalu menghela nafas kasar, "Aku tidak tahu harus berpikir apalagi, aku benar-benar pusing sekarang. Tolong menyingkir dari hadapanku." Valenca lalu memutuskan tidur dan menutup seluruh tubuh nya dengan selimut berbahan wol kelas atas menandakan ia tidak ingin diganggu.
Kyros yang berusaha sabar pun tidak bisa, ia membuka selimut Valenca lalu memaksa Valenca berbicara padanya dengan mencengkram kedua lengan istri nya itu agar menatap mata nya. Valenca terkejut, rasanya jantung nya ingin copot. "Bicara padaku."
"Bicara apalagi? Lepaskan aku terlebih dahulu."
Kyros melepaskan cengkraman tangan nya, "Bagaimana rencana mu kedepannya? Apa kau tetap akan membatalkan pernikahan ini?" tanya Kyros dengan segudang harapannya.
Valenca terdiam sejenak, "Untuk sementara aku tidak tahu bagaimana kedepannya, namun perlahan perasaan ku padamu sudah mulai pudar. Tidak ada lagi kata cinta untukmu, tidak ada lagi tangisan kala kau meninggalkanku, tidak ada rasa sakit akibat perbuatanmu. Semua terasa kosong dan tidak tersisa, aku Valenca bersedia melepas gelar kerajaan ini kapan saja, asal kau tahu itu Kyros."
Sesakit inikah? Itu lah yang menjadi pertanyaan Kyros pada hati nya sekarang, perbuatan nya dahulu kepada sang istri tidak sebanding dengan penolakan Valenca saat ini. Bayangkan saja Valenca menikah dalam bayang-bayang Grisha selama ini, sungguh ironis.
"Kau harus menamai anak itu, Valenca. Agar dia menjadi yang pertama jika menjadi pemimpin kelak. Aku serahkan ia padamu karena kau yang berhak atas namanya, kau ibu nya, kau yang melahirkannya, dan kelak akan ada seorang bocah kecil yang akan memanggilku Ayah. Kebahagiaan itu tidak dapat digantikan oleh apapun. Hanya bersamamu lah aku bisa mewujudkannya."
Valenca seketika mengingat bahwa Kyros pernah dibodohi oleh Grisha soal kehamilan. "Grisha, bagaimana dia?" tanya Valenca tiba-tiba.
"Salah satu alasan mengapa kau harus berada di sisiku, Grisha adalah wanita yang ambisius dan rela melakukan apa saja untuk keinginannya. Dia baru saja kehilangan bayi nya lalu aku memutuskan untuk memilihmu, kurasa dia sedang melancarkan aksi jahatnya. Maka dari itu tetaplah bersama ku, di samping ku kau akan aman." Kyros bersedekap tangan sembari menatap Valenca khawatir.
Tiba-tiba Charlotte datang masuk ke kamar karena mendengar bahwa Kyros memaksa masuk dengan memanfaatkan aristokrat nya. "Kyros---" tegur Charlotte.
Kyros bangkit dari ranjang lalu berjalan mendekati ibu nya, "Your Majesty." kata Kyros sembari membungkuk hormat.
"Untuk apa kau disini? Jauhi Valenca untuk sementara."
"Aku akan segera pergi." Kyros lalu berbalik arah menatap ke arah sang istri, "Ingat perkataanku tadi Princess, selamat malam menuju pagi." Kyros lalu bergegas keluar.
Valenca menghela nafas lalu tersenyum kepada Charlotte yang berjalan ke arahnya. "Ibu?"
"Bagaimana? Kau baik-baik saja?" tanya Charlotte sembari memegang pundak menantu nya itu.
Valenca mengangguk, "Ya, aku baik-baik saja ibu."
••••••••••✨••••••••••
Grisha sedang mengganti perban nya dengan yang baru sembari mengomel mengutuk perbuatan nya sendiri mengapa ia bersikap ceroboh dan membuat janin nya kehilangan nyawa. "Sial!" umpat Grisha.
Edmund masuk ke kamar Grisha tiba-tiba lalu bersandar pada pintu sambil bersedekap tangan, "Apa yang kau lakukan setelah ini?" tanya Edmund dengan tusuk gigi di sudut bibir nya.
"Aku akan membunuhnya lalu membuang mayat nya di sungai yang aliran nya deras, persetan aku akan di hukum mati---setidaknya keinginanku sudah tercapai, lagipula untuk apa hidup?" Grisha sudah selesai oleh perban nya, lalu memakai gaun nya dengan benar kembali.
Edmund tertawa sarkas, "Seorang Princess dengan kedudukan kelas atas akan kau bunuh? Bisakah? Sepertinya kau yang dipenggal terlebih dahulu. Kau sangat lucu Miss Vanna."
"Diam kau! Akan kulakukan apa saja untuk mencapai keinginanku."
"Lebih baik kau fokus saja menjadi penyanyi sopran di sebuah opera lalu menghasilkan uang. Kau sudah cukup terkenal di Valeria ini, cukup manfaatkan keahlianmu maka kau akan berhasil dengan sendiri nya. Kurasa kau selalu menetap di masalalu, dan tidak akan berubah." Edmund adalah orang yang realistis.
"Cih." Grisha memutar bola mata nya malas, "Tidak ada yang bisa melarang ku!" tekan Grisha.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Next?
Jangan lupa vote + komen + share! ❤️
@naura_z_k
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLES (COMPLETE)
Romance[Sequel of "ECCEDENTESIAST"] GIEDENSERA #1 Cinta adalah suatu misteri yang terselubung sepanjang zaman, mengendap-endap di balik penampilan dan menjadikan hati kita sebagai sarangnya. Pernikahan sukses bukan saat pasangan sempurna bersatu. Tapi saat...